Kenyataan

1.4K 61 8
                                    

"Benar!" Hati gue melecos

Berarti yang di katakan bang Adam ini benar. Cinta ga mungkin tumbuh pada Adik dan Kakak

"Haha. Ga mungkin" kata gue tertawa sumbang

"Nothing is impossible" kata dokter itu kembali membuat gue lemah

Kenapa!
Kenapa semua orang mengatakan itu!

"Kalau begitu saya ingin abang saya sembuh!"

"Saya tidak menjamin. Dia kekurangan ba---"

"Nothing is impossible!" Kata gue mengulangi kata katanya

"Audy" tenang Papa

"Gak. Audy pingin bang Adam sehat lagi!"

"Gamau tau caranya gimana! Sekalipun itu pake cara yang ada di Film Frankenstein!" Teriak gue frustasi

"Audy!" Bentak Mama

Apa salah gue!
Gue hanya ingin bang Adam sembuh!
Tapi kenapa semua orang malah membela dokter sialan ini!

Segera gue melangkah keluar ruangan sialan itu

Gue akan membuat bang Adam bangun! Ya tuhan temukan lah pendonor darah itu! Aku tidak mau kehilangannya untuk ke 3 kalinya

Tubuh gue lemas.
Tubuh gue jatuh di lantai rumah sakit yang sangat sangat menusuk tulang

Disaat dia menerima semuanya
Kenapa semuanya malah berbelok?
Apa memang mereka tidak bisa di satukan?
Cinta ini terkutuk!

Lalu dengan tiba tiba aja terputar lagi kenangan saat kita ada di Bali. Saat gue di culik, bang Adam... dia rela berkorban demi gue

Lalu berlanjut ke kejadian beberapa minggu lalu, saat abang gue pengen menyebrang tapi naas... dia malah di tabrak oleh mobil. Berkat do'a gue yg asal asalan

Dan sekarang! Kecelakaan pesawat!
Yang benar aja!
Kenapa semua itu harus bang Adam sendiri yang merasakannya!

"Hiks...hiks...kenapa?...hiks...kenapa... kenapa harus dia yang merasakannya sendiri?" Tangis gue sudah sangat deras sampai terdengar langkah kaki pelan mendekati gue. Diam diam gue mengintip di sela sela rambut gue

Sandal laki laki itulah yang gue lihat. Dan bukan sendal bang Adam atau pun Papanya

Terus sendal siapa?

Lalu secara tiba tiba lutut lelaki itu menyentuh lantai dan merengkung tubuh gue

Tubuh gue sempat menegang, Ga bisa di pungkiri. Gue membutuhkan bahu seseorang, terdengar lebay tapi itu lah yang gue butuh kan saat ini

"Semua akan baik baik aja" gumam lelaki itu pelan

"Gimana? Gimana bisa baik baik aja?" Tanya gue mengusap wajah gue kasar. Lelaki itu mendorong bahu gue dengan kedua tangannya dan menatap gue dengan senyum semangat

Tunggu... wajahnya ga asing

"Ayo ke mushola lagi"

Lagi?
Dan saat itu juga gue ingat lelaki itu, lelaki yang menjengkelkan yang untuk pertama kalinya berkata Nothing is impossible

"Gak! Gue... gue benci! Gue benci sama dia"

"Stt. Lo benci sama yang maha kuasa?" Katanya menutup mulut gue dengan jari telunjuknya

"Menurut lo. Dengan semua yang gue alami?" Tanya gue memutar bola mata gue malas dan mendorong kasar jarinya

"Inget ya. Kalo bukan karena kehendak Allah, lo ga akan ada di dunia ini" gue diam. Menimbang nimbang

Apa yang cowo itu katakan benar. Kalo dia enggak ada di dunia ini, engga mungkin dia bisa ketemu Mama dan Papa yang hebat dan abangnya yang seorang pahlawan

Gue dengan cepat mengangguk dan tersenyum kecil. Gue butuh ketenangan dan berdoa pada yang maha kuasa

"Nothing is impossible girl" katanya mengacak ngacak rambut gue dan dengan itu mereka berdiri dan berjalan menuju mushola

Jiahhhhh ketemu lagi sama si mas mas di masjid, yang pertama kali ngasih kata kata 'Nothing Is Impossible'

Btw dia bukan marbot ya. Haha

Crazy Things [Brother Complex]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang