Aku memutuskan untuk melanjutkan tulisanku di sebuah kedai dengan sambungan wifi gratis. Aku memesan latte ukuran grande kesukaanku, semangkuk salad buah demi tanggung jawab terhadap kondisi kesehatanku, dan kentang goreng ukuran jumbo demi kepantasan karena aku akan berada di sini selama berjam-jam menghabiskan kuota tanpa batas mereka.
Aku membuka laptop dan mempersiapkan segala keperluanku untuk menulis lalu ponselku berdering nyaring di atas meja. Dahiku mengenyit membaca nama seseorang di layar ponsel.
"Halo?" kataku dengan nada formal dan menjaga jarak.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya seorang pria dari seberang telepon.
"Tentu saja. Ada apa menelpon?" tanyaku bosan.
"Waktu itu tengah malam kau meneleponku dan aku mendengar kau berbicara monolog. Apa kau bicara dalam tidur lagi?" tanya pria itu.
Ya, Tuhan! Dari sekian banyak nomer acak yang kupilih secara tidak sengaja mengapa nomer pria itu yang kupanggil saat membutuhkan bantuan?
"Bukan apa-apa, tidak ada yang perlu dicemaskan" jawabku cepat.
Terdengar suara pria itu mendesah lelah, "aku masih menunggu kau bicara, tentang apapun. Kapanpun"
"Oke, terimakasih, Nathan. Selamat siang" dan aku menutup telepon sebelum aku mulai ocehan kosong belaka.Baiklah, perasaanku gelisah bahkan sebelum aku mulai satu kata pun. Aku memutuskan untuk memesan espresso untuk kembali fokus.
Fokus!
***
Rasanya menyenangkan bisa kembali ke tempat ini lagi, Capital kota paling ramai di seluruh Greatern. Selain lebih dekat dengan rumah keluarganya Vicky lagi tidak kesulitan untuk menemukan berbagai hal baru seperti gaya baju tebaru bahkan pesta-pesta elite.Ia memutuskan untuk tidak memberitahu kedua orangtuanya atau Stacy akan mengunjungi apartemennya setiap hari. Letak kantor pusat hanya beberapa blok dari tempat ia tinggal sehingga Vicky memutuskan untuk berjalan kaki demi menghindari macet.
Vicky mencari ruangannya namun tidak juga ditemukan ia melihat sekelompok karyawati berkumpul di salah satu meja dan sedang membicarakan sesuatu yang seru hingga Vicky menginterupsi dengan canggung.
"Selamat pagi!"
Dan beberapa kepala menoleh padanya dengan berbagai jenis raut wajah.
"Siapa kau? Dari dewan audit atau cabang selatan?" tanya seorang gadis berambut merah dengan warna baju lumayan berani.
"Cabang selatan" jawab Vicky, beberapa di antara mereka sontak kehilangan minat.
"Kau pasti asisten pria tampan itu" sahut seorang gadis berkacamata dengan antusias.
"Tampan?" tanya si rambut merah sembari mengernyit pada si kacamata.
"Kau belum melihatnya, kan?" tuduh si kacamata pada si rambut merah. Kemudian ia menoleh pada Vicky, "katakan padaku apakah dia hebat di ranjang?"
Vicky terkesiap bingung, "hubungan kami profesional" jawabnya.
"Oh, ayolah! Bercinta dengan atasan sendiri juga bisa dilakukan dengan profesional" kata si kacamata.
"Tapi aku dan dia tidak menekuni bidang itu" jawab Vicky geli.
"Baiklah kalau begitu!" cetus si kacamata dengan bahu terkulai lemas.
"Mungkin saja dia gay" cetus si rambut merah.
Kemudian sebuah suara besar terdengar dari bilik sebelah, "berhenti menggosip tentang atasan kalian, Celine" ia merujuk pada si rambut merah, "Aurora" pada si kacamata, "dewan audit membutuhkan laporan kalian di mejanya paling lambat sebelum makan siang. Dan kau" ia menunjuk pada Vicky, "Victoria, bukan? Mejamu ada di ruangan yang sama dengan Mr. Johanson"
"Terimakasih, panggil aku Vicky saja" ucap Vicky.
"Scarlett, aku dan atasanmu bisa menjadi black widow" gurau wanita yang terlihat lebih tua dari yang lain. Vicky mengernyit sejenak sebelum tertawa menanggapi gurauan Scarlett. Ah, ya Scarlett Johansson, black widow, Avenger.Ia bersyukur karena menemukan ruangan Lazzy tidak jauh dari lift. Dengan hati-hati ia membuka pintu lebar itu dan tercengang mendapati ruangan yang begitu luas untuk digunakan empat orang sekaligus.
"Selamat datang!" kata Lazzy yang tengah sibuk di meja kerjanya.
"Wow, ruangan ini luar biasa" komentar Vicky.
"Benar. Sebanding dengan tumpukan pekerjaan yang luar biasa pula. Kemarilah dan bantu aku"
Vicky melangkah masuk dengan penuh perhatian mendengarkan instruksi atasannya yang terlihat tampan seperti biasanya.
"Tolong ketik ini sesuaikan dengan perubahan yang sudah kutandai, lalu minta tanda tangan pada nama-nama yang tertera di sana. Bisa?"
"Baiklah, ada lagi?"
"Aku akan membutuhkanmu untuk membuat laporan nanti tapi utamakan yang ini. Dewan audit akan segera datang dan kita sudah terlambat beberapa hari"
"Tapi kita baru saja pindah"
"Mereka tidak menerima alasan apapun"
![](https://img.wattpad.com/cover/101929404-288-k847266.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside The Book
RomansaGadis yang sudah ia anggap sebagai adik diam - diam memujanya dengan tatapan itu. Dan ketika hasrat bergejolak dalam jiwa mudanya, ia tidak menyiakan kesempatan yang ada hanya untuk memuaskan rasa penasarannya.