duapuluhsembilan

655 23 0
                                    

Pagi ini terasa asing bagi Fira. Ia terbangun dan melihat sekeliling. Matanya menyipit mencoba menyesuaikan cahayanya. Ia terduduk dan mencoba mengingat sesuatu. Kebiasaannya ketika bangun tidur adalah lupa ia berada dimana dan apa yang sebelumnya terjadi.

"Pikunnya kumat dah. Lo di Jerman"ucap seseorang didepanya.

"Kak Zefan? Zea?"gumamnya pelan. Beberapa saat kemudian ia menepok jidatnya.

"Astaga gue lupa. Jam berapa sekarang kak?"tanya Fira.

"Jam 8 pagi. Zea masih tidur. Mama lagi ngambil baju, papa lagi cari makan. Sekarang mending lo mandi, baju lo udah ada di sebelah lo"jelas Zefan sambil memainkan hapenya.

"Iya kak. Lagian gue ngga tanya"gumamnya.

Selesai mandi ia mengecek hapenya dan BOOM. Puluhan notifikasi memenuhi hapenya bahkan sampai membuat hapenya error.

"Anjir nge lag hape gue"gumamnya.

"Kenapa Fi?"tanya Zea. Ya hari ini ia sudah mulai bicara, selang oksigen juga sudah diganti jadi ia bebas berbicara.

"Eh lo udah boleh ngomong?"tanya Fira lalu mendekat ke Zea.

"Udah. Lagian lidah gue gatel pengin ngomong"jawab Zea. Mendengar itu Fira meletakan hapenya yang sengaja ia matikan dan duduk di samping Zea. Zefan juga sudah tak ada, tak tau kemana.

"Buat kata kata lo kemaren gue mau jawab. Pertama, gue udah maafin lo apapaun itu kesalahan lo karena kesalahan lo kesalahan gue juga. Kedua lo ngga perlu bilang makasih buat apapun karena kita ini saudara dan udah takdirnya kita saling tolong"ucap Zea.

"Makasih Ze. Lo tau gue udah panik waktu gue ngga denger detak jantung lo"

"Maaf udah bikin khawatir. Justru karena gue denger seseorang yang nyuruh gue bangun makanya gue berusaha banget buat balik lagi. Kayanya itu lo Fi. Tapi btw, happy birthday my twin. Happy Sweet Seventeen"ucap Zea sambil merentangkan tangannya. Fira langsung membalas pelukannya.

"Happy birhday juga my twin. Happy sweet seventeen haha. Dan lo berhasil bikin momen yang spesial dan tak terlupakan"

"Hahaha"

"Tapi jangan lakuin itu lagi Fa. Gue takut"

"Iya Fi. Ngga akan"

Mereka masih berpelukan tanpa menyadari kehadiran kedua orang tua dan kakaknya yang melihat keduanya dari balik pintu. Mereka menatap sambil tersenyum senang.

"Oh iya. Gue diajakin sama temen basket lo buat gabung sama tim mereka. Tapi gue tolak karena gue bakal gantiin posisi lo. Gue ngga mau"

"Kenapa?"

"Ya ngga aja. Gue ngga mau hubungan kita jadi berantakan lagi gara gara ini"

Zea menghembuskan nafas perlahan dan beranjak untuk duduk. Mungkin karena Fira yang sedang menunduk membuatnya tak menyadari kalau Zea bergerak.

"Uhuk uhuk"

"Eh lo kok duduk sih. Tiduran lagi. Mana ngga bilang bilang kalau mau duduk"omel Fira lalu mengambil air hangat yang ada dimeja.

"Gue ngga papa kok"

"Lain kali kalau lo mau ngapa ngapain bilang ya. Biar gue bantu"

"Iya iya. Dan soal basket itu, lo boleh kok gantiin posisi gue"ucap Zea sambil tersenyum walaupun terlihat jelas kesedihan dimatanya.

"Ngga. Fa please. Jangan lagi"ucap Fira sambio menggenggam erat tangan Zea. "Behenti korbanin perasaan lo buat gue. Gue ngga mau itu, gue ngga suka. Gue tau lo coba ngorbanin perasaan lo ke Zafran buat gue kan?"

Different TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang