35

26 1 0
                                    

Retta ikut bersama mobil Fabian saat laki-laki itu menariknya masuk ke parkiran sebelum teman-temannya menarik gadis itu ke dalam mobil Dicta. Retta pasrah saja ditarik Fabian tanpa berkomentar apapun. Fira yang biasanya paling heboh pun hanya diam saja dan tak banyak bicara seperti biasa membuat Retta heran.

"Kakak duduk di depan aja, biar aku di belakang." Tukas Frea mendekati Retta buru-buru menahan pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

Retta hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu gadis itu. Retta pindah posisi membuka pintu sebelah kemudi dan memasang seat belt tanpa banyak kata, Ia duduk tenang di sana.

"Oh ya kak, aku sampai lupa.. aku mau minta pendapat kakak soal gambar ini." Ujar Frea segera mengeluarkan buku sketsa dari tas sandangnya.

Retta mengambil buku yang di sodorkan Frea dan melihatnya. Karakter yang di gambarnya di warnai dengan rapi. Untuk anak SMP Frea sudah masuk kategori hebat.

"Ini beneran kamu yang gambar?" Tanya Retta tak percaya, matanya di penuhi ke kaguman.

Frea hanya tersenyum malu. Sambil menggaruk kepala yang tak gatal salah tingkah. "Soalnya aku suka gambar random gitu aja, apalagi tokoh komik atau kartun. Pengen ikut lomba gambar tapi nggak percaya diri aja kak." Ucapnya jujur.

Retta mengangguk dan berseru paham. "Kakak juga suka gambar di buku sketsa, ya... Kalau di bilang nggak percaya diri bener sih. Tapi, coba aja ikut dulu, mana tau bisa lolos." Ucap Retta menyemangati.

"Kakak juga ikut nggak?" Tanya gadis itu polos setengah memelas.

Retta membulatkan mata terkejut. Kemudian hanya tertawa samar. Lalu mengangguk saja. "Ya udah, kakak coba juga deh.. tapi, kayaknya gambar kamu lebih bagus dari kakak deh. Soalnya kakak masih banyak kurangnya."

"Kapan-kapan aku mau liat gambar kakak boleh ya? Pasti bagus juga, aku yakin." Ujar gadis itu tersenyum lebar hingga matanya menyipit.

Retta menghela napas dan hanya tertawa dengan gadis itu.

"Sibuk banget lo berdua, Frea.. tempat les lo dimana nya, kita dah mau deket nih." Tanya Fabian baru bersuara sejak tadi.

"Oh iya, di perempatan depan belok kiri kak." Jawab Frea menunjukan arah.

Frea pamit pada Retta dan Fabian. Ia memang ada les sore ini dan Fabian meminta Retta menemani nya mengantar Frea les terlebih dahulu sebelum pergi ke Cafe tempat mereka berkumpul.

"Fira sama Kak Jimmy kenapa ya? Kok suasana nya aneh?" Tanya Retta saat mereka dalam perjalanan menuju Cafe.

"Nggak ngerti gue, heran juga sih Jimmy jadi pendiem gitu. Nanti deh gue tanya kenapa."

Retta hanya mengangguk. Gadis itu hanya menghela napas dan bersandar pada jok mobil. Melihat fitur pemuda itu dari samping yang tengah serius membawa mobil membuatnya memanyunkan bibir tanpa sadar. Kenapa aura laki-laki ini selalu mendominasi. Tapi, kini ia tak seperti Fabian yang pertama kali di kenalnya.

Kini, ia tampak lebih manusiawi. Sering tersenyum dan tertawa seperti anak SMA pada umumnya. Tidak hanya tersenyum miring dan menatap dingin seperti biasa.

"Kenapa lo ngeliatin gue terus? Apa gue terlalu tampan?" Tanya nya sembarangan sambil melirik Retta.

Retta tersentak dan mengangkat alisnya sambil menggeleng cepat. "Pede banget lo, gue tu cuma mikir ya.." Cibir nya lalu menghadap ke depan kembali.

"Sok mikir lo, mikir apaan coba sambil mandangin gue. Kalau terpesona bilang aja. Gue nggak bakal marah kok." Ujarnya sambil tersenyum terus menggoda Retta.

Retta meniup poni nya. "Heh Fabian, tadi itu gue cuma mikir, ternyata lo itu udah banyak berubah dari yang dulu. Udah nggak kayak dulu lagi, nafas deket lo aja bikin orang takut. Sekarang lo lebih manusiawi aja dari sebelumnya dan lo jadi lebih hangat aja. Gue cuma seneng karena hal itu aja, nggak ada maksud juga mandang lo lama - lama ya!" Jelas Retta dengan emosi.

The Rain is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang