10

208 15 4
                                    

Sejak pagi tadi hujan tidak berhenti-henti. Sekarang sudah jam 12 tetapi, langit masih saja gelap. Seorang gadis duduk bersandar dikasurnya menatap bulir air yang membasahi kaca jendela. Asap mengepul dari susu panas yang ia pegang.

Sejujurnya ia bosan dirumah tapi karena tadi subuh suhu tubuhnya masih panas dan semalam setelah ditelpon teman-temannya ia nyaris tak bisa tidur. sebentar-sebentar ia terbangun, Ibunya pun sampai ke kamarnya. Mengatakan Ia berteriak tidak jelas, mengigau. Akhirnya semalaman dengan setengah sadar ia tahu Ibunya mengompres kepalanya hingga pagi.

Ia dilarang ke sekolah oleh Ibunya. Ibunya menelpon sekolah untuk meminta izin.

"Retta, Ibu ke Cafe dulu ya, jangan lupa diminum obatnya" Ibunya masuk ke kamarnya dengan wajah lelah.

Retta mengangguk, dan menghela napas frustasi saat Ibunya telah pergi. Kembali menatapi jendela.

Pasti Ibunya kelelahan semalaman mengurusnya sakit. Ibunya bahkan tertidur sambil menyandarkan kepalanya di tepi kasur, saat Retta berusaha bangun Ibunya juga ikut bangun dengan mata merah sambil menanyakan keadaannya.

Satu hal yang ia sesali, Ia tak pernah benar-benar menceritakan semua pada Ibunya, padahal ia hanya memiliki Ibunya. Setelah perceraian ayah dan ibu nya, Retta membuat garis batas antara dirinya dengan lingkungannya. Membuatnya menjadi seorang introvert tak terlalu peduli dengan lingkungan hidupnya. Lebih baik ia dikamar dengan bukunya daripada berada ditengah-tengah keramaian yang asing.

Belum lagi masalah mati rasa yang terjadi padanya, Ia memang tertawa tapi ia sendiri tak tahu bagaimana rasanya, tepatnya hanya sekedar tertawa saat yang lain merasa lucu. Sejak dulu pun kalau marah ia hanya diam, tapi kini berbeda, diam yang menyakiti dirinya sendiri. Kadang-kadang sesak menahan kemarahannya membuat ia susah bernapas atau sakit perut, tak tau ia harus bagaimana menyalurkan kemarahannya. Ia juga tak tahu kapan terakhir kali menangis tepatnya, mungkin saat ayah Ibunya cerai.

Ia sadar bahwa ia tak bisa bersimpati saat neneknya meninggal waktu SMP, ia sangat sedih neneknya yang sangat menyayanginya telah pergi. Tapi, setetes air mata pun tak keluar dari matanya, hanya sesak yang ia pendam.

Ia juga sudah banyak mencari tahu tentang keadaan yang dialaminya ini. Kini ia tahu alasannya, mati rasa ini semata bentuk perlindungan diri sendiri agar tidak tersakiti lagi. Dan karena itu ia berharap suatu saat nanti semua akan berubah lebih baik. Kalau saja keajaiban masih ada.

Lalu apa mati rasanya perlahan sembuh? Meski hanya dalam mimpi ia sudah menangis kembali? Atau ya itu hanya sekedar bawaan mimpi.

Retta menatap kaca jendela yang berembun. Kemarin ia seperti melihat tayangan ulang Ayahnya yang pergi. Setelah beranjak dewasa ia sedikit mengerti kenapa Ibu nya begitu berusaha mandiri dan tegar. Entah berkhianat atau tidak, entah benar atau tidak ayahnya begitu, Retta tak tau. Yang jelas Ibunya sangat terluka waktu itu. Walaupun begitu, seorang Ayah tetap seorang Ayah. Retta tetap merindukan sosok Ayahnya. Dan sekaligus menuntut penjelasan dari Ayahnya, karena ia terlalu takut melukai perasaan Ibu jika meminta penjelasan dari Ibunya.

Alasan yang menganggunya bertahun-tahun dan membuatnya begini.

Tapi, kini ada juga hal lain yang meganggunya. Kenapa ia sampai bermimpi seburuk itu tentang Fabian. Ia tak tahu rasanya mimpi itu seperti nyata sekali. Meski terlihat tak peduli Retta mulai khawatir pada Anak laki-laki itu. Apakah sesuatu yang buruk akan terjadi padanya?

•••

Kelas XI IPA 2 terlihat gaduh karena ulah Syahrul yang konser, ia lagi-lagi merusuh dengan teman-temannya Bobby, Syahrul dan lainnya yang memang setipe dengannya. Guru harus rapat karena UTS sebentar lagi. Jadilah kelas kembali seperti pasar. Karena mereka bergoyang tidak jelas dengan diiringi musik dari Speaker bluetooth milik Bobby. Fira berdecak sebal, tapi siapa yang berani memarahi Fabian? Ia juga ikut ambil bagian disana. Seisi kelas pura-pura tidak tahu saja sambil melanjutkan aktivitas. Bagi anak perempuan yang ingin nonton drama korea bersama langsung saja keluar membawa laptop. Termasuk Fira yang mengajak Nawal dan Naifah keluar.

The Rain is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang