Please tolong baca author note di bawah. Ini bukan permintaan tapi pemaksaan😂😂😂
•••
"Aku sudah mengingatnya!" tiga kalimat itu seakan menampar Dhirga. Dhirga hanya menatap ke arah lutut Anada, dia bahkan tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun untuk Anada. Ya, Dhirga malu. Sangat malu.
"Anada aku memang salah, tapi, bukan berarti bajingan itu benar." Dhirga menyindir Bimo yang tengah memainkan pistolnya. "Anada, maaf," bisik Dhirga dengan lirih. Bahkan, Anada nyaris tidak mendengarnya.
Anada masih mengarahkan pistolnya kepada Dhirga. "Cukup! Kamu nggak puas dengan semua orang yang bahkan kamu lukai? Dhirga, kamu yang bajingan di sini. Kamu sama sekali enggak punya nyali. Kamu terlalu bego! Kamu bodoh!"
Dhirga mengangguk. "Ya, aku memang bodoh. Terlalu terobsesi dengan kamu. Tapi, sekarang aku benar-benar mencintai kamu Anada. Kamu bahkan sekarang jadi istriku."
Anada memejamkan matanya, agar tidak mengeluarkan cairan bening yang akan membuatnya jadi lemah dihadapan si brengsek yang sialannya adalah suaminya sendiri. "Tutup mulutmu! Itu semua hanya omong kosong! Kamu menikahiku, hanya agar memastikan aku hilang ingatan selamanya." Anada berjongkok dan menyimpan pistol itu di kening Dhirga.
"Aku bisa menembakmu kapan saja," kata Anada sedikit berbisik. Entah sejak kapan, sifat pemalu Anada berubah menjadi seorang psikopat.
"Tembak saja aku. Kapanpun kamu mau, karena aku sudah hidup... di dalam hatimu."
"Kamu sedang merayuku? Jangan becanda, di sini hanya aku yang boleh bicara." Anada menekan pistol itu pada dahi Dhirga.
"Tidak. Aku suamimu, aku yang mengaturmu, bukan kamu yang mengaturku!" entah Dhirga kerasukan jin apa hingga membuatnya menjadi... err, so bijak sana. "Dan aku, memerintahkan kamu, untuk pulang bersamaku."
Anada tertawa. "Kamu becanda? Aku menikah denganmu karena aku kelihangan ingatan. Aku tidak pernah sudi, menikah dengan orang yang telah membuat keluargaku hancur."
"Dan sekarang, aku dan abangku, akan pergi." Anada tersenyum penuh kemenangan. "Yang jelas... bukan Indonesia," tambahnya.
Ah, lagi-lagi Dhirga terasa sangat tertampar karena mulut wanita cantik itu. "Kemana?"
"Aku tidak akan memberi tahumu. Itu adalah hal bodoh," kata Anada bangkit dari jongkoknya.
Dhirga ikut berdiri, "Tidak! Kamu tidak akan pergi ke mana-mana." Dhirga mencengkram tangan Anada. "Kamu akan tetap di sini, bersama denganku."
"Jangan terlalu yakin Dhirga. Kamu yang sudah membuat aku menjadi seperti ini. Jadi, tolong, jangan lagi mengangguku. Segera akanku kirim surat cerai ke apartemenmu."
Dhirga menggeleng. "TIDAK! SEKALI KU KATAKAN TIDAK YA TIDAK. JANGAN MEMBUATKU KESAL ANADA. KITA BICARAKAN SEMUA INI BAIK-BAIK. AYO PULANG!" teriak Dhirga.
Anada membuang muka. Apa yang perlu dibicarakan? Tentang di mana kuburan ayahnya? Atau tentang anak pertamanya yang hilang? Oh, sungguh, itu sangat membuat Anada ingin membunuh Dhirga. Tapi, hati kecilnya melarangnya.
"APA YANG MAU DIBICARAKAN? SEMUANYA UDAH AKU PAHAMI. SEMUANYA UDAH AKU MENGERTI. TOLONG, AKUI KAMU SALAH DAN PERGILAH." Mata Anada sudah berair.
Dhirga menggeleng. Kemudian memeluk Anada dengan erat. Sedangkan Bimo dan semua pengikutnya hanya melihat mereka, tidak mencoba melakukan apapun karena Bimo yakin, Anada akan mempercayai dirinya dibanding Dhirga.
Dengan cepat Anada mendorong Dhirga. Kemudian kembali mengarahkan pistolnya ke arah Dhirga. Siap menembak Dhirga.
Dhirga memejamkan matanya. "Tembaklah," kata Dhirga.
Anada mencengkram erat pistol itu. Dan siap menembak orang yang berada di depannya. Dan... Duar! Peluru itu dia tembakan, tapi, bukan kepada Dhirga melainkan ke atas. Dhirga yang masih memejamkan matanya, membukanya perlahan-lahan. Dan melihat dirinya yang utuh.
"Kamu bahkan tidak berani menambakku," kata Dhirga. "Itu, karena kamu mencintai aku, Anada."
Tiba-tiba, duar! Peluru itu menancap di kaki Dhirga. Dengan cepat, Anada, Bimo dan semua pengikutnya melarikan diri. Meniggalkan Dhirga yang berlumur darah.
Calvin datang menendang pintu belakang. Dan melihat mereka yang berhambur ke luar. Calvin menatap Dhirga dan segera menolongnya.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Calvin.
Omong kosong, tentu saja tidak."Kejar Anada. Dia ada dalam bahaya sekarang!" titah Dhirga.
Calvin mengangguk, kemudian mencoba mengejar Anada. Sementara Dhirga menahan rasa sakitnya, dia berujar dalam hati. Meminta Anada untuk tidak meninggalkannya.
***
Mau nanya, nih, aku kan habis cerita ini ada squelnya tapi nyeritain Calvin. Menurut kalian, lebih baik selesaikan dulu ini atau langsung bikin cerita Calvin? Repons ya! Soalnya dikacangin itu nggak enak!😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA ✔
RomanceTelah diunpublish sebagian. Untuk versi lengkapnya boleh check Google play link dibio. [15+] "When meet you again" ••• Dhirga telah merebut segala kebahagiaan Anada, orang yang teramat dicintainya. Kemudian mereka...