Tulisan ini aku dedikasikan untuk SilviaAmanda6 yang besok mau tanding di arena karate. Semoga berhasil, dan enggak ketonjok haha.
•••
Anada ingat saat itu. Saat dia pulang dari dokter kandungan dengan kertas yang menyatakan bahwa dirinya hamil. Anada lemas, tapi juga ada rasa secuil bahagia karena dapat mengandung anak dari Dhirga.
Anada mengembuskan napas beratnya, Anada langsung menutup matanya sejenak kemudian berjalan menuju mobilnya.
Anada jadi ingat, bahwa nanti malam, dia akan dilamar oleh Calvin sekaligus dia akan mengatakan bahwa dia hamil. Semoga ada rasa kasihan ayahnya kepada cucu yang tengah dikandung Anada. Semoga.
"Sabar ya, Nak." Anada mengelus lembut perutnya yang masih rata. Anada langsung melajukan mobilnya menuju rumahnya. Pikirannya masih berkecambuk dengan Dhirga, antara mengatakannya atau tidak. Anada menggeleng, dia belum bisa mengatakannya kepada Dhirga.
***
Mungkin, bagi sebagian orang dilamar itu sangat menyenangkan. Tapi, tidak bagi Anada. Karena orang yang melamarnya sama sekali bukan orang yang dia inginkan. Yang Anada inginkan hanya Dhirga. Hanyalah Dhirga.
"Ayah, Nada ingin berbicara dengan kalian semua. Jadi, Nada hamil, anaknya Dhirga." Anada memejamkan matanya sejenak, dia tidak ingin melihat wajah murka ayahnya yang mungkin saja malu di depan besannya. "Anada ingin bersama dengan Dhirga, jika ayah membolehkannya."
Brama menatap sinis pada anaknya. "Benar-benar! Kamu keterlaluan Anada, sudah ayah bilang jauhi lelaki bejad itu. Jauhi dia. Kamu bisa nggak sih nurut!"
Anada melempar tatap pada Calvin yang sudah tampan menggunakan tuxedo hitamnya. Dia sudah menduga, hanya saja Calvin benar-benar menyangi Anada, dia gadis yang membuatnya lupa akan rasa sakit yang diberikan oleh mantan tunangannya.
"Cal, biarin aku ya? Biarin aku bersama Dhirga," izin Anada.
Brukk!
Semua orang yang berada di dalam ruangan langsung mengalihkan pandangan pada sumber suara. Dan mereka melihat Dhirga yang menendang pintu sampai terbuka, di tangannya ada sebuah pistol.
Anada menelan ludah, dan memalingkan wajahnya ke arah Brama yang sudah mengeras. Sementara Calvin dia berdiri, sudah siap untuk mengeluarkan senjatanya. Dia sepertinya sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi.
Ibunya Anada, hanya diam karena tidak ada yang bisa dia lakukan selain diam. Ayahnya masuk ke dalam kamar, lalu keluar dengan membawa pistol.
"Apa yang kamu lakukan di rumah saya?" tanya Ayahnya yang sudah mengarahkan pistol itu ke wajah Dhirga.
Tapi, Dhirga tidak takut sama sekali. Kematian yang dia inginkan adalah bersama dengan Anada. Sementara Anada mengusap perutnya sambil membuang muka, ketika melihat aksi Dhirga dan ayahnya yang saling mengarahkan pistol.
"Saya ingin bertanggung jawab dan menikahi anak bapak!" kata Dhirga dengan nada tidak tahu diri dan pistolnya yang berada di wajah Ayahnya. "Dia hamil, anak saya! Dan bapak tidak berhak untuk memisahkan ayah dan anaknya!"
Brama menunjuk Anada, "Dia hamil anaknya Calvin. Betul nak Calvin?" tanya Brama.
Mamanya Calvin meremas tangan anaknya. Dan Calvin melempar tatap pada mamanya agar percaya kepadanya. "Ya, kami telah melakukannya." Tentu saja Dhirga tidak percaya, karena Dhirga hanya mempercayai Anada. Dan jika hanya Anada yang mengatakannya.
"Betul Nada?" sekarang Dhirga menanyakannya langsung kepada Anada.
Anada kembali menelan salivanya. Dengan gerakan pelan, dia mengangguk. Duar! Peluru pertama mengenai perut Brama. Duar! Peluru kedua menganai bahu Calvin. Dan saat itu juga Anada semakin ketakutan. Dhirga segera menarik tangan Anada.
"Ayah!" seru ibunya.
"Calvin!" seru mamanya.
Papanya Calvin hanya menggelengkan kepala ke arah Dhirga. Dan langsung menolong anaknya yang terkena peluru.
Bimo yang melihat ayahnya tergeletak dengan penuh darah langsung mengambil alih senjata ayahnya. Dan itu, tidak luput dari pengelihatan Dhirga. Belum sempat Bimo mengarahkan pistolnya pada Dhirga. Duar! Peluru itu menembus tangan Bimo.
Anada sudah akan menangis, apalagi saat Dhirga mengendongnya secara paksa ke dalam mobilnya. Bagaimanapun Anada hanya perempuan biasa, yang kalah dengan tenaga lelaki.
Tapi, sebelum mobil milik Dhirga melaju, seseorang kembali menghalangi jalannya. Dia adalah paman Anada, suaminya tante Diana yang sangat Anada sayangi. Adik dari ayahnya.
"Minggir!" titah Dhirga.
"Keluarkan keponakan saya," tiga kata itu bagai lelcuon untuk Dhirga. Dan dengan nekatnya, pamannya membawa batu kemudian melemparnya ke arah mobil Dhirga. Dhirga hanya tersenyum kecut. Kemudian mengarahkan pistolnya kepada pamannya Anada. Dengan cepat Anada menahannya.
"Dhirga, aku mohon. Jangan," pinta Anada.
Dhirga segera melepaskan tangan Anada. "Jangan ikut campur!" Dhirga mendorong pelan tubuh Anada.
Dan, Duar! Peluru ke empat, tepat di jantung pamannya.
"Dhirgaaaaa!" jerit Anada yang geram. "KAMU KETERLALUAN! KAMU SUDAH GILA, DHIRGA SADAR DHIRGA!" air mata Anada mulai becucuran.
Anada murka, dia menampar Dhirga dan memukul Dhirga. Tapi, Dhirga tidak menggubris, dia membawa Anada, dengan kecepatan penuh. Tanpa arah tujuan yang jelas, kepalanya dipenuhi iblis yang terus mengatakan dia harus menambah kecepatan mobilnya.
"DHIRGA BERHENTI, AKU MOHON!"
Dhirga hanya diam.
"DHIRGA BERHENTI."
Dhirga tetap diam. Dhirga harus sedikit memaksa Anada agar menuruti kemauannya.
"Please, Ga, berhenti Ga. Kamu memangnya enggak kasihan dengan anak dalam perut aku?" Anada memohon, dia takut dengan wajah kekasihnya.
"Enggak Anada. Aku mau kamu. Aku mau kamu. Dan aku hanya mau kamu!" katanya dengan penekanan setiap kalimat.
"Aku juga, Dhirga, aku mau sama-sama dengan kamu. Tapi, bukan begini caranya, Dhirga. Ini salah."
Dhirga mempercepat laju mobilnya. 80 km/jam. 90 km/jam. 100 km/ jam. 110 km/jam. 115 km/jam dan brakkkkk!
Kini semuanya menjadi gelap.
Mobil SUV hitam itu, menabrak sebuah pohon besar. Dua insan yang saling berdebat itu menjadi diam. Hanya tetesan darah yang keluar. Dan... anak yang Anada kandung... hilang.
***
Ada yang mau nanti malem aku update lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA ✔
RomanceTelah diunpublish sebagian. Untuk versi lengkapnya boleh check Google play link dibio. [15+] "When meet you again" ••• Dhirga telah merebut segala kebahagiaan Anada, orang yang teramat dicintainya. Kemudian mereka...