"Waktu bisa merubah segalanya."
***
Dhirga terdiam di rumah sakit, tatapannya pada ruangan di hadapannya. Apa wanita yang baru saja pingsan adalah gadis yang sangat ia cintai selama 8 tahun, gadis malang yang telah ia regut seluruh kebahagiaannya.
Jika iya, apa yang harus Dhirga lakukan? Tapi, mengapa wanita itu tidak mengenalinya sama sekali? Atau hanya pura-pura? Dhirga memang tidak mengerti. Tapi, dia yakin bahwa wanita itu memang gadis malang yang "pernah" menjadi sumber kebahagiaanya.
Ternyata dia belum meninggal, ternyata dia masih hidup. Walau sekarang, dia tampak sangat berbeda. Bukan lagi Anada yang polos dan lugu. Melihat penampilanya saat ini, Dhirga bisa langsung menebak bahwa dia pasti tinggal di luar Negeri.
Rambut ombre, celana jeans pendek, sepatu stiletto, dan baju yang pas-pasan menutupi kulit perutnya.
Ternyata waktu merubah segalanya, apa mungkin dia melupakan kenangannya bersama Dhirga? Hingga lupa bahwa mereka pernah melakukan hal di luar batas kewajaran—dulu. Hingga membuat semuanya menjadi runyam seperti sekarang ini.
Seorang dokter keluar, "Mas siapanya?" tanya dokter perempuan yang sepertinya seusia dengan Dhirga.
"Saya pacarnya," jawab Dhirga.
"Sepertinya, pacar mas hilang ingatan? Benar?" tebak Dokter itu.
Dhirga tidak tahu harus mengatakan apa selain, "Saya kurang tahu, saya sudah 8 tahun tidak bertemu." Wajah Dhirga tak bisa membohongi kesedihannya.
Dokter peremuan itu kikuk sendiri, dia memilih meninggalkan Dhirga, "Oh, kalau begitu saya tinggal dulu." Mungkin Dokter itu memang masih magang dan tidak tahu harus bersikap bagaimana. Apalagi, melihat wajah tampan Dhirga bisa membuat Dokter itu salah tingkah sendiri.
Seperginya Dokter perempuan itu, Dhirga memasuki ruangan IGD, dan menatap seorang wanita yang tengah memukul-mukul kepanya, dengan posisi berbaring. "Anada...." panggil Dhirga dengan suara yang lirih.
Anada hanya diam, dia menatap Dhirga dengan heran, "Kamu siapa? Kamu kenal aku? Kenapa bertemu denganmu membuat aku pusing? Apa ini mimpi?" tanya Anada.
Dhirga menatapnya sendu. "Ini Dhirga, pacarmu, kekasihmu," jawab Dhirga menunjuk dirinya sendiri. "Kamu enggak ingat?"
"Aku tidak ingat, aku juga ke sini hanya ingin memulihkan ingatan. Tapi, ibuku tidak pernah bilang bahwa aku mempunyai kekasih." Tatapan Anada sedikit menyelidik kepada Dhirga. "Jangan mempermainkanku! Kamu siapa?"
"Aku memang kekasihmu, ibu kamu tidak mungkin menceritakanku!" Dhirga berjalan melangkah lebih maju kepada Dhirga. "Karena kita pernah membuat kesalahan fatal, Nada."
Dhirga mengatakannya tanpa berpikir panjang, hingga Anada yang sedang memukul kepalanya sendiri terhenti. Lalu menatap Dhirga dengan tatapan kosong. Kini Anada berada dalam kebingungan, antara harus mempercayai lelaki ini atau tidak.
"Aku punya bukti, Nada." Dia mengoroh ponselnya yang berada di sakunya, kemudian memijit-mijit benda tanpa tombol itu. "Ini aku dan kamu."
Anada melihat wajahnya, dia mengenakan pakaian couple ala-ala tahun itu. Kemudian, menatap Dhirga. "Tapi maaf, sekarang aku sudah punya pacar." Kalimat itu membuat Dhirga membeku, terdiam, dan menatap Anada menyelidik. "Di San Francisco," tambahnya.
Anada bangkit dari duduknya, "Maaf, aku harus pergi dulu. Tanteku sepertinya sudah menunggu. Dimana koperku?"
"Ada dalam mobilku," jawabnya.
***
Dhirga tidak pernah menyangka bahwa hal semacam ini akan mampir pada hidupnya, dia menatap jalanan, tangannya masih berada di stir mobil. Tetapi otaknya, masih memikirkan Anada, pacarnya yang sudah memiliki pacar.
Jika tahu begini, maka Dhirga lebih memilih untuk tahu bahwa wanita itu sudah tidak ada di dunia. Ketimbang harus tahu bahwa wanita itu bisa saja bersanding dengan orang lain. Bagaimanapun, bagi Dhirga—Anada hanya untuknya, miliknya.
Ketika sampai di rumah, Dhirga membanting pintu mobilnya, lalu berjalan menuju rumah. Retno menatap anaknya, dengan menyiritkan dahi.
"Papa kamu mana?" tanya Retno.
Dhirga menatap mamanya. "Ma, aku enggak nemuin papa. Tapi aku enggak sengaja ketemu Anada! Mama tahu 'kan kalau selama ini Anada masih hidup? Mama ikut nyembunyiin Anada 'kan?"
Retno tidak bisa menyembunyikan wajah kagetnya, "Dhir—"
"Dhirga kecewa sama mama. Mama biarin Dhirga ngangep Anada udah mati! Dan sekarang, mama tahu apa yang bakal Dhirga hadapin? Dhirga mungkin bakalan liat Anada sama orang lain!"
Hanya Anada yang Dhiga inginkan. Hanya Anada yang Dhirga mau. Hanya Anada yang Dhirga pinta.
Lantas, jika Anada tidak bisa menjadi miliknya, apa Dhirga akan diam saja?
***
Vote dan komentar, please?
Revisi 23 Mei 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA ✔
RomansaTelah diunpublish sebagian. Untuk versi lengkapnya boleh check Google play link dibio. [15+] "When meet you again" ••• Dhirga telah merebut segala kebahagiaan Anada, orang yang teramat dicintainya. Kemudian mereka...