Twenty One

4.2K 310 5
                                    

Vicky sedang berguling di atas ranjang dan berusaha untuk tidur, ia membolak-balikan tubuh, membenamkan wajah di antara bantal bulu, berusaha melumpuhkan pikirannya yang masih bekerja keras, tiba-tiba ia mendengar langkah kaki tegas di tengah kesunyian malam. Itu pasti Nial! Batinnya berbisik. Ia merasakan tubuhnya berubah kaku karena insting itu dan entah mengapa Vicky begitu akrab dengan semua yang berhubungan dengan pria itu seolah mereka berada dalam satu tubuh yang sama.

Apa yang akan dilakukan pria itu tengah malam begini?

Rasa penasaran membawa tubuhnya hingga ke ambang pintu, setelah berusaha menguping dari balik pintu kayu berlapis cat putih bersih ia memutuskan untuk membuka sedikit agar leluasa untuk mengintip apa yang sedang terjadi. Sembari merapatkan jubah tidurnya di dada ia melihat Nial sedang menuruni tangga sambil menggenggam kunci mobil pada satu tangan. Pria itu masih menggunakan setelan serba hitamnya dengan ujung kemeja tidak dimasukan ke dalam celana, rambutnya berantakan dgan cara yang seksi dan raut wajahnya dingin seperti Nial biasanya. Pria itu berjalan melewati dapur dengan mantap membuka pintu menuju garasi.
Setelah membuka pintu garasi ia siap untuk masuk ke dalam mobil. Aneh rasanya ketika Nial melakukan itu sendiri, seharusnya ia meminta seseorang menyiapkan mobilnya jika memang ingin pergi. Atau mungkin Nial ingin menghilang tanpa diketahui orang lain? Vicky ngeri membayangkan kemungkinan buruk yang akan dilakukan pria itu setelah kehilangan ibunya karena kecelakaan sepeda Fixie dan karena mereka gagal bercinta untuk yang kesekian kalinya.

"Berhenti mengikutiku!" ujar Nial tanpa membalikan tubuhnya.
Vicky berhenti mengendap-endap dan menampakan dirinya dari balik pintu dapur. Ia bisa merasakan bahwa Vicky mengikutinya sejak ia turun dari tangga. Walau tanpa memperhatikan dengan jelas ia tahu gadis itu bertelanjang kaki dan hanya menggunakan gaun tidur tipis dengan jubah pelengkap yang sama tipisnya.
"Aku akan bersamamu kemana pun" cetus Vicky keras kepala.
"Aku tidak butuh ditemani. Kau bisa tenang karena bunuh diri tidak pernah menjadi agendaku" sahut Nial ketus.
Vicky mengabaikan pria itu, ia melangkahkan kaki jenjangnya ke dalam mobil dan mengambil tempat duduk di samping kursi kemudi sementara Nial masih di luar menatap gadis itu dengan kesal.
"Bawa aku bersamamu, Nial!" pinta gadis itu, matanya menatap nanar ke depan.
"Apa kau gila? Keluargamu akan membunuhku besok pagi, begitu juga dengan Dylan!"
"Kita tidak akan berdebat dan membangunkan yang lain. Bawa aku bersamamu, Nial. Please!" jerit Vicky putus asa.

Entah harus berterimakasih atau mencaci karena berkat sikap impulsif sialannya kini ia duduk di tengah mansion besar milik Nial. Ini adalah kali pertama ia mendatangi tempat tinggal Nial setelah pria itu kembali dari Manchester.
Nial adalah tipe pria praktis, walau besar mansion ini tidak dipenuhi barang-barang estetika. Hanya lukisan abstrak bernuansa hitam tergantung di beberapa bagian.

Dengan mata sembab, rambut berantakan sensual, dan baju tipis hampir transparan. Ia menarik ujung gaun tidurnya berusaha menutupi tubuhnya yang kedinginan namun sia-sia. Matanya mengikuti kemana Nial bergerak.
"Aku akan tidur, kau boleh memilih kamar sesukamu!" ujar Nial acuh sambil melangkah masuk ke dalam kamarnya.
Vicky bangkit dan mengikuti pria itu tepat di belakangnya, ia menempatkan diri di salah satu sisi tempat tidur kemudian berbaring melanjutkan tidurnya dengan mengabaikan pria yang mengernyit bingung padanya. Ia sendiri heran, darimana keberanian baru ini muncul hanya saja ia tidak bisa berhenti sekarang.

Nial menatap tubuh gadis impulsif itu sesaat sebelum akhirnya menyerah. Ia melepaskan kemejanya, mengganti celana panjangnya dengan celana kain yang nyaman kemudian ia tidur di tepian lain ranjangnya. Ia berusaha sekuat tenaga mengabaikan gadis yang hanya keberadaannya mampu membangkitkan gairahnya. Ia tidur dengan memunggungi gadis itu. Ia bisa saja pindah ke kamar lain namun ini adalah rumahnya tidak seharusnya ia tersingkir.

Inside The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang