Bab 3

6.4K 358 31
                                    

Halo....

Selamat berbuka puasa.....

Typo? Sorry...

Happy reading and enjoy this part.

Don't be silent reader, please.....

==============================

Hans menarik selimut yang tidak lagi tersusun dengan rapi untuk menutupi tubuh polosnya dan tubuh Noura. Satu malam yang nikmat dan panas kembali mereka lalui dibulan kedua pernikahan mereka. Dan sudah hampir satu bulan pula mereka menempati rumah baru yang sekarang menjadi istana cinta mereka.

Setelah menikah, Hans tidak pernah lagi pulang ke apartemennya. Ia selalu menghabiskan waktunya bersama Noura apalagi setelah mereka pindah ke rumah baru. Hans tidak ingin berlama-lama meninggalkan Noura di rumah. Pukul 16.30 sore, Hans sudah pulang dari kantor. Hal tersebut sungguh berbeda dengan Hans sebelumnya yang lebih memilih bekerja untuk mengalihkan pikirannya dari kenangan masa lalunya.

Sedangkan Noura memilih untuk menuruti keinginan Hans untuk tidak lagi mengajar. Ia hanya menghabiskan waktunya di rumah bersama Ibu Aisyah dan Pak. Irwan. Sesekali, Hans mengajaknya ikut ke kantor untuk menemani Hans bekerja. Hans sendiri sudah mengenalkan Noura kepada seluruh pekerjanya di kantor sebagai istrinya.

Hans mengusap rambut hitam Noura yang lembut. Noura sudah tertidur sejak beberapa menit yang lalu. Rasa lelah akibat aktivitasnya bersama Hans membuatnya tertidur dengan cepat. Pemandangan indah tersebut sangat dinikmati oleh Hans yang mampu membuatnya tersenyum. Ia mengecup kening Noura sebelum akhirnya ia ikut terlelap bersama Noura.

===ZZZ===

Noura sibuk mempersiapkan pakaian kerja Hans sembari menunggu Hans selesai mandi. Ia menyiapkan celana, baju, dasi serta jas untuk Hans. Ditengah kesibukannya, ia mendengar ponsel Hans berdering. Dengan ragu sambil melirik pintu kamar mandi, Noura berjalan menuju meja dimana ponsel Hans berada. Noura kembali melirik pintu kamar mandi, namun sepertinya tidak ada tanda kalau Hans telah selesai. Ia memberanikan diri untuk mengambil ponsel tersebut. Dipandanginya layar ponsel tersebut yang menampilkan notifikasi panggilan dengan nomor yang tidak diketahui. Keraguan kembali menyergap hati Noura. Selama ini, ia tidak pernah menyentuh ponsel Hans. Namun, keraguannya berlomba dengan rasa penasaran yang mulai memintanya untuk menerima panggilan tersebut.

Akhirnya Noura memberanikan diri untuk mengangkat telepon tersebut. Setelah sempat terhenti, nomor tersebut kembali menelepon. Dengan mengucap basmalah, Noura menggeser ikon telepon berwarna hijau dan dengan suara yang gugup ia menyapa penelepon tersebut.

"Halo, Assalamu'alaikum." Noura mengernyit karena tidak terdengar suara siapa-siapa dibalik telepon tersebut. Ia menatap layar ponsel memastikan kalau sambungan masih terhubung.

"Halo, Assalamu'alaikum. Ma'af, ini siapa?" Noura kembali bertanya namun seseorang dibalik telepon tersebut masih diam. Hingga akhirnya, Noura mendengar suara Hans yang membuatnya kaget bukan main.

"Siapa yang menelepon, sayang?" Noura membalikkan badannya menatap Hans yang baru keluar dari kamar mandi. Ia merasa gelisah, takut Hans akan memarahinya.

"Ada yang menelepon, Mas. Tapi aku tidak tahu siapa." Tanpa Noura ketahui, sambungan telepon tersebut telah diputus. Sedangkan Noura menggenggam ponsel Hans dengan erat. Entah mengapa, ia merasa seperti seseorang yang bersalah padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun.

Noura menyerahkan ponsel tersebut pada Hans. Hans mulai mengecek riwayat panggilannya. Ia sendiri cukup kebingungan saat menatap deretan angka yang tidak dikenalnya pada riwayat panggilan. Namun, ia tidak mau memusingkan diri dan menganggap itu hanya nomor yang mungkin salah sambung.

Anugerah Terindah Yang Pernah KumilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang