Bab 26a

5.2K 396 98
                                    

Syelamat syiang....

Typo?? Sorry....

Enjoy my stroy....

===================

Waktu terus berjalan begitu pula dengan kehidupan. Tidak ada yang bisa menghentikan waktu sebentar saja ataupun memutarnya kembali ke masa yang telah terlewati. Kehidupan pun begitu. Akan terus berjalan ke depan tanpa bisa dihentikan ataupun diputar ulang.

Setiap hari, Noura akan duduk di teras rumah, menikmati taman kecil yang ia buat bersama Ibu Aminah dan Andi yang berisikan berbagai jenis bunga. Taman kecil yang mengingatkan taman yang ada di rumahnya yang sering menjadi tempatnya bersama Hans.

Setiap pagi atau sore Noura akan duduk di kursi taman yang sengaja dibeli oleh Andi dan menikmati wangi bunga mawar yang bermekaran. Wangi bunga membuat Noura lebih tenang. Di usia kehamilannya yang hampir memasuki bulan ke delapan, Noura mendapat peringatan keras dari Dokter dan Ibu Aisyah agar tidak memikirkan sesuatu dengan berat. Demi buah hatinya, Noura berusaha mengikuti apa yang dikatakan mereka, namun tetap saja ia tidak bisa berhenti memikirkan sesuatu dengan berlebihan setiap waktunya. Hans. Satu nama yang selalu dijeritkan Noura dalam setiap sholat malamnya.

Sejak kepulangan mendadaknya, Noura masih belum menceritakan perkara yang membuatnya pulang kepada Abahnya. Ia hanya menceritakan kepada Ibunya kalau ia sedang menenangkan diri karena sedang betengkar dengan Hans. Namun Noura tidak menceritakan secara rinci termasuk hal yang dilakukan Hans. Abah Ahmad yang kaget dengan kehadiran Noura di rumah juga hanya diam tidak banyak berkomentar seperti biasanya. Namun Noura tahu, Abahnya memendam sebuah pertanyaan besar yang seharusnya ia jawab. Namun Noura berusaha agar pertanyaan itu tidak pernah keluar agar ia tidak perlu berbohong menutupi keadaan rumah tangganya kepada orang tuanya.

Walaupun Hans sudah memberinya luka yang besar, Noura tidak ingin orang tuanya, apalagi Abahnya membenci Hans. Semua itu ia lakukan karena perasaannya yang begitu besar untuk Hans sekalipun lelaki itu sudah sangat menyakitinya. Rasa sakit yang Noura rasakan tidak cukup untuk membuatnya berpaling meninggalkan Hans. rasanya Noura ingin sekali mendatangi Hans dan memeluknya. Namun bagian lain dari dirinya mengatakan jika inilah yang harus ia lakukan sekarang. Menjauh dari Hans dan menunggu apa lelaki itu mendatanginya dan memohon padanya untuk kembali meskipun hal itu belum juga terjadi sampai saat ini.

Noura juga tidak ingin orang tuanya tidak lagi menerima Hans sebagai menantu. Dalam lubuk hatinya ia masih berharap bisa kembali meneruskan rumah tangganya bersama Hans. Noura sangat berharap hari-hari bahagianya bersama Hans bisa kembali terulang. Noura masih memasang banyak harapan kepada lelaki yang dicintainya itu.

Namun tidak selamanya Noura bisa berlari dari hal yang ingin ia hindari. Pada akhirnya ia harus menghadapinya siap ataupun tidak siap. Noura tidak ingin berbohong namun ia juga tidak ingin kejadian buruk dalam rumah tangganya diketahui oleh orang tuanya. Karena Noura tidak ingin mendengar orang tuanya meminta ia untuk berpisah dengan Hans. Noura tidak mau dan tidak ingin berpisah dengan Hans.

"Kamu sudah berapa lama disini, Noura?" tanya Abah Ahmad saat mereka sedang bersantai sambil menunggu waktu sholat Isya.

"Sudah hampir satu bulan, Bah," jawab Noura sambil menundukkan kepalanya.

"Kemana suamimu?"

Mata Noura terpejam mendengar pertanyaan tersebut. Tempo detak jantungnya menimgkat. Noura berpikir dengan keras jawaban apa yang harus ia berikan pada Abahnya. Ia tidak ingin berbohong dan juga tidak ingin ketakutannya menjadi kenyataan.

"Mas Hans..., Mas Hans..., Mas....," Noura mendadak membisu melihat tatapan Abah Ahmad yang membuat nyalinya menciut. Tatapan itu tidak setajam tatapan Hans saat ia sedang marah, namun selalu membuat Noura tidak berkutik sejak dulu saat ia dalam keadaan seperti ini.

Anugerah Terindah Yang Pernah KumilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang