17

120 5 0
                                    

Ardan tertawa keras-keras melihat Fabian yang terlihat emosi. Baru kali ini dia melihat laki-laki itu marah seperti itu. Fabian yang dikenalnya itu terlalu kaku dan dingin. Tak ada yang membaca emosinya.

"Cih! Nggak lucu brengsek!" Maki Fabian sebelum kembali menendang Ardan.

Namun, laki-laki itu Ardan malah memegang kaki Fabian dan melemparnya hingga dinding. Retta yang melihat itu berteriak meski hanya suara aneh yang keluar dari mulutnya. Gadis itu mencoba menggerak-gerak tangan dan kakinya melepaskan diri.

Ardan tertawa lagi. "Ngomong-ngomong gadis ini mirip sama lo ya.. sama-sama bodoh dan sok kuat." Tukasnya.

"Diem lo! Nggak usah ikut campur, oke?" Tukas Ardan mengancam gadis itu dan berjalan mendekati Fabian.

"Beneran ya..? Orang lemah gini jadi kepala suku Lotus? Nggak salah orang ya?"

Fabian merintih badannya yang terhempas ke dinding di injak oleh Ardan.

"Apa, mau ngomong apa lo?" Ardan semakin menguatkan pijakannya di perut Fabian.

Fabian menggerak tangannya yang gemetaran dan meniru Ardan , memegang kaki laki-laki itu lalu mendorong kaki itu hingga Ardan kehilangan keseimbangan. Fabian bangkit dan melemparkan tinjunya ke pelipis kiri Ardan dan perutnya.

Laki-laki itu sedikit oleng kehilangan keseimbangan sebentar. Saat Ardan balik memukulnya Fabian berhasil menangkisnya. Berkat taekwondo dan kursus Muangthay yang baru-baru ini ia pelajari.

Pertarungan sengit itu mencapai puncak saat Ardan yang tiba-tiba menodongkan pisau yang membuat Fabian menghindarinya terus menerus.

Fabian mendorong tubuh Ardan dengan satu tangan kemudian berputar dan mengunci kedua tangan laki-laki itu. Lalu melempar pisau itu jauh-jauh. Kini Ardan yang berada di posisi yang tidak menguntungkan.

Laki-laki itu tertawa "Kenapa? Lo marah?! Asal lo tahu, orang kayak lo itu gampang ke tebak. Dasar manusia bodoh."

Fabian mendengus geli "Dan orang kayak elo nggak pantas disebut manusia."

Ardan bangkit menendang perut Fabian. Membuat laki-laki itu jatuh terpental. Perkiraannya keliru dalam menahan Ardan. Kini ia yang balik diserang oleh laki-laki itu.

"Lo pikir lo bisa lawan gue sendirian? Maaf tuan, lo nggak terlalu kenal siapa gue, ya kan?"

Fabian terbatuk. Rasa sakit menyerang tulang rusuknya. Ditambah Ardan terus menyerangnya.

"Kenapa? Udah nyerah lo?" Tanya Ardan.

"Gue nggak akan pernah menyerah sama manusia macam lo!" Jawab Fabian sinis.

Fabian mengecoh Ardan seakan ingin memukulnya dari depan namun laki-laki itu malah menggerakan kakinya memutar tubuh untuk menghindar kemudian menyerang Ardan dari belakang. Saat itu pula Fabian berusaha melumpuhkan laki-laki itu meski ia melawan sekuat tenaga dan mengikat tangan dan kakinya di tiang dekat mereka. Persis seperti ia mengikat Retta.Beruntung sebelumnya Fabian membawa tali tambang yang ia dapat diluar.

"Lo pikir gue apa ngikat gue kayak gini." Tukasnya menatap Fabian tajam.

"Lo pikir lo apa ngikat perempuan kayak gitu?" balas Fabian "Sejahat-jahatnya manusia mereka masih punya hati."

Fabian beralih ke Retta yang gelisah dan ketakutan. Laki-laki itu membuka lakban yang membekap mulut Retta.

"Lo nggak papa kan?"

Gadis itu mengangguk pelan. Wajahnya yang pucat dan terluka tersenyum kecil karena lega. "Makasih.. udah nyelametin gue.

Fabian diam saja sambil membuka ikatan di tangan gadis itu. Setelah itu ia membantu Retta melepas ikatan kakinya.

The Rain is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang