"Good bye and see you soon!"
•••
"Baru sehari nikah, masa udah mau ditinggal aja akunya?" dengus Anada sambil membereskan baju milik Dhirga ke koper.
"Maaf ya, cuma seminggu kok. Kamu baik-baik di sini, ya! Nanti aku suruh Rena ke sini buat nemenin kamu. Supaya, enggak digodain sama si Calvin," kata Dhirga sambil mendelik ketika menyebutkan nama Calvin.
Anada tetap cemberut walau sebenarnya dia ingin tertawa. "Bawa aku aja gimana?" Anada menaik-turunkan alisnya.
Bukannya tidak ingin membawa Anada, karena jujur saja, Dhirga sekarang tidak mau berjauhan dari Anada. Tapi, rapat sialan dari papanya, membuat Dhirga harus meninggalkan Anada. Papanya—Pratama, selalu saja menganggu ketenangan anaknya.
"Bukannya aku enggak mau sayang, tapi nanti aku nggak fokus kerja. Atau nanti malah,aku nyuekin kamu!"
"Lagian kamu jauh banget sih, masa rapat doang harus ke New York segala? Ngapain coba?" dengus Anada.
"Maaf, ya, janji abis ini kita liburan. Kemanapun kamu mau." Dhirga menunjukan jarinya yang berbentuk peace pada Anada.
Anada mengangguk dan tersenyum senang. Tanpa Anada sadari bahwa bersama dengan Dhirga adalah kebahagian yang terindah.
"Ga, kamu jangan selingkuh ya!" kata Anada dengan nada posesif.
Dhirga tertawa, mana mungkin dia melakukan itu. Untuk bertemu Anada saja, sesulit itu. berpikir untuk mendua dan membuatnya pergi lagi dari kehidupan Dhirga itu adalah sebuah kemustahialan.
Kadang, yang sulit digapai, akan sulit pula dilepaskan.
Bagi Dhirga, satu saja sudah cukup. Tidak aka nada yang lain, dan tidak akan pernah ada yang lain. Dhirga tidak akan main-main dengan ucapannya.
"Nggaklah, masa istri secantik kamu diselingkuhin sih," kata Dhirga. "Nada, kamu nanti ke rumah ya!" tambah Dhirga.
Anada mengerutkan keningnya, "Ngapain?"
"Ketemu papaku, kamu 'kan belum tahu dia. Cuma selewat pas waktu nikah doang! Mumpung lagi nggak sibuk, kamu kenalan ya!"
Deg!
Bagaimana bila Anada tidak bisa memberikan kesan baik? Anada takut, dia berlaku tidak sopan atau keceplosan.
"Jangan khawatir, papa udah kenal kamu kok. Kan kamu pacarku sejak dulu," kata Dhirga seolah mengetahui arti kecemasan dari raut wajah Anada.
Anada tersenyum lega. Anada sangat bersyukur, dia memiliki Dhirga.
Dhirga menaruh tangan kanannya di pinggang Anada, sementara tangan kirinya sibuk membelai rambut Anada. Kemudian mengecup kening istrinya. Sebenarnya, Dhirga ingin sekali menempelkan bibirnya di bibir Anada, hanya saja dia takut akan menginginkan lebih.
Bisa-bisa Dhirga terlambat.
"Ya, udah, makasih sayang udah mau ngeberesin baju aku," kata Dhirga menutup kopernya.
"Kan udah jadi kewajiban aku, Ga."
"Iya, juga sih, already I miss you!" kata Dhirga.
Anada mengangguk. Dasar, pengantin baru, selalu bertingkah romantis di setiap saat. Tapi, semoga saja seterusnya seperti ini. Tidak ingin ada pertengkaran di anatara mereka hingga maut yang memisahkan mereka.
Dan doa Dhirga tetap satu. 'semoga Anada tidak pernah ingat kembali. Semua kejadian di masalalu'. Karena jika itu terjadi, apa yang sudah dia bangun jauh-jauh hari akan menjadi sebuah kesia-siaan.
Jahat memang. Tapi, Dhirga tak akan sudi atau rela ketika Anada kembali meninggalkannya. Jika itu sampai terjadi, maka Dhirga tidak tahu lagi bagaimana nantinya dia hidup tanpa wanita itu.
"Ya, udah, aku berangkat ya sayang!" kata Dhirga menarik kopernya.
"Yakin nggak mau diantar sampe bandara?" tanya Anada.
Dhirga mengangguk. "Yakin, aku enggak suka ngeliat kamu sedih." Dhirga mengelus pelan kepala Anada sebelum akhirnya dia meninggalkan Anada di apartemennya.
"Cepet pulang ya Dhirga! Good bye!" teriak Anada.
Untuk terakhir kalinya Dhirga melambaikan tangan. Sebelum akhirnya dia keluar dari apartemen.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA ✔
RomanceTelah diunpublish sebagian. Untuk versi lengkapnya boleh check Google play link dibio. [15+] "When meet you again" ••• Dhirga telah merebut segala kebahagiaan Anada, orang yang teramat dicintainya. Kemudian mereka...