Bab 7

6.1K 374 41
                                    

Selamat menunggu waktu berbuka puasa....

Selamat bermalam mingguan....

Selamar baper-baperan.....

Typo? Sorry....

Happy reading and enjoy this part.

Don't be silent reader, please.....

Mulmed: Embrio (calon anak) Hans-Noura.

==================================

Hans dan Noura berbaring dengan posisi saling berhadapan. Sejak pembicaraan mereka diruang makan, Hans berubah menjadi lebih banyak diam. Noura tidak tahu apa yang ada didalam kepala suami tampannya tersebut. Bahkan dalam posisi intim seperti yang sedang mereka lakukan. Dengan mata yang saling menatap, namun pikiran Hans bukanlah tertuju pada Noura.

Noura kembali menatap dan mengelus perutnya. Senyumnya kembali mengembang saat ia membayangkan bahwa jika benar disana ada segumpal daging yang belum berbentuk namun hidup. Ia membayangkan jika segumpal daging tersebut tumbuh dan berkembang hingga membentuk dengan sempurna. Lalu akan ditiupkan ruh oleh Sang Pencipta yang membuatnya hidup dan dapat mrasakan apa yang terjadi dari tempat perlindungannya. Semakin lama ia akan bisa merasakan gerakan demi gerakan yang dilakukan oleh bayinya yang membuatnya merasakan indahnya sebagai wanita sesungguhnya. Tetapi melihat ekspresi yang ditampakkan wajah Hans, Noura merasa Hans tidak sebahagia dirinya. Tidak ada senyum hangat seperti yang direkahkan oleh dirinya, Ibu Aminah dan Abah Ahmad tentang kehadiran calon bayi mereka. Noura merasa sepertinya Hans tidak menginginkan kehadiran calon bayi mereka.

Sejak percakapan itu, pikiran Hans tidak henti-hentinya mendengungkan tentang kehadiran calon anak mereka. Anak. Kata tersebut berulang kali ia gumamkan dalam hatinya. Perasaannya gundah gulana menyangkut perihal tersebut. Keraguan menyelimuti hatinya jika membayangkan ia akan menjadi seorang ayah. Ia ragu dan takut jika ia tidak bisa menjadi ayah yang sem purnauntuk anak mereka nanti.

Hans menatap Noura yang sedang sibuk mengelus perut ratanya. Pandangan Hans juga ikut turun ke perut Noura. Perlahan senyum Hans mengembang saat ia membayangkan jika suatu hari nanti anak itu akan lahir dan tumbuh besar. Ia akan mengajari anaknya banyak hal. Ia akan memandikan anaknya, menyuapi ia makan, mengajaknya bermain, menidurkannya dan masih banyak hal lainnya yang bisa mereka lakukan. Tanpa sadar tangan Hans terulur dan ikut mengelus perut tersebut. Noura yang merasakan tangan Hans, mengangkat kepalanya dan menatap Hans yang sedang mengelus perutnya dengan senyum tipis.

"Apa dia memang ada disana?" Hans menggumamkan pertanyaan tersebut dengan pelan namun masih bisa didengar oleh Noura.

"Wallahu 'alam, Mas. Kita hanya bisa menebak ia ada disana saat ini." Jawab Noura tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Hans.

"Kamu ingin ia ada disana?" Hans mengangkat kepalanya setelah mengucapkan pertanyaan tersebut, matanya bertatapan dengan mata Noura yang terlihat sayu.

"Apa Mas tidak ingin ia ada disana?" suara Noura bergetar. Ada rasa nyeri yang dirasakannya akibat pertanyaan Hans.

"Entahlah. Aku tidak pernah membayangkan akan ada dia secepat ini." Jawaban Hans memancing air mata Noura. Dengan suara bergetar ia mengeluarkan pemikirannya tentang reaksi Hans.

"Jadi Mas tidak ingin ia ada? Mas tidak menginginkan anak ini? Anak kita?" satu tetes air mata jatuh membasahi pipi Noura. Tangan Hans bergerak menyeka air mata tersebut.

"Bukan begitu. Aku hanya merasa ini terlalu cepat. Aku masih banyak kekurangan, aku takut aku tidak bisa jadi Ayah yang sempurna untuknya." Isak tangis Noura mulai terdengar. Dengan cepat Hans memeluk Noura dan mengusap punggung Noura untuk menenangkannya.

Anugerah Terindah Yang Pernah KumilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang