lima

922 38 0
                                    

Keesokan harinya, seperti biasa kediaman keluarga Andrian selalu bising dengan berbagai suara hewan. Apalagi ayam milik Zefan, jam weker saja kalah. Tapi tidak seperti biasanya Fira masih meringkuk dibalik selimutnya. Begitupun dengan Zea, mereka masih terlelap dialam mimpi mereka.

"Heeei! Ze, lo ngga sekolah? Udah siang nih"teriak Zefan sambil mengetuk pintu kamar Zea keras-keras. Namun tak ada jawaban.

"Ze, sepuluh menit lo ngga keluar ikan lo gue goreng ya!"ancamnya lalu beralih ke kamar di sebelahnya. Terdapat tulisan Fira's room dipintunya.

"Fir? Udah jam 6 nih. Lo ngga mau sekolah hari ini"teriak Zefan lebih pelan dari yang tadi karena biasanya Fira mudah terbangun walau suaranya lirih. Berbeda dengan Zea yang harus berteriak hingga gadis itu mendengarnya. Namun sama tak ada jawaban juga.

"Ini lagi pada kenapa sih? Kalau Zea sih bisa dimaklumin tapi ini seorang Zafira bangun siang. Aneh banget"gumam Zefan. Ia beralih ke kamar Zea lagi.

"Zee lo ngga papa kan? Jawab gue woy. Jangan bikin khawatir"ucap Zefan sambil menggedor-gedor pintu kamar Zea lebih keras. Namun tetal tidak ada suara.

"Zee!! Gue dobrak nih!"teriaknya keras.

Tiba-tiba Abraham keluar dari kamarnya dan menghampiri Zefan yang dari tadi sangat berisik.

"Apa sih Fan. Berisik banget dari tadi?!"tanya Abraham sedikit membentak.

"Ini Pah Fira sama Zea ngga bangun bangun dari tadi. Aku udah gedor sama teriak-teriak juga. Tapi ngga ada respon sama sekali"jelas Zefan.

"Di lemari kan ada kunci serep Fan. Ngga perlu toa begitu. Lagian Zea juga udah biasa kan bangun siang"ucap Abraham.

"Oh iya ngga kepikiran"

"Kamu nih ganteng ganteng lemot"ejek papa.

"Yee gini-gini keturunan Papa tau"

"Yaudah ambil sana. Papa mau sarapan dulu"ucap Abraham lalu berjalan menuju tangga. Lelaki berusia tiga puluh tahunan itu memang biasa menggunakan tangga jika turun dan kadang menggunakan lift jika naik. Untuk sedikit olahraga saja menurutnya.

"Tunggu Pah. Fira juga belum bangun. Aku khawatir. Papa buka kamar Fira ya"ucap Zefan, mungkin dengan begini bisa membuat papanya ingat akan kenangannya bersama Fira. Abraham diam dan tampak berpikir sejenak.

"Kamu aja. Biar Papa yang buka kamar Zea"tolak Abraham.

"Tapi papa kan takut ular"

"Ngga papa. Papa ngga mau ke kamar orang lain"jawab Abraham yang membuat Zefan bungkam.

"Yaudah"

Akhirnya Abraham yang masuk ke kamar Zea dan Zefan masuk kamar Fira.

"Zea sayang. Kamu ngga sekolah?"ucap Abraham lembut sambil berjalan mendekati kasur putrinya itu. Zea agak menggeliat dan sedikit meringis karena kaki dan tangannya masih sakit.

"Aku ngga berangkat ya Pah. Ngga enak badan"ucap Zea lemas. Abraham duduk di samping Zea dan menyentuh keningnya pelan.

"Kamu demam. Mau Papa anter ke rumah sakit?"tanya Abraham khawatir.

"Ngga usah Pah. Aku di rumah aja"jawab Zea.

"Yaudah. Nanti Papa bilangin Bi Inah buat bawain sarapan buat kamu ya. Papa berangkat dulu, kalau ada apa apa kabarin Papa"ucap papa lalu mencium kening Zea.

"Iya, Pah"jawab Zea lalu Abraham segera pergi karena ia sudah hampir terlambat ke kantor.

Sedangkan di kamar Fira.

Different TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang