Kantor kembali sibuk setelah liburan panjang yang menyenangkan dan melelahkan. Beberapa wajah tampak tidak bergairah seolah menginginkan libur barang sehari lagi. Sedangkan beberapa yang lain tampak penuh semangat baru. Nial adalah salah satunya.
Tidak biasanya Nial menyapa beberapa rekan kerjanya bahkan seorang petugas yang sedang membersihkan lantai. Ia juga memuji setelan Scarlett yang sebenarnya sudah sering ia pakai.
Oh! Rupanya dia baru menyadari keberadaanku setelah selama ini. Tapi menyenangkan juga karena ia mengingat namaku. Gadis itu bersorak girang dalam hati.
Berbeda dengan Nial, Celine begitu sensitif hari ini. Ia berusaha untuk mendapat kesempatan bicara empat mata mengenai kejadian di kapal namun Nial menginterupsinya dengan tegas.
Entah bagaimana caranya, Nial mengetahui bahwa Celine dan Lazzy menghabiskan malam bersama di salah satu kamar sewaan. Sesungguhnya hal itu tidak mengusik perasaan Nial sama sekali namun biar bagaimana pun ia adalah seorang pria dengan harga diri dan ego yang tinggi. Jadi, hubungannya dengan Celine selesai.
Gadis malang itu lebih banyak melamun bahkan terkadang menangis. Ia melotot pada Vicky namun tidak berani menyentuh gadis itu sama sekali. Seseorang telah mengancamnya. Baiklah, dia tidak akan menyentuh Vicky namun kesempatan mendapatkan kembali perhatian Nial masih terbuka lebar karena Vicky masih menutup hatinya bagi Nial. Bagi siapapun lebih tepatnya.
Walau canggung, Vicky dan Nial telah mengakhiri perang dingin mereka. Bahkan mereka berani bertegur sapa secara terbuka.
Ketika mendapati kewajiban untuk melengkapi dokumen dengan tanda tangan Nial, jika biasanya ia merasa was-was kali ini ia justru begitu tegang, jantungnya jungkir balik tak karuan. Oh, ayolah, jantung. Ini hanya bekerja bukan berkencan. Tenangkan dirimu.
"Selamat siang, Sir. Apa saya mengganggu, Anda?" tanya Vicky dari ambang pintu ruang kerja Nial. Rupanya Nial sedang dalam pertemuan dengan seseorang yang sepertinya bukan berasal dari kantor mereka.
"Kami sedang bicara, ada apa?" tanya Nial dengan nada yang begitu formal dan menjaga jarak.
"Hanya beberapa kelengkapan, saya akan kembali nanti"
"Tunggu! Kurasa kami hampir selesai. Kemarilah!" ujar Nial lagi.Baiklah, ini hanya pekerjaan. Jangan besar kepala, Nial tidak sedang mengistimewakanmu, ia hanya profesional.
Keyakinan Vicky menguap saat ia berdiri di samping tamu itu. Tatapan Nial berubah yang tadinya dingin menjadi membara. Pria itu menatap bagian-bagian tubuh Vicky dengan tidak sopan. Gadis malang itu harus menahan geliat tidak nyaman oleh tatapan yang mungkin bisa menelanjanginya saat itu juga. Vicky melirik pada pria di sampingnya mencoba menerka reaksinya. Ya, pria itu tersenyum sambil menggeleng pasrah.
Oh, aku benar-benar malu, Nial!
Vicky yakin kini ia telah mempermalukan dirinya sendiri karena wajahnya pasti memerah sekarang.
"Ini beberapa dokumen dari divisi R&D, Sir" Vicky mencondongkan tubuhnya dan menyodorkan sebuah map.
Nial tidak langsung meraih map itu melainkan hanya mengernyit heran padanya."Bisakah kau tunjukan yang mana tepatnya harus kutandai?" tanya Nial.
Vicky mencondongkan tubuhnya dan membuka map itu, "di situ tertulis nama Anda, Sir" ujar Vicky. Tidak biasanya Nial menjadi atasan bodoh yang tidak mengerti apapun seperti sekarang.Pria itu menggeleng, "bisakah kau kemari dan menunjukannya?" tanya Nial lagi.
Vicky berusaha menelan ludahnya dan mulai melangkah mengitari meja hingga berhenti tepat di samping Nial. Vicky mulai curiga bahwa pria itu sedang mempermainkannya. Baiklah, ia akan bersikap seperti perawan tua yang sangat menjaga jarak.
"Yang ini, Sir-" gadis itu terkesiap. Namun ia berusaha untuk berwajah sewajar mungkin ketika Nial mengelus lututnya dan terus naik ke atas.
"Lanjutkan!" pinta Nial. Pria itu mencondongkan tubuhnya ke depan mengamati bagian-bagian yang ditunjukan oleh jemari lentik gadis yang membuatnya tegang. Ia menyusupkan telapak tangannya hingga ke paha dalam Vicky. Aktivitas bawah meja mereka terhalangi oleh meja kokoh sehingga tamu itu seharusnya tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Inside The Book
RomanceGadis yang sudah ia anggap sebagai adik diam - diam memujanya dengan tatapan itu. Dan ketika hasrat bergejolak dalam jiwa mudanya, ia tidak menyiakan kesempatan yang ada hanya untuk memuaskan rasa penasarannya.