7

307 21 7
                                    

Retta duduk dikasur Fira dengan menunduk. Sesekali melirik Nawal dan Naifah. Gadis itu antara risih dan takut karena ditatap tajam oleh dua sahabat nya itu. Sedangkan Fira sedang keluar membuat minuman. Retta ragu entah itu alasan Fira saja untuk melarikan diri atau tidak.

Gadis itu masih bungkam. Tak tau apa yang harus dikatakan nya. Dia menatap sahabatnya itu takut-takut.

"Lo nggak mau bilang sesuatu ta?" Retta mengangkat kepalanya saat mendengar suara Naifah. Lantas menghela napas panjang.

"Maafin gue ya teman-teman... ini tu nggak seperti yang kalian bayangin kok..."

"Gue.... gue... gue itu.. sama Fabian cuman temen kok, suer deh!"

Naifah dan Nawal saling bertatapan satu sama lain dan gantian menghela napas gusar.

"Retta.... yang gue maksud itu bukan lo pacaran atau nggak nya sama Fabian.." Ucap Naifah menatap teman nya itu Frustasi.

"Yang kita maksud itu... kenapa lo nggak pernah cerita semua nya... kita sahabat kan, kita semua itu udah anggap lo sahabat bahkan dari awal!" Naifah terlihat kesal.

Retta menggigit bibir bawah nya. Dia sangat tahu itu. Tanpa dibilang pun dia pasti tahu itu. Sahabatnya semua nya peduli padanya tapi gadis itu hanya tidak ingin membuat semua orang susah karena nya.

"Retta... kita ini bicara sama lo!" Ucap Nawal agak keras.

Retta menggiggit bibir bawah nya keras-keras lalu menatap kedua teman nya itu dengan tatapan lemah.

"Sebenarnya, semua itu kebetulan, Fira tau semua gara-gara dia kepergok gue dikelas ngos-ngosan terus ada Fabian, jadi gue cerita sama dia..."

Retta menghela napas panjang "Ya udah, gue bakal ceritain semua"

"Tadi gue telat gara-gara semalam ngerjain semua tugas, terus ketemu Fabian di halte bus, dan dia nebengin gue bareng ke sekolah. Karena orang udah mulai upacara dan otomatis gue bakalan dihukum, jadi gue takut. Dan... Fabian ngasih solusi ke gue, dia nolongin gue masuk lewat pagar belakang, gue manjet dari pagar samping sampai ke pagar belakang baru loncat yang langsung tembus ke koridor kelas 11" Retta mengambil napas sebentar.

"Hampir aja gue ketahuan sama pak Ridwan gara-gara nggak sengaja kesenggol mecahin pot, gue sempat teriak tapi Fabian nutup mulut gue.. tapi syukur alhamdulillah allah masih sayang sama gue dan akhirnya gue sampe kelas, dan tadi kenapa gue keluar main ke lapangan ketemu Fabian? karena mereka udah pada nolongin gue, mereka rusuh di pagar depan karena mau nolongin gue masuk, semua senior itu ataupun Fabian, gue cuman nggak enak aja. mereka kena hukum gara-gara gue, sedangkan gue enak-enak kan duduk belajar dikelas" Retta menyudahi cerita nya.

"Lo tau kan, gue pernah bilang Fabian itu orang yang berbahaya.. dan gue nggak bercanda soal itu ta, bukan cuma dia aja tapi sekitar nya juga bahaya" Ujar Naifah

"Iya... gue tau" Ujar nya.

"Gue.. cuman nggak bisa ngatain semua... bukan karena gue nggak mau ataupun berbohong tapi... karena itulah gue."

Retta mengambil napas lalu menambahkan "Karena gue terbiasa menyimpan semua sendirian" Jelasnya

"Anu... gue setuju sama Retta, Kayaknya Fabian nggak ada niat jahat sama dia" Sahut Fira memotong pembicaraan.

"Menurut yang gue liat kemarin dia juga punya sisi baik kok" Tambahnya.

"Tapi kita nggak nilai orang dari satu kejadian aja kan" Ucap Nawal.

Gadis itu menatap lamat-lamat wajah sahabat nya itu satu persatu.

Retta mengambil napas sebentar "Gue emang takut sama lingkungan dia berhadapan sama preman gitu, tapi... gue rasa dia bukan orang jahat"

The Rain is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang