Bab 10

5.4K 313 27
                                    

Saya update lebih cepat dari yang terakhir saya bilang nggak papa 'kan?

Typo? Sorry....

Happy reading and enjoy this part.

Don't be silent reader, please.....

***

"Aku tahu, Mas. Aku tahu kamu masih mencintai perempuan dimasa lalu kamu. Dan istrimu itu hanya pelampiasanmu saja." Hans menggeram. Tangannya terangkat dan terayun kearah wajah Riana. Namun tangannya terhenti saat ia mendengar bunyi dari arah belakang. Mendengar bunyi tersebut, Hans memutar tubuhnya dan sangat terkejut saat melihat kearah belakangnya. Tanpa sadar ia mengumpat dan bergegas berlari menyusul seseorang yang berlari menjauhinya.

"Oh, shit. Tunggu, Noura!".

***

Dengan berlinang air mata Noura memberhentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat didepan minimarket. Ia tidak memperdulikan teriakan Hans yang memintanya untuk berhenti. Ia tidak dapat berpikir dengan jernih dan memilih menuruti egonya untuk meninggalkan Hans tanpa mendengarkan Hans sedikitpun.

Ia masih ingat dengan jelas kata demi kata yang diucapkan oleh seorang wanita. Walaupun agak samar, Noura dapat menangkap dengan kata-kata wanita tersebut yang menyebutkan Hans masih mencintai wanita di masa lalunya dan dirinya hanyalah pelampiasan. Noura tidak dapat menahan rasa sesak didadanya membayangkan jika yang dikatakan wanita tersebut benar. Ada rasa sakit yang hadir jika memang benar Hans hanya menjadikannya sebuah pelarian. Dan Noura tidak sanggup menerima itu semua karena ia tidak mau berbagi Hans sekalipun dengan masa lalunya.

Noura menyandarkan kepalanya pada kaca jendela mobil. Pandangannya tertuju pada jalan yang ia lewati. Tangannya kirinya ia letakkan didada dengan erat seakan mencengkeram agar bagian vital didadanya untuk tidak terjatuh. Noura memejamkan matanya sembari merasakan sesak yang kembali menyerangnya. Air matanya juga ikut menetes, membuat semuanya semakin terasa menyedihkan. Kata demi kata yang ia dengar kembali terngiang ditelinganya. Kata-kata yang mulai ia benci kehadirannya didunia ini.

Setelah melihat Noura masuk kedalam sebuah taksi, Hans berlari dengan tergesa-gesa kearah mobilnya. Dengan cepat ia mencoba mengejar mobil taksi yang membawa Noura. Hans berusaha mengejar mobil tersebut yang terhalang oleh tiga mobil lain didepannya. Dengan perlahan tapi pasti, Hans menyalip satu persatu mobil tersebut hingga akhirnya ia bisa mengejar mobil taksi yang membawa Noura, tetapi ia tidak bisa menyalip mobil tersebut untuk mencegat Noura.

Hans akhirnya bisa menghela nafasnya dengan lega saat mobil taksi tersebut membawanya ke kompleks perumahan yang ia kenal. Ia mengucap syukur Noura tidak pergi seperti pertengkaran mereka sebelumnya. Ia bersyukur Noura pulang ke rumah mereka.

Hans memarkir mobilnya didepan rumah setelah mobil taksi yang ditumpangi Noura pergi. Dari dalam mobil Hans dapat melihat Noura sempat menyeka air mata dengan tangannya sebelum masuk kedalam rumah. Hans mulai menjalankan mobilnya setelah mobil taksi tersebut pergi. Hans menyetir dengan pelan sambil mengamati Noura yang baru saja masuk kedalam rumah. Setelah Noura masuk kedalam rumah, baru ia memasukkan mobilnya ke garasi.

Hans menenteng belanjaannya dan menyerahkan barang-barang tersebut pada Ibu Aisyah. Lalu ia berjalan dengan pelan menuju kamarnya. Hans menghela nafasnya dengan berat. Ia tidak menyangka jika ia harus kembali bertengkar dengan Noura. Entah apa yang ada dipikiran Noura saat ini yang membuat Noura marah kepadanya. Ia hanya tidak sengaja bertemu dengan Riana. Ia tidak menyangka sama sekali akan bertemu perempuan tersebut. Ia juga tidak melakukan hal-hal yang diluar batas. Ia sama sekali tidak tahu penyebab kemarahan Noura kepadanya kali ini.

Anugerah Terindah Yang Pernah KumilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang