Setelah mengirim Celine pulang Nial kembali ke apartemennya. Rencana untuk membeli beberapa keperluan di supermarket pun dibatalkan. Suasana hatinya tidak sedang dalam kondisi yang baik. Ia menghibur diri dengan segelas anggur mahal pemberian salah seorang karyawan yang ia sidang beberapa waktu lalu. Ponselnya berdering memanggil si empunya untuk menjawab panggilan.
Alisnya bertaut ketika membaca nama Lazarus. Ia berdeham sebelum menjawab dengan santai.
"Lazzy?"
"Ah, Nielson!" seru pria itu dengan suara bercampur riuh pejalan kaki. "Aku baru saja mendapat kabar bahwa kau akan mengadakan rapat hari senin, adakah yang kau ingin aku siapkan untukmu?" tanya Lazzy.
"Aaaa...!" terdengar teriakan seorang gadis yang ia yakini pemilik suara itu adalah Vicky. Nial baru saja hendak bertanya dengan panik ketika teriakan itu disusul dengan gelak tawa dan ia mendengar Lazzy tertawa mengimbanginya, "mereka mengenaiku, aku kotor oleh tomat" rengek gadis itu manja.
"Oke Sayang, mendekat padaku. Tahan! Aku selesaikan panggilan ini dulu" Lazzy terdengar kembali pada sambungannya, "maafkan aku, kau pasti terkejut karena teriakan Vicky, jadi bagaimana?"
"Akan kukirim via email!" jawab Nial cepat sebelum menutup teleponnya. Dari kebisingan yang ia dengar, Lazzy dan Vicky sedang berada di tengah festival lempar tomat. Suatu keadaan di mana dirinya dan Vicky mustahil berada di sana.Setiap bagian tubuh mereka tertutupi oleh warna merah tomat. Bahkan jok mobil Lazzy tak luput dari noda. Vicky menatap ke setiap jejak yang mereka tinggalkan di mobil dan menggeleng tidak setuju.
"Mobilmu seperti saus tomat" hidungnya berkerut jijik, ia melanjutkan, "kita harus melakukan sesuatu"
"Aku akan ke pencucian mobil setelah ini" sahut Lazzy.
"Kau tidak ingin aku menemanimu?"
"Sangat ingin, tapi sebaiknya kau beristirahat. Tenagamu dibutuhkan sekali besok"
"Oh, ya? Kenapa?"
"Nielson akan mengadakan rapat dan banyak hal yang harus kita persiapkan"
"Sepertinya begitu" ujar Vicky dengan senyum kecut.
Lazzy melepas sabuk pengamannya dan bergerak maju ke arah Vicky, mereka beradu pandang sesaat. Normalnya, aku akan merasakan debaran jantungku semakin kencang hingga menyakiti dadaku. Kemudian ciuman itu akan membuat tubuhku lemas. Tapi...Lazzy mendaratkan ciuman ringan di bibirnya, ia menjulurkan lidahnya ragu-ragu menyentuh bibir Vicky. Gadis itu baru saja hendak membuka bibrnya untuk Lazzy ketika ia menarik diri dan melepaskan ciuman mereka.
"Kau terasa seperti pasta tomat" ujar Lazzy geli. Ia begitu canggung setelah ciuman impulsif itu.
Vicky terenyak sesaat sebelum akhirnya memaksa seulas senyum.
"Segeralah pulang, aku tidak ingin bekerja sendiri besok" ujar Vicky sembari mengelus pipi Lazzy.
"Aku tidak akan membiarkan dirimu menghadapi Nielson seorang diri, dia terlalu berbahaya" lanjut Lazzy dengan nada riang. Vicky mengecup kening Lazzy singkat dan segera turun dari mobil. Sambil memeluk tubuhnya yang ternyata sedang kedinginan ketika keluar dari mobil ia menyempatkan diri untuk melambaikan tangannya pada Lazzy sebelum masuk ke apartemennya.Vicky menulis sebuah pesan untuk Lazzy sambil menunggu bathub penuh dengan air hangat. Kakinya melangkah ringan menuju pantry untuk segelas air.
"Jangan lupa mampir untuk makan malam sebelum pulang-Victoria P"
"Aku beruntung kau mengingatkan, kurasa aku akan makan sambil menunggu mobilku selesai dicuci-JoLazzy"
"Ide bagus! Aku akan segera mandi-Victoria P"
"Aku ikut, please! -JoLazzy"
Vicky tersenyum geli dan hampir tersedak air mineralnya.
"Kau mandi di pencucian mobil saja, mintalah campuran silikon. Lol! -Victoria P"Ketika melihat Lazzy sedang mengetik balasannya, ia meletakan ponsel di atas ranjang dan tidak sabar untuk segera mandi. Wangi aroma sabun yang lembut nyaris membawanya tertidur dalam rendaman air.
Ia mengenakan setelan untuk tidur dan duduk di ranjang sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Kemudian Vicky melirik ponselnya, timbul seberkas rasa penasaran yang menggelikan terhadap balasan Lazzy.
Oh, dua pesan!
"Dasar wanita super tega! Balas pesanku setelah kau selesai-JoLazzy"
Kemudian ia membaca pesan yang lain.
"kau berkencan dengan Lazarus sekarang?-(Nielson P)"
Seolah diserang oleh jutaan serangga, ia merasa tidak nyaman begitu mengetahui pengirim pesan yang nomernya belum terdaftar, keajaiban sabun aroma terapinya yang menenangkan menguap tak bersisa."Kau masih di sana? Mengapa hanya membaca dan tidak membalas?-JoLazzy" Lazzy mengirimkan pesan lanjutan ketika Vicky tidak segera membalasnya.
"Aku sedang mengeringkan rambutku. Aku nyaris tertidur di kamar mandi. Kau dimana? Sudah makan?-Victoria P"
"Jawabannya di apartemen dan sudah. Aku juga sudah mandi tapi tidak dengan tambahan silikon. Selamat malam, Sayang!-JoLazzy"Vicky hendak membalas ucapan selamat malam Lazzy namun ia membatalkannya tanpa alasan yang jelas.
Tangannya begitu gatal ingin membalas pesan Nial.
"Ya, sekarang kami berkencan. Kencan secara normal!"
Vicky menulis balasan dengan penuh semangat namun ketika yang perlu ia lakukan adalah menekan tombol kirim, justru ia menghapus semuanya.Hati kecil Nial bersorak riang ketika Vicky membaca pesan yang ia kirim pada akhirnya. Dan jantungnya berdetak dinamis ketika membaca "Victoria P is writting message..." mengetahui gadis itu sedang menuliskan balasan. Nial menatap ponselnya lekat-lekat dan menanti.
Apa sebenarnya yang ia tulis? Kenapa lama sekali?
Namun kemudian pada akhirnya gadis itu tidak membalas. Hanya tanda bahwa pesannya telah terbaca yang menjadi saksi perang dingin mereka.
Vicky meletakan ponselnya dengan kesal di samping bantal kemudian tidur menyamping menatap ponsel itu. Satu detik, dua detik, tiga detik.
Tepat pada detik ke enam terdengar notifikasi pesan masuk yang membuatnya penasaran.
"Selamat untuk kalian berdua!-Nielson P"
Vicky hanya membaca sambil lalu dan timbul rasa kesal dalam hatinya sehingga ia putuskan untuk membekap ponselnya di bawah bantal.
"Dasar pria tidak punya hati. Selain otak dia hanya punya hasrat" gerutu Vicky.Ternyata telinganya masih dapat mendengar bunyi notifikasi dari ponselnya. Jika itu Nial, ia berencana mengirimkan seluruh makian yang ia tahu kepada pria itu.
"Aku mencintaimu-Nielson P"
Vicky meletakan ponselnya sambil lalu seolah pesan itu hanyalah iklan layanan operator yang tidak perlu ditanggapi. Ia kembali memejamkan matanya dengan santai dan mulai menikmati waktu istirahatnya. Mengingat kembali kejadian hari ini saat Lazzy mengajaknya pergi ke festival lempar tomat, sungguh bentuk kencan yang unik. Sudut bibirnya berkedut karena senyum. Kemudian bagaimana pria itu mendekap dan melindunginya dari serangan tomat-tomat terbang. Lalu ciuman mereka saat di mobil, Lazzy begitu lembut memperlakukan dirinya seolah Vicky akan menghilang jika ia terlalu banyak menuntut. Pria itu benar-benar sabar dan tidak menuntut. Vicky kembali tersenyum membayangkannya dengan mata terpejam.
Tapi setelah itu dahinya berkerut dalam seolah ia merasakan sakit yang tertahan. Masih dalam keadaan terpejam tanpa sadar air mata mengalir menuruni tulang pipinya dan membasahi bantal. Ia merasakan nafasnya tersengal karena ternyata dirinya sesenggukan. Vicky meraih bantal dan mendekapnya di dada sambil terisak.
Siapa yang sedang kubohongi? Diri sendiri!
Aku mencintaimu, Nial. Dan itu terasa begitu menyakitkan.Vicky mendekap bantalnya makin erat sebanding dengan isak tangisnya yang semakin pedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Inside The Book
RomanceGadis yang sudah ia anggap sebagai adik diam - diam memujanya dengan tatapan itu. Dan ketika hasrat bergejolak dalam jiwa mudanya, ia tidak menyiakan kesempatan yang ada hanya untuk memuaskan rasa penasarannya.