Bali Bagian Utara (part 4) lanjutan

2K 117 0
                                    

"Ayo" ajak Bang Iam gue dengan pasrah mengikuti dia kearah mobil Avanza berwarna hitam

"Alan!" Teriak Bang Iam. Alan pun datang menghampiri Bang Iam yang sudah duduk di bangku kemudi dan gue ada di sebelahnya

Disusul Vesil

"Lan lo bisa bawa mobil kan?"

"Iya, Napa?"

"Bawa mobil itu ya. Tau gak Hotel Harris?" Tunjuk Bang Iam pada mobil Avanza lainnya yang berwarna putih

"Udah deh ikutin gue aja" kata Bang Iam akhirnya karena tidak mendapat tanggapan dari Alan

"Ya udah. Vesil lo sama dia ya?" Kata Bang Iam

Vesil mengagguk patuh seraya memberi jari jempolnya dan mobil pun berjalan lebih dulu disusul mobil Avanza putih

"Lo nyewa bang?" Tanya gue. Karena setau gue Bang Iam gapernah pake mobil Avanza selama ini

"Iyalah gila lo. Kalo gue bawa dari Jakarta, gempor gue. Lagian gue mana ada pake Avanza, lo kan tau gue pakenya Terios atau gak Fortuner"

"Yang mana sih belum pernah liat gue. Hehe" tawa gue hambar

"Udah jangan kebanyakan mikir, mending tidur" katanya

"Gimana gue mau tidur. Orang Bang Adam lagi luka" kata gue memutar bola mata

"Dia ga kenapa kenapa ko. Cuma luka kecil paling tinggal di jait atau gak di perban juga sembuh" jelas bang Iam sedangkan gue mengagguk mengerti

"Udah tidur. Lo perlu istirahat" kata Bang Iam mengelus kepala gue sayang

"Siap" segera gue tutup mata gue dan mencari ketenangan meski agak sulit tapi pas akhirnya gue tertidur juga

Singkat cerita

"Bisa, iya santai tar gue ke pantai. Gue masih nunggu si Adam" bisik seseorang

Gue membuka mata gue perlahan dan menatap orang yang memunggungi gue

Kaya ga asing

"Bang Iam" seru gue bangun dari tempat tidur

Perasaan tadi gue tidur di mobil. Jangan bilang gue digendong lagi, sama si bang Iam

Jadi ga enak

"Eh Dy. Tidur lagi gih tar lagi bang Adam dateng"

"Mama papa tau gak?" Tanya gue

"Emang kenapa?" bang Iam duduk di sisi kasur

"Gue ga mau Mama Papa khawatir" kata gue pelan

"Nanti pasti gue juga ga boleh kemana mana lagi" seru gue menahan air mata gue. Tapi ga bisa gue ga bisa menahan tangisan ini lagi

"Enggak ko, enggak" kata bang Iam memeluk gue

Gue nangis di bahu bang Iam sejadi jadinya

Gue takut sama Mama, Papa khawatir lalu gue takut bang Adam kenapa kenapa lalu gue takut ngerepotin semua temen bang Adam

Gue takut semuanya. Gue takut

Tolong ya Allah lindungi kami semua

Dan kantuk menghampiri gue

Singkat cerita

"Dy..." gue membuka mata gue dengan perlahan

"Ayo kita harus pulang"

"Bang Adam!" Seru gue langsung berdiri dan memeluknya

"Aduh Dy sesak gue" katanya diem aja ga membalas pelukan gue

"Ih jahat ga bales pelukan gue" kata gue melepas pelukannya dan cemberut

"Ya ampun adek gue ko jadi manja ya..." katanya mencuil dagu gue

Ih dasar

"Sini sini kakak peluk" katanya memeluk tubuh gue

"Ih najis lo Bang" kata gue tapi tidak menolak untuk di peluk

"Maafin gue ya bang" seru gue memeluknya lebih erat lagi

"Aaaa...aduh" katanya melepas pelukan hangat itu dengan paksa

"Kenapa sih bang" tanya gue bete

"Sakit bego pinggang gue" katanya

Seketika gue membeku. Segera gue tarik kaus abng gue keatas dan melihat ada perban di pinggangnya

"Yah maaf gatau" gue berlutut untuk lebih dekat lagi kearah luka itu

"Dalem ga?"

"Enggak ko. Cuma luka ringan" gue kembali mengingat ingat kejadian itu dan meringis saat mengingat nya

"Lo kenapa?"

"Boong pasti dalem. Gue liat pisau nya" seru gue lalu dia menyentuh bahu gue dan ikut berlutut

"Ga sedalem cinta gue ke elo ko" katanya. Wajah gue berasa panas pas denger kata kata itu

"Astaghfirullah. Bukannya siap siap malah drama ya" teriak orang yang ada di pintu

"Oh iya" kata gue segera berlari kearah kamar mandi

"Ah ganggu lo. Awas ya tar gue ganggu"

"Oitt sorry lah ya gue udah..." gue menutup pintu kamar mandi dan mulai mandi

Tadi sebenarnya bang Iam mau ngomong apa ya?

Orange star please. Need someting

Crazy Things [Brother Complex]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang