delapan

780 36 1
                                    

Keesokan harinya Zea masih sibuk dengan mimpinya sampai jam weker yang ada di samping meja saja tidak sanggup menembus gendang telinganya. Suara kokok ayam Zefan juga tidak mempan. Zea masih meringkuk di atas kasur sambil memegangi selimut tebalnya. Ternyata ia masih kedinginan, tapi sudah lebih baik dari kemarin. Hidungnya sudah tidak mengeluarkan cairan lagi. Sepulang dari kafe kemarin ia langsung tidur dan menyalakan penghangat ruangan.

Tak seperti biasanya, hari ini Fira mengetuk pintu kamar Zea. Ia berniat membangunkan Zea, entahlah perasaannya mengatakan bahwa Zea sedang tidak baik baik saja.

Tok tok tok

"Bentar lagi bang. Gue masih kedinginan nih hacih!!..."sahut Zea dari dalam.

"Ini gue Ze"ucap Fira datar sedatar datarnya. Tak lama pintu kamar Zea terbuka. Terlihat Zea masih menggunakan pakaiannya yang kemaren, hidung merah, dan rambut acak acakan.

"Ada apa?"tanyanya dengan mata yang masih setengah terbuka.

"Lo sakit?"tanya Fira masih dengan nada datar.

"Biasa alergi gue kambuh. Dingin banget"ucap Zea.

"Terus lo mau berangkat sekolah apa ngga?"tanya Fira sedikit iba dengan saudara kembarnya ini.

"Ngga usah sok peduli deh. Lo mau nebeng gue kan, tenang aja gue berangkat kok"ucap Zea cuek.

"Heh! Asal lo tau ya. Masih untung gue khawatir sama lo! Dan ngga usah, makasih udah nganterin gue kemarin. Tapi hari ini gue bisa berangkat sendiri"ucap Fira agak emosi lalu pergi ke ruang makan.

Zea masih terpaku di depan pintu. Antara senang dan sedih. "Apa tadi? Fira khawatir sama gue?"batinnya lalu seulas senyum terukir di wajahnya. Lalu ia segera masuk ke kamar mandi.

Fira POV

Pukul 04.30 jam wekerku berbunnyi. Aku langsung beranjak dan pergi ke kamar mandi. Pagi ini terasa sangat dingin, aku jadi kepikiran dengan Zea. Dia kan alergi dingin, jika sudah dingin pasti dia langsung pilek dan bersin bersin lebih parah lagi akan ada ruam ruam di sekujur tubuhnya. Setelah selesai mandi, aku menyiapkan buku yang akan ku bawa dan kumasukan ke dalam tas. Lalu aku keluar hendak turun untuk sarapan. Namun ku lirik kamar Zea masih tertutup, pasti ia masih tidur. Sepertinya tidak ada salahnya jika aku membangunkannya sekalian melihat kondisinya. Kuketuk pelan pintu kamarnya.

Tok... tok... tok...

"Bentar lagi bang. Gue masih kedinginan nih hacih..."sahut Zea dari dalam.

"Ini gue Ze"ucapku datar sedatar datarnya. Tak lama pintu kamar Zea terbuka. Terlihat Zea masih menggunakan pakaiannya yg kemaren, hidung merah, dan rambut acak acakan. Ya Tuhan apa yg sudah dia lakukan semalam.

"Ada apa?"tanyanya masih dengan mata terpenjam.

"Lo sakit?"tanyaku masih dengan nada datar. Tak ingin membuatnya ge-er dan besar kepala.

"Biasa alergi gue kambuh. Dingin banget"ucap Zea.

"Terus lo mau berangkat sekolah apa ngga?"tanyaku padanya. Ada sedikit iba dan khawatir.

"Ngga usah sok peduli deh. Lo mau nebeng gue kan, tenang aja gue berangkat kok"ucapnya cuek. Membuatku ingin sekali menamparnya. Namun ku urungkan niatku karena melihat keadannya.

"Heh! Asal lo tau ya. Masih untung gue khawatir sama lo! Dan ngga usah, makasih udah nganterin gue kemarin. Tapi hari ini gue bisa berangkat sendiri"ucapku kesal dan langsung pergi tapi sebelum itu kulihat wajahnya kaget. Memangnya aku salah bicara?

Fira POV off

Setelah selesai mandi dengan air hangat Zea turun untuk sarapan.

"Selamat pagi"sapa Zea.

Different TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang