DhirgaNada 23 - Your Smile.

2K 126 5
                                    

"Melihat senyum kamu saja, sudah membuat aku setengah gila."

•••

Kadang, ada sebagian orang menginginkan hilang ingatan ketika dia patah hati. Tapi, sebenarnya hilangnya ingatan akan memberatkan tuannya, sebab dia tidak bisa mengingat kejadian demi kejadian indah pada hidupnya.

Seperti Anada, sepatah apapun dia dahulu, dia tidak menginginkan ingatannya menjadi hilang.

"Ga...," panggil Anada.

Dhirga langsung memberikan air mineral untuk Anada. Anada langsung bangun tapi Dhirga menahannya membuat Anada kembali tertidur di atas ranjang rumah sakit.

Entah Dhirga harus bersyukur, atau malah merasa was-was mendengar ingatan Anada tak juga kembali. Ingatan yang kembali, hanya sebuah memori-memori yang sengaja di simpan Anada yang baginya itu adalah sebuah kejadian paling menyenangkan dalam hidupnya.

"Ga, ini nyiksa aku banget," kata Anada.

Ya, tentu saja Dhirga mengerti. Mana mungkin tidak menyiksa, setiap apa yang Anada temukan dan bersangkutan dengan masalalu, maka tiba-tiba otaknya menjadi pusing. Seolah-olah dikelilingi ribuan bintang.

Maka dari itu, Dhirga hanya mengangguk mengerti apa yang Anada rasakan. "Sabar," kata Dhirga.

Ya, tentu saja hanya itu yang bisa Dhirga katakan saat ini. Karena jujur saja, Dhirga tidak ingin so menguatkan Anada, karena dia menginginkan Anada hilang ingatan selamanya.

"Ga, kamu enggak akan tinggalin aku 'kan?" tanya Anada.

Dhirga tersenyum lalu mencium kening istrinya, mengusap kerut dahi yang Anada buat untuk Dhirga. Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja Dhirga tidak akan pernah meninggalkan Anada. Yang harusnya bertanya seperti ini adalah Dhirga, karena dia tidak yakin Anada akan bertahan ketika mengetahui fakta bejad dari Dhirga.

"Apa aja yang kamu ingat Nada?" tanya Dhirga.

"Kamu, Bang Bimo, Ayah. Dhirga apa aku punya abang?" tanya Anada.

Dhirga mengangguk. "Ya, dia menyebalkan," jawab Dhirga.

Anada menyipitkan matanya seolah menyelidik. "Sekarang dia di mana?" tanya Anada.

Dhirga menggeleng. "Hanya ibu dan tuhan yang tahu," jawab Dhirga. "Aku tidak peduli kepadanya," tambah Dhirga dengan jujur.

Anada mengangguk-angguk seolah paham bahwa hubungan Dhirga dengan Bimo memang tidak baik.

"Kenapa menurut kamu dia menyebalkan?" tanya Anada.

"Karena selalu menghalangi hubungan kita."

Anada tersenyum, entah kenapa fakta itu membuat Anada senang. Fakta, bahwa Dhirga seperti teramat bahagia memilikinya, membuat Anada merasa menjadi orang yang paling bahagia di muka bumi ini.

Cinta memang membuat kita menjadi aneh.

"Masa hanya itu?" protes Dhirga walau setengah pancingan takut Anada berpura-pura.

Anada mencondongkan tubuhnya menuju telinga Dhirga, "aku ingat pertama kali kamu melakukannya," bisik Anada.

Dhirga membulatkan matanya, "Sungguh?"

Anada mengangguk malu, wajahnya sudah merah. Dhirga terkekeh melihat wajah Anada, tapi kemudian mencium pipi Anada. "Kamu lucu sayang," kata Dhirga. Seketika, Anada langsung mencubit lengan milik Dhirga. Dhirga meringis.

"Lagi dong?" pinta Dhirga.

Anada memulatkan matanya, kemudian menampar pelan pipi Dhirga karena salah tingkah. Menjijikan, seperti anak remaja usia menengah yang so romantis dengan tingkah mereka.

"Kamu lucu tahu kalo lagi salah tingkah begini," kata Dhirga.

"Apa? Aku enggak salah tingkah," protes Anada kemudian mengulurkan lidahnya.

Dhirga menyipitkan matanya seolah mengatakan bahwa dirinya tidak percaya dengan yang Anada katakan. Anada langsung menutup wajahnya menggunakan bantal. "Aku pasien loh di sini!"

Dhirga tertawa. Kemudian ikut berbaring di ranjang rumah sakit bersama dengan Anada, Anada langsung memeluk Dhirga dan menyimpan kepalanya di tangan Dhirga yang sengaja dijadikan bantal.

Anada tersenyum, dan itu adalah hal yang paling Dhirga sukai dari Anada. Senyum yang memabukan untuk Anada membuat Dhirga selalu tahu jauh dalam hati Anada masih dan selalu terlukis nama Dhirga.

Dan bagi Dhirga itu sangat membuatnya senang. Karena bersama dengan Anada, semua kebahagiaan ada di sana.

"Aku milik kamu Nada," kata Dhirga.

"Aku juga Dhirga," kata Anada.

Bibir mereka saling mendekat, kemudian menyatu. Seolah melepas rasa rindu. Seolah candu dengan satu sama lain. Ah, mereka memang candu.

"Ya ampun Dhirga, ini rumah sakit!" teriak Retno yang baru masuk sambil menutup wajahnya menggunakan tangan.

Anada dan Dhirga langsung saling melepaskan.

"Mama ganggu," protes Dhirga.

Sementara Anada langsung menutupi wajahnya menggunakan selimbut tebal. Sambil meruntuki dirinya sendiri karena malu.

***

Untuk part 24 aku update agak malem okayyy?😊😊😊

AMNESIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang