Bab 25a (Repost)

5.1K 381 84
                                    

Penting:

Saya mengucapkan terima kasih atas kritik dan teguran disalah satu bagian dibab ini. 

I just have different thoughts when I write that part.

Sekarang, bagian Hans sholat saat sakit sudah saya ganti.  Semoga tidak ada lagi hal yang menyimpang. Kalau masih ada kesalahan, kalian bisa kembali memberikan kritik kepada saya.

Dan satu lagi, ma'af, saya nggak balas komentar kalian di bab ini. Terima kasih.



Cek, cek, 1,2,3

Halo, halo, tes, tes.....

Apa kabar? Apa kabar?? :D :D :D

Typo? Ma'af, ya....

Selamat membaca dan jangan lupa dukungannya.... :)

Mulmednya jangan lupa diputer

=============================

Waktu menunjukkan pukul 12.20 siang. Hans berusaha bangkit walaupun ia merasakan sakit disekujur tubuhnya. Ia ingin membersihkan diri dan bersiap untuk sholat. Namun baru mengangkat sedikit tubuhnya, Hans sudah kembali jatuh ke tempat tidur dan meringis kesakitan.

Kecelakaan yang dialami Hans membuat beberapa bagian tubuhnya terluka. Namun luka yang cukup parah ada di kaki kanannya. Ada perban yang melilit di kepala Hans untuk menutupi luka yang membekas di pelipisnya.

Hans memejamkan matanya. Andai saja ada Noura, Noura pasti akan langsung membantunya. Tidak seperti saat ini, tidak ada satupun yang membantunya bahkan hanya untuk sekedar bangun. Yasmin pamit untuk pulang dan akan kembali jam satu siang. Ia hanya sendirian di ruang perawatan nomor satu tersebut.

Hans kembali mencoba untuk bangun. Dengan menahan seluruh sakit di tubuhnya, Hans berhasil untuk bangun. Dengan terengah-engah, Hans berusaha mengangkat kakinya dengan pelan. Ia sudah berhasil menurunkan kakinya hingga menyentuh lantai. Namun saat Hans menapakkan kakinya ke lantai, ia kembali jatuh dan menimbulkan suara yang cukup keras karena tiang infusnya jatuh dan mengenai brankar. Hans menggeram kesal. Ia merasakan tidak berdaya hanya untuk berdiri dan berjalan.

Seorang perawat lelaki masuk ke dalam ruangan Hans. Mungkin karena ia mendengar suara berisik akibat tiang infus yang jatuh, perawat lelaki yang menggunakan seragam hijau muda dan masker itu bergegas masuk dan menolong Hans.

"Bapak tidak apa-apa?" Hans menatap perawat itu dan menganggukkan kepalanya. Perawat lelaki tersebut membantu Hans berdiri dan mendudukkan Hans di brankar.

"Bapak mau ke kamar mandi?" tanyanya lagi.

"Ya," jawab Hans singkat.

"Mari saya bantu, Pak. Bapak mau buang air?" perawat tersebut membimbing Hans menuju kamar mandi yang ada di sebelah kiri. Ia membuka pintu kamar mandi tersebut dan membawa Hans masuk.

"Saya mau mandi. Saya ingin sholat."

"Maaf, Pak, tetapi luka Bapak masih belum bisa kena air." Perawat itu menghentikan langkah kakinya yang juga membuat langkah Hans terhenti.

Hans menatap perawat yang tidak dapat ia lihat wajahnya dengan sepenuhnya. Perawat itu kembali berbicara setelah faham maksud raut wajah Hans yang tampak berkerut.

"Kalau Bapak ingin sholat, Bapak bisa bertayamum untuk menyucikan diri agar Bapak bisa sholat," jelas perawat tersebut.

"Tayamum? Baiklah," sahut Hans singkat.

Anugerah Terindah Yang Pernah KumilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang