Bab 23b

4.4K 408 165
                                    

Saya cuma ngedit nambahin mulmed aja. Kemarin saya lupa buat ngisi mulmednya.)

Assalamu'alaikum....

Syelamat syore...

Selamat hari Minggu...

Typo? Ma'af, ya....

Selamat membaca dan jangan lupa dukungannya.... :)

=========================

Hans menggandeng Noura berjalan menuju halaman rumah. Hans terus menoleh kesamping kirinya dimana Noura berada disana. Senyum Hans mengembang dengan alasan yang sama setiap harinya. Noura adalah alasan mengapa senyum Hans terukir setiap waktunya.

Hans dan Noura berhenti didepan mobil sedan hitam yang sering digunakan Hans bepergian. Mobil sedan tersebut salah satu koleksi mobil mahal milik Hans. Mobil tersebut sudah dirubah desainnya seperti yang diinginkan Hans. Hanya Hans dan Andi yang mengendarai mobil tersebut. Hans tidak mengizinkan orang lain membawa atau memakainya.

Hans merubah posisinya menjadi didepan Noura. Sebagai salam perpisahan, Hans mengecup kening Noura dengan cukup lama. Disatu sisi, ia selalu merasa berat saat harus meninggalkan Noura seperti ini. Rasa bersalah juga tidak kalah membuat Hans dilema antara harus pergi atau tetap bersama Noura.

"Mas hati-hati disana. Jangan lupa sholat, makan dan istirahat."

Hans tersenyum dan menarik Noura ke pelukannya. Hans tidak tahu jika wanita yang ada disampingnya bukanlah Noura. Ia mungkin tidak akan mendapatkan perhatian sebesar ini.

"Iya. Kau juga jangan terlalu banyak beraktivitas. Jaga dirimu dan bayi kita."

Hans mengelus perut Noura yang semakin membesar diusia kandungannya yang memasuki minggu ke 29. Diusia kandungan Noura yang sudah memasuki trimester akhir, Hans semakin protektif dengan kegiatan Noura. Ia selalu berpesan agar Noura tidak melakukan aktivitas yang berat dan hal yang bisa membuat Noura kelelahan.

"Iya, Mas. Aku akan lebih berhati-hati. Mas cepat pulang, ya."

Hans mengangguk dan kembali mengecup kening Noura. Ia merasakan kalau Noura memeluknya erat dan menangis. Hans mengusap punggung Noura dengan lembut. Hati Hans sedikit bertanya karena Noura tidak pernah seperti ini sebelumnya. Noura tidak pernah menangis saat harus berpisah dengannya untuk sementara.

"Hei, kenapa kau menangis?" Hans melepaskan Noura dari dekapannya. Jemari Hans menyeka air mata yang mengalir di pipi Noura.

"Tidak apa-apa, Mas. Aku hanya merasa sedih."

Hans menatap mata Noura. Tersirat dengan jelas dimanik mata tersebut kesedihan yang juga tampak dimata Hans. Hans kembali memeluk Noura dengan erat. Ia mengecup puncak kepala Noura dan berbisik.

"Aku akan secepatnya pulang," Noura mengangguk. Tangan Noura memeluk erat tubuh Hans walaupun harus terhalang oleh janin bayi yang ada didalam perut Noura.

Untuk terakhir kalinya sebelum berangkat, Hans mengecup Noura. Keduanya saling melempar senyum. Hans mengucapkan salam yang dibalas oleh Noura sebelum ia membuka pintu mobil dan masuk kedalam mobil tersebut. Hans melambaikan tangannya yang dibalas lambaian tangan Noura.

Noura menghela nafasnya. Tangannya mengelus pelan perutnya dimana kedua janin bayinya bersemayam. Hanya kedua janin bayi tersebut yang menjadi teman Noura saat Hans pergi. Jika Hans pergi, Noura akan mengajak bayinya berbicara yang dibalas tendangan oleh kedua janin bayi tersebut. Tendangan yang membuat Noura bahagia walaupun kadang-kadang Noura juga kewalahan dengan aktifnya janin bayi didalam perutnya tersebut.

Anugerah Terindah Yang Pernah KumilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang