[Untuk part ini, kalian nilai sendiri ya!]
"Hal buruk tidak akan mengatasnamakan cinta"
•••
"Dhirga....?" Tatapan parau gadis itu, dengan bibir yang membentuk garis lurus, rambut hitam pekat yang sengaja digeraikan begitu saja. Mata sembab, dan wajah yang lembab karena dijatuhi air mata yang terlalu banyak. "Ga...?" suara itu, semakin nyata. Membuat Dhirga tidak bisa berkutik apapun.
Tubuh polos dibalik selimbut tebal, senyum getir dan lelah, juga tatapan sayu yang diperlihatkan gadis itu.
"Dhirga...?" suara itu benar-benar terdengar sangat nyata. Gadis itu mengulurkan tangannya, kemudian Dhirga menggengam tangan gadis yang sudah bukan lagi gadis. Dhirga meregutnya, Dhirga membawanya, tanpa status yang sakral.
"Anada!" panggil seseorang dari luar pintu kamar.
Dhirga menggengam tangan Anada, berbicara bahwa semua ini akan baik-baik saja. Dan, bodohnya, Anada tahu itu.
"Heh bangsat, lo apain calon istri gue?" tanya seorang lelaki yang berperawakan sama dengannya yang berhasil mendobrak pintu kamar Dhirga, dan langsung memperlihatkan seorang perepuan berbahu polos yang menyembunyikan dirinya di balik selimbut dan Dhirga yang hanya mengunakan boxer. "Bangsat! Bejad lo, kelakuan lo tuh kayak setan!" maki lelaki yang bernama Calvin.
Seorang pria paruh baya, langsung menengahi mereka walau dia juga terlihat sangat emosi. Bagaimana tidak, pria paruh baya itu membesarkan anaknya dengan hasil kerja keras dan keringat. Tapi... dengan mudahnya dirusak oleh lelaki bejad beratasnamakan cinta itu.
Palsu.
Cinta pada masa remaja itu hanya sebuah angan-angan semu khas anak remaja. Tidak perlu berlebihan, bagaimanapun, mereka bisa saja menyesalinya di kemudian hari.
"ANADA KAMU MANDI DAN PAKAI BAJU SEKARANG JUGA! AYAH DAN CALVIN TUNGGU DI BAWAH, KAMU HARUS PULANG!"
Anada mengangguk kemudian melilitkan selimbut tebal itu dan berjalan menuju kamar mandi, senyum getir dan tangis masih terpancar di wajahnya. Ia tahu ini tidak benar, hanya saja, dia memang tidak ingin dijodohkan dengan lelaki itu.
"DAN KAMU? SAYA BERI WAKTU UNTUK MEMUTUSKAN HUBUNGAN DENGAN PUTRI SAYA YANG TELAH KAMU RUSAK, LELAKI BEJAD!" ayahnya Anada menunjuk kening milik Dhirga.
Dengan angkuh, bocah berusia dua puluh tahun itu mengatakan, "Saya tidak akan memutuskan apapun dengan putri bapak!"
"TERSERAH KAMU LELAKI SINTING!"
Kemudian pria paruh baya itu keluar dengan Calvin dan menunggu di ruang tengah. Sementara Dhirga membanting pintu dan mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Kemudian memejamkan matanya sejenak, sebelum aroma stoberi khas perempuannya tercium—membuat emosinya mereda.
"Aku... harus pergi Dhirga," suara getir itu membuat senyum di bibir Dhirga sirna seketika. "Aku... enggak bisa dengan kamu," tambahnya.
Dhirga menggeleng kemudian berdiri dan segera memeluk perempuannya. "Nggak Anada! Kamu mau pergi kemana? Kamu mau sama siapa? Setelah apa yang kita lakuin tadi malem, itu enggak ada yang bisa misahin kita, Nada!" tolak lelaki itu.
Kini Anada yang menggeleng, "Dhirga, mereka enggak bakal ngelepasin aku gitu aja. Mereka telah menandatangani sebuah kontrak kerja yang laknat sepanjang masa. Dan Calvin... dia benar-benar menyukaiku. Kamu tidak perlu khawatir Dhirga, dia menyanyangiku. Sungguh!"
Anada menghembuskan napas beratnya, kemudian mencium pipi Dhirga. Dan berjalan menuju pintu keluar.
"Lalu, apa artinya semalam Nada?"
Anada tersenyum, "karena kamu berharga, aku memberikan hal yang paling penting dari hidupku. Lagi, pula, kamu yang memintanya terlebih dahulu. Aku, akan dilamar oleh keluarga Calvin bulan depan, dan semoga kamu rela dengan aku yang bukan lagi bersama kamu."
Dhirga langsung menarik tangan Anada, "gimana kalo kamu hamil?" tanya Dhirga.
Anada kembali tersenyum, lalu menggeleng. "Bila itu sampai terjadi, kamu harus percaya bahwa aku akan selalu menjaganya."
"Anada tolong jangan pergi!"
"Maaf Dhirga."
"Anada tolong."
Dan senyum itu menghilang di balik pintu. Hari itu, Dhirga merasa orang terbodoh di muka bumi. Orang yang tidak akan mempunyai hal yang menyenangkan kembali. Dhirga merasa tidak akan lagi memdengar rengekan manja ala Anada. Dhirga merasa, tidak akan lagi melihat tawa malu-malu gadis itu. Dia merasa sebagian besar dari hatinya sudah hancur menjadi abu. Bagian terbesar yang seharusnya bisa Dhirga dapatkan kini hanyalah sebuah kepahitan bila dikenang. Itu hukum alam, ketika kita merasa bahwa seseorang itu adalah takdir kita, nyatanya salah besar, kita keliru. Orang itu hanya mampir dan singgah memberi memori-memori menyenangkan kemudian hilang, entah ditelan bumi atau direbut manusia lainnya.
"ANADAAAAAA!" suara itu menggema.
Deru napas yang terengah-engah, khas orang yang bangun dari sebuah mimpi buruk. Dhirga meraih secangkir air putih yang diletakan di atas nakas. Dhirga menghembuskan napas leganya, menyadari bahwa itu hanya sebuah mimpi—bunga tidur.
"Hanya mimpi, semoga ini bukan sebuah tanda yang buruk di suatu hari." Dhirga menarik napasnya kemudian kembali melanjutkan tidurnya, berharap mimpi akan memori masalalunya segera menghilang, lenyap, bila perlu mati sekalian.
***
Gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA ✔
Storie d'amoreTelah diunpublish sebagian. Untuk versi lengkapnya boleh check Google play link dibio. [15+] "When meet you again" ••• Dhirga telah merebut segala kebahagiaan Anada, orang yang teramat dicintainya. Kemudian mereka...