"Pertama tadi kita ketemu di atap dan gue pergi sebentar tidur ke UKS pas balik kelas lo ilang." Ucap Fabian mengangkat satu telunjuk ke arah Retta.
"Kedua, Lo habis dari ruangan Pak Ridwan dan cengar cengir sendiri natap gue." Sekarang menodongkan dua jari di hadapan gadis yang mengunyah batagor itu.
"Ketiga.. Dan lo narik gue ke kantin kayak orang baru nerima lotre." Fabian bersandar ke dinding dan mendesah berat.
"Lo itu manusia ajaib macam apa sih? Kenapa lo absurd bener? Atau jangan jangan lo beneran menang lotre?" Tuduhnya menatap Retta lelah.
Gadis itu hanya mengerjapkan mata kemudian mendengus. Retta mengangkat bahu cuek. Lalu menyeruput es teh nya hingga setengah.
"Heh.. makan aja tuh mi ayam lo. Nanti kalau mi ngembang nggak enak." Ucap Retta kembali menusukan garpu ke batagor dan menggigitnya.
Fabian mendengus menatap gadis yang masih santai makan. Kemudian meraih mangkuk mi ayam dan memakannya. Retta menghabiskan batagor miliknya
"Mau kemana lo?" Tanya Fabian masih menguyah.
"Mau mesen batagor lagi. Lo mau juga?" Tawar Retta.
"Ooh. Nggak gue mau milkshake rasa strawberry sama jamur krispi." Ucap Fabian polos.
Retta mendelik. "Dari dulu emang seringnya nggak tau diri." Rutuk nya sebal.
Fabian hanya tertawa dan melanjutkan makan tanpa merasa bersalah. Menghabiskan isi mangkuk mi ayam nya dan menyeruput es jeruk nipis sampai habis.
Retta kembali dengan piring batagornya dan menyerahkan kresek berisi jamur krispi dan milkshake Fabian.
"Nih, biar otak lo tambah bertenaga. Bukan otot lo aja yang bertenaga buat berantem." Ucap Retta sarkas.
"Tambah pedes aja mulut lo kalau ngomong. Lama - lama lo kayak temen lo itu, siapa.. Bawal? Dawal?"
Retta menghela napas lelah. Menusuk garpu ke batagornya sambil menatap tajam Fabian.
"Nawal." Ujar Retta sebelum memakan batagor nya.
"Eh buset... Mata nya santai aja. Lo mau makan batagor apa makan gue sih? Serem amat." Cerocos Fabian.
Retta mengangkat bahu cuek dan melanjutkan makan. Begitupun Fabian yang sibuk dengan milkshake nya.
"Oh iya, lo ngapain tadi ngilang?" Tanya Retta.
"Gue kan udah bilang, gue ke uks. Terus tadi Kak Vivian keluar, jadi gue disuruh jagain uks sebentar."
Retta hanya mengangguk menanggapi menghabiskan makanannya.
"Terus lo ngapain ke ruangan Pak Ridwan?" Tanya Fabian balik.
"Ngomongin lo." Jawab Retta ringkas.
"Ngapain lo sama Pak Ridwan ngomongin gue? Pak Ridwan bukan ibu - ibu hobi rumpi."
"Maksud gue tu ya, Pak Ridwan bicarain elo ke gue karena liat lo berubah dan berharap lo terus kayak gini, gue disuruh ngebantu lo biar bisa berubah jadi lebih baik lagi." Ucap Retta menjelaskan mengabaikan pertanyaan absurd Fabian.
Fabian hanya mengangguk mengerti. Ada sebuah perasaan asing yang membuatnya nyaman. Rasanya dunia ini tidak terlalu dingin seperti yang biasa ia hadapi.
Retta berdiri dari duduknya. Membuat Fabian tersentak.
"Udah selesai makan lo?" Tanya Fabian.Retta mengangguk dan pergi membayar makan nya. Fabian menyusul gadis yang akan keluar dari kantin itu.
"Lo mau pulang?" Tanya nya pada Retta.
"Gue mau balik ke kelas deh, habis itu pulang. Lo?" Tukas Retta.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rain is You
Genç KurguHujan yang kerap dikaitkan dengan hal sedih. Lalu bagaimana dengan seseorang yamg memandang hujan sebagai anugerah.Karena, kadang mewakili perasaannya. Yang menganggap hujan sebagai air mata dan salah satu hal yang menenangkan. Beberapa orang mungki...