Sixteen

4K 362 1
                                    

Hari ini mungkin adalah hari yang ingin Vicky lewati-dan juga tiga hari ke depan- namun karena gadis itu tidak memiliki kemampuan mengendalikan waktu seperti pada novel-novel fantasi maka ia memutuskan untuk menghadapi liburan kali ini dengan membiarkan segalanya berjalan seperti biasa.

Kekasihnya adalah Lazzy, dan Nial memiliki Celine dalam pelukannya. Tidak ada hal yang perlu dicemaskan. Nial tidak mungkin bertindak nekat sementara pasangan kami masing-masing berada bersama kami.

Lazzy mengejutkan gadis yang sedang menatap cemas ke arah kapal raksasa menyentuh siku kirinya.
"Kita sudah boleh naik" ujar Lazzy sembari menuntun gadis itu naik ke atas kapal.
Vicky menoleh ke sekelilingnya, "mana yang lain?" gumamnya.
"Entahlah, kurasa mereka agak terlambat" jawab Lazzy sambil lalu.
"Semoga mereka sangat terlambat dan suite itu untuk kita sepenuhnya" seringai Vicky.
"Idemu menarik, kalau begitu bagaimana jika ceburkan Celine ke laut dan Nielson melompat untuk mencarinya?"
"Apa kau yakin Nielson mau melakukan itu?" tanya Vicky dan kekasihnya berpikir sejenak sebelum meringis.
"Hm, aku tidak yakin"

"Membicarakan kami?" gumam seorang wanita dari belakang mereka.
Keduanya berbalik dengan canggung sambil berharap mereka tidak mendengar gurauan tadi.
"Hai, dari mana saja kalian?" tanya Lazzy basa-basi.
"Yang jelas bukan dari dasar laut untuk diselamatkan" jawab Celine sarkastik sementara Nial mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sesekali matanya melirik ke arah tangan Lazzy yang merangkul pundak Vicky.
"Kau tahu kami hanya bercanda" ujar Vicky.
"Ya, sekaligus harapan terbesarmu untuk menguasai suit itu" sahut gadis itu dengan kesal dibuat-buat melangkahkan kaki mendahului mereka.
"Sejujurnya aku tidak akan terjun untuk mencarinya di dasar laut" cetus Nial tiba-tiba.
Pasangan Lazzy dan Vicky hanya saling memandang canggung.
"Ah, setidaknya kau tidak mengucapkan itu di depan wajahnya" kata Lazzy.
"Tapi kupastikan untuk menemukannya dalam keadaan apapun." ujar Nial posesif.
Vicky merasakan sentakan nada posesif itu, ia menatap wajah Nial dan berpikir bahwa pria itu benar-benar mencintai Celine. Seharusnya aku lega karena Nial tidak lagi menggangguku, bukan? Seharusnya. Tapi kenapa...

Setelah berdebat panjang tentang siapa yang menempati kamar yang mana akhirnya mereka beristirahat sejenak. Udara siang di atas laut lebih terasa panas. Namun, berada dalam suite mewah ini mereka bahkan lupa jika sedang berlayar.

Berada hanya berdua di dalam kamar dan di atas ranjang yang sama membuat keduanya canggung, Vicky berusaha rileks dalam dekapan Lazzy namun tubuhnya terasa kaku. Normalnya pasangan dalam situasi ini akan bercinta dengan hasrat menggelora, bukan?

Lazzy ingin menenangkan gadis itu dengan belaian dan cumbuannya namun khawatir jika Vicky lari ketakutan. Setelah memaksakan diri untuk terbiasa selama setengah jam, keduanya pun menyerah.

"Bagaimana kalau kita menikmati pemandangan dengan segelas limun di dek?" tanya Lazzy canggung.
Walau berpikir bahwa pemandangan dari atas laut sangat membosankan karena yang terlihat hanya garis laut namun Vicky menyambut ide Lazzy seolah gagasan itu adalah yang terbaik. Yang terpenting adalah bagaimana caranya menghindar dari situasi ini.

Vicky siap dengan topi dan kacamata hitamnya menunggu di luar kamar sementara Lazzy berganti baju.
Ia mendengar suara berisik jeritan wanita dari kamar sebelah dan beberapa bunyi benturan di pintu. Tampaknya Nial dan Celine sedang bercinta dan Vicky enggan membayangkan gaya apa yang mereka lakukan.

Ia berusaha mengabaikan suara-suara itu namun yang terjadi adalah suara itu terdengar makin jelas. Gadis itu menempatkan posisi di depan pintu kamar mereka dan menabrakan tubuh sepenuhnya pada pintu hingga menimbulkan suara yang begitu keras. Vicky harus menahan sakit yang ia timbulkan akibat kebodohannya.

"Siapa itu?" teriak Celine kedengarannya tidak senang.
"Maafkan aku, kapalnya miring dan tubuhku terjatuh ke pintu kalian" jawab Vicky. Ia menunggu balasan dari dalam kamar namun tidak terdengar apapun. Ketika ia menempelkan telinganya pada pintu ia justru mendengar hal yang tidak ingin di dengarnya.
"Oh, Nial kau nakal, jangan lakukan itu. Ah, ya, ya begitu juga boleh. Kau luar biasa!"

Vicky membekap telinganya rapat-rapat dan berlari menjauhi kamar itu.
"Kau baik-baik saja, Sayang?" tanya Lazzy heran ketika baru saja keluar dari kamar mereka.
"Aku pusing" cetus Vicky kesal, ia melemparkan tubuhnya ke dalam pelukan Lazzy.
"Apakah kita batalkan saja?"
"Tidak! Justru atmosfer dalam suite ini yang membuatku pusing, ayo kita cari udara sejuk!"
"Udara amis maksudmu?"
"Ya, itu juga boleh"

Keduanya menghabiskan waktu di dek kapal, menikmati deburan ombak dan semilir angin. Vicky berbaring terlentang di atas kursi pantai menikmati siraman cahaya matahari di tubuhnya. Sementara Lazzy lebih sering mengoleskan lotion pada tubuhnya dan tubuh kekasihnya.

"Menjelang sore kau bisa melihat kawanan lumba-lumba dari sini" ujar seorang ABK.
"Benarkah? Tapi rasanya agak terlalu jauh" kata Vicky sambil menghalangi matahari menyilaukan matanya ketika memandang ke air.
"Kau bisa gunakan teropong yang disediakan kapal kami, jika malam kau juga bisa mengamati bintang dengan teropong yang berbeda"
"Wah, pasti sangat menyenangkan." gumam Vicky sambil memutar-mutar pengatur lensanya agar lebih jelas.

Lazzy memeluk gadisnya dari belakang dan berbisik di telinganya.
"Jujur saja padaku, apa kau bisa menggunakan benda itu?"
Pundak Vicky bergetar menahan cekikikannya karena Lazzy menebak dengan tepat.
"Baiklah aku menyerah"
"Berikan padaku, aku adalah anggota pramuka dan aku bisa menggunakannya"

Mereka sedang asyik menikmati pemandangan lumba-lumba saling berkejaran dengan latar belakang langit senja yang indah ketika Nial datang menghampiri tanpa Celine.
Vicky melirik sekilas dan memutuskan untuk mengabaikannya.

"Mana Celine?" tanya Lazzy.
"Kelelahan" jawab Nial singkat.
Wajah Lazzy merona merah dan kesulitan menimpali jawaban Nial. Beruntung Vicky menggumam padanya, "Sayang, coba kau lihat? Mereka berkejaran hanya berdua. Menurutmu mereka saudara atau sedang kawin?" tanya Vicky.
"Apa?" Lazzy terkejut dengan pertanyaan asal yang dilontarkan Vicky, "aku penasaran bagaimana membedakan apakah mereka saudara atau sedang kawin."

"Kau bisa saja bertanya langsung pada mereka tapi jangan mudah percaya dengan apa yang mereka katakan" sahut Nial.
Vicky menatap pria itu dengan cemas sementara Lazzy benar-benar sulit memahami maksud Nial.
"Aku ingin pergi ke ruang kendali, kurasa sebentar lagi senja berakhir. Kau di sini saja dulu" ujar Lazzy.
"Apa yang ingin kau lakukan di ruang kendali?" tanya Vicky.
"Aku akan bertanya pada nahkoda bagaimana cara mengidentifikasi hubungan lumba-lumba" sahut Lazzy geli. Ia mengecup bibir Vicky singkat sebelum meninggalkan mereka.

Vicky berubah waspada ketika menyadari ia dan Nial hanya berdua saja. Ia berpura-pura tertarik pada kawanan lumba-lumba yang sesungguhnya hanya saling berkejaran tiada habisnya.

Tubuhnya tersentak ketika merasakan lengan keras Nial melingkari pinggangnya dari belakang. Vicky sontak menggeliat dalam dekapan Nial berusaha membebaskan diri namun sia-sia.

"Diamlah, kumohon!" pinta Nial dengan nada penuh kesedihan.
Vicky bergeming dan membelakangi tubuh pria itu, "memelukku setelah bercinta dengan Celine? Bahagia betul hidupmu!" tuduh Vicky sarkastik.
"Aku tersiksa dengan keadaan ini dan kau tahu itu."
"Yang aku tahu kau sangat menikmati setiap percintaanmu dengan wanita itu" ujar Vicky, ia mengumpat dalam hati karena suaranya terdengar cemburu.
Vicky terkesiap ketika Nial mengabaikan kalimatnya dan mengendus pundak serta lehernya.
"Aku menikmati ini" gumam Nial sembari menggigit ringan daun telinga Vicky. Gadis itu menelengkan wajahnya ke pundak hingga hidung mereka bertemu. Nial menyambut sikap itu dengan ciuman impulsif karena terdesak oleh kebutuhan primitifnya. Ia senang karena sadar atau tidak Vicky membalas ciumannya sementara telapak tangan Nial menyusuri payudaranya dengan pijatan ringan hingga puncaknya menegang.

Ciuman itu seperti sebuah dialog romantis yang mereka lakukan tanpa kata.

Aku merindukanmu, Nial!

Aku bisa gila karena ini. Aku mencintaimu. Kuharap bisa melakukan lebih banyak lagi denganmu, Vicky.

Maafkan aku.

Hanya Vicky, Nial, dan kawanan lumba-lumba yang tahu apa yang sedang terjadi di sana.

Inside The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang