Bab 5

5.7K 368 29
                                    

Hayo.... Ini pada tarawih, nggak?? Apa tarawih tapi sambil buka Wattpad??? Jangan, dong... :D

Typo? Sorry....

Happy reading and enjoy this part.

Don't be silent reader, please....

==============================

Noura dan Ibu Aisyah sibuk menata meja makan untuk santap makan malam. Noura meletakkan piring dan sendok sedangkan Ibu Aisyah membawa lauk dan pauk untuk disantap. Dimeja makan tersebut telah tersedia beberapa makanan, ada ayam goreng, ikan goreng, tumis kangkung serta sup ayam. Adapula tambahan seperti kerupuk, kecap serta saos tomat.

Setelah selesai, Noura berjalan menuju ruang keluarga dimana Hans sedang menonton televisi. Hans sedang asyik mendengarkan berita yang ditayangkan oleh saluran yang cukup tersohor. Noura menyentuh lengan Hans yang membuat Hans mengalihkan pandangannya menuju Noura yang berdiri disampingnya.

"Makan malamya sudah siap, Mas." Hans mengangguk dan mematikan televisi. Saat Hans ingin melangkah, ponsel yang berada dimeja berbunyi. Ia meraih ponsel tersebut dan menatap Noura yang masih menunggu disamping sofa.

"Aku angkat telepon dulu sebentar." Noura hanya mengangguk dan menatap Hans yang berjalan menjauhinya. Ia merasa agak sedikit risih jika berhubungan dengan ponsel Hans. Sejak insiden penelpon dengan nomor yang tidak dikenal, Noura merasa selalu ingin tahu jika ada telepon masuk diponsel Hans. Apalagi ia menangkap gelagat aneh yang tampak pada Hans selama satu minggu kebelakang, Hans sering menerima telepon yang entah dari siapa. Biasanya Hans selalu memberi tahu dirinya jika ada telepon yang berkaitan dengan masalah pekerjaan atau apapun. Saat ditanya, Hans selalu menjawab bahwa telepon tersebut hanya telepon dari orang yang tidak dikenal atau telepon dari orang iseng.

Hans berjalan kembali menuju ruang keluarga, ia melihat Noura masih berdiam diri duduk dilengan sofa. Hans mendekati Noura dan menyentuh pundak Noura yang membuat Noura kembali sadar dari lamunannya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Hans yang melihat Noura seperti sedang berpikir.

"Tidak ada, Mas. Ayo kita makan malam dulu." Hans mengangguk dan membiarkan Noura menarik tangannya menuju ruang makan.

Setelah mengambilkan nasi beserta lauk dan pauk untuk Hans, Noura juga mengambil untuk dirinya sendiri. Hans dan Noura menikmati makan malam mereka dengan saling diam. Hans tidak henti menatap Noura yang terkesan enggan menatapnya. Ia merasa ada yang aneh dengan sikap istrinya tersebut. Sejak tadi, Noura hanya menatap piring didepannya sambil menikmati makan malamnya.

===ZZZ===

Hans masih setia menatap Noura yang sejak makan malam berubah menjadi lebih pendiam. Biasanya, Noura akan selalu mengajaknya berbicara tentang apapun. Noura akan selalu menanyakan bagaimana hari Hans diwaktu santai mereka setelah sholat Isya. Kali ini, Noura hanya diam dan pandangannya tertuju pada dinding yang ada didepannya.

Merasa tidak nyaman dengan diamnya Noura, Hans meraih tangan Noura dan menggenggamnya. Namun Noura masih tidak memberikan reaksi apapun. Hans mengelus tangan lembut tersebut dengan jemarinya namun Noura masih diam. Akhirnya, Hans meraih wajah Noura dan menarik wajah tersebut dengan lembut agar menatapnya. Dengan jarak yang begitu dekat, Hans dapat melihat Noura menatapnya dengan tatapan tidak senang.

"Kamu kenapa, Noura?" tanya Hans dengan mata yang masih tertuju pada Noura. Mereka saling menatap namun enggan untuk bersuara. Diamnya Noura membuat Hans menghela nafasnya dengan berat. Tangan Hans terulur dan mulai mengelus wajah Noura.

Anugerah Terindah Yang Pernah KumilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang