24

46 3 1
                                    

"Nah.. lo liat berubah apanya? Malah molor gitu.." Keluh Fira menghempaskan buku cetak kimia ke lantai dan membuat dua orang manusia itu terkejut.

"Eh kura - kura! Apaan?" Maki Reza terkejut. Kertas latihan soal nya menempel di pipinya.

Dino yang tadi hanya duduk diam sambil membaca buku menahan tawanya melihat Fabian dan Reza terkejut. Dicta yang beda jurusan sendiri hanya duduk sambil main game di ponselnya. Mengabaikan semua kericuhan dari tadi.

"Lo mau tidur atau belajar sih?" Tanya Retta pelan namun menatap tajam Fabian.

Fabian duduk tegak dan mengusap matanya. Kemudian membuka kembali halaman buku yang menampakan deretan soal yang baru setengah ia kerjakan. Dino yang juara umum kembali menerangkan materi pada mereka semua. Kali ini tentang kimia yang disimak oleh semua.

Seketika halaman belakang rumah Fira yang luas jadi tempat belajar mereka. Fira yang awalnya sedikit keberatan mengajak teman laki - laki ke rumahnya akhirnya setuju saja saat Retta meyakinkannya.

Tadinya, beberapa hari ini dengan Fabian terus diomeli Retta yang entah kenapa berubah menjadi lebih menyebalkan dan terus menerornya dengan memberikan jadwal belajar. Materi yang harus dipelajari dan sepulang sekolah memaksa laki - laki itu belajar kelompok dengan mengajak teman - temannya juga. Tentunya Dino teman kecil Fabian yang juara umum juga disuruh bergabung oleh Retta.

Fabian yang awalnya ogah - ogahan akhirnya menurut karena Retta terus mengomelinya. Bukan mengomel ala ibu - ibu tapi lebih seperti begini. Terkesan pelan tapi menusuk.

"Gimana mau buktiin ke Papa lo kalau lo mau berubah. Disuruh belajar kayak gini aja udah nyerah. Padahal cowok itu pemimpin, Berhenti aja jadi cowok kalau gitu."

Kadang juga ia marah sambil mengatakan hal yang lucu.

"Coba aja kalau ngajak temen jahilin guru nggak ada takutnya lo. Ini cuma mau ngajak belajar bareng temen temen lo aja kayak orang mau disunat aja."

Fabian terkekeh mengingat semua perkataan Retta yang terlontar beberapa hari ini untuk menyuruhnya mengajak teman - temannya belajar kelompok. Walau sempat sangsi tapi ternyata Reza dan Dino yang satu angkatan dan sejurusan dengannya menyetujuinya.

"Kenapa lo ketawa sendiri?" Tanya Dino heran pada Fabian.

Laki - laki itu berdeham salah tingkah dan menggeleng. Pura - pura sibuk dengan soal di hadapannya kembali.

"No, yang ini gue nggak ngerti, ini apaan juga?" Tunjuk seseorang buku cetak kimia.

Dino menghela napas berat. Di ikuti ketiga gadis yang menggeleng serempak kecuali, Retta yang hanya menghela napas berat menatap mereka.

"Eh Syahrul, ini tu ada penjelasannya disini ya, Nggak bisa baca ya lo? Lulus SD nggak sih." Omel Fira menatap tajam Syahrul.

"Apaan sih, ni nenek lampir sewot mulu."

Ya, Fabian juga mengajak Syahrul yang pintarnya dadakan bersama mereka. Dibeberapa situasi kadang Syahrul memang lemot kadang juga jadi pintar. Tapi, bagi Fira musuhnya itu selalu saja lemot dan menyebalkan.

Fira hanya memutar bola mata jengah malas berdebat dan fokus mengerjakan soalnya. Marah - marah hanya akan membuang energinya yang sudah terkuras karena berpikir. Gadis itu mengajak Retta ke dapur ingin mengambil makanan tambahan serta minuman untuk mereka. Tidak tega juga melihat teman - temannya yang terlihat sudah letih.

"Lo tau nggak ta.. awalnya gue sempet sebel sih sama mereka itu." Tukas Fira mengaduk sirup jeruk yang dibuatnya.

"Tapi.. setelah di pikir, gue kagum juga Fabian mau berubah setelah kenal lo. Kalau di ingat 'Fabian' yang gue kenal dulu nggak akan pernah sebaik ini dan berpikiran buat belajar untuk masa depan dia." Jelas Fira setelah selesai membuat sirup.

The Rain is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang