duapuluhtiga

634 26 0
                                    

Keesokan harinya, rumah sakit ini terasa sepi karena hanya ada Abraham dan Caroline. Zefan dan teman teman Zea sudah pulang dari tadi malam. Operasi Fira juga berjalan dengan lancar, saat ini kondisi Fira sudah membaik dan sudah dipindahkan keruang rawat biasa. Lain halnya dengan Zea, ia masih sama seperti kemarin. Koma. Belum ada perkembangan yang berarti. Jika dalam dua hari kedepan belum ada perkembangan atau bahkan keadaannya semakin memburuk mereka akan membawanya berobat ke Jerman.

Saat ini Abraham dan Caroline sedang berada di ruangan Fira menunggu putri bungsu mereka siuman. Dari tadi tangan Abraham tak lepas dari tangan Fira. Rasa bersalah kembali menyeruak di dalam dadanya. Disaat ia sudah mengingat semua kenangan bersama Fira mengapa keadaan Fira seperti ini. Ia menyesali perbuatannya yang mengacuhkan putrinya ini.

"Pah, makan dulu. Dari kemarin papa belum makan kan?"

"Ngga laper mah"

"Emang makan harus nunggu laper?"

"Ngga nafsu"

"Makan pah"

"Ngga"

"Atau mau di suapin?"

"Ngga mau mah. Papa makan kalau Zafi udah sadar"

"Tapi pah-"

"Mah. Papa ngga mau makan, papa makan kalau Zafi udah sadar. Please jangan paksa papa"

"Oke. Padahal udah mama pesenin ayam bakar kesukaan papa. Beneran ngga mau makan?"

"Ngga"

"Yakin?"

"Iya"

"Beneran?"

"Iya mama"

"Oke. Jangan minta kalau ayamnya udah dateng. Fix"

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Caroline beranjak. Wajahnya berbinar ketika melihat siapa yang datang. Zafran, oh tunggu ia bukan berbinar melihat Zafran tapi berbinar melihat apa yang Zafran bawa. Ayam bakar pesenannya.

"Ayo masuk nak"

"Eh ngga usah tante. Saya mau langsung jenguk Zea. Boleh kan Tan?"

"Ooh boleh kok. Makasih ya udah nganterin pesenan tante"

"Iya tante sama sama. Saya permisi"

Zafran langsung melenggang pergi menuju ruangan Zea. Rumah sakit masih terasa sepi karena ini masih sangat pagi, jam baru menunjukan pukul 06.00. Zafran sengaja menyempatkan diri untuk menjenguk Zea sebelum berangkat sekolah. Sesampainya di ruangan Zea ia langsung menarik kursi agar lebih dekat dengan ranjang. Ia manatap lagi wajah pucat Zea lalu menggenggam tangannya erat. Terasa dingin membuat Zafran semakin mengeratkan jemarinya di tangan Zea. Ia berjanji tidak akan menangis hari ini. Sudah cukup ia menangis kemarin, hari ini ia akan berusaha menjadi cowok yang ngga cengeng dan ngga lemah.

"Hai"ucapnya sambil tersenyum manis.

"Betah banget sih bobo kaya gini. Gue kangen tau"lanjutnya ia memberi jeda sedikit.

"Maaf ya. Harusnya kemaren gue ngga biarin lo bareng sama Rey, harusnya gue ngga usah ngeladenin para preman itu, harusnya gue bisa jagain lo,harusnya gue selalu bareng sama lo"ucapnya berhenti sejenak. "Dan harusnya lo ngga kaya gini Ze. Maaf"lanjutnya memelan.

"Oh ya. Gue bawain lo mawar putih. Lo suka mawar putih kan. Gue tau walaupun lo tomboy tapi tetep aja lo cewek haha... gue taruh disini ya. Jadi gampang kalau lo kangen sama gue tinggal ambil aja bunga ini"ucapnya dengan tawa hambar.

Different TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang