sembilan

765 31 0
                                    

Setelah pertengkaran kemarin. Zea dan Fira semakin menjauh. Terlihat jelas karena keduanya bahkan tidak saling melihat walau berpapasan. Lebih parah dari keadaan sebelumnya. Zefan yang melihat hal itu diam saja. Percuma juga jika ia berusaha memperbaiki hubungan mereka, yang ada malah makin parah. Biarlah waktu yang memperbaikinya. Jadi dia lebih memilih diam dan memperhatikan adiknya jika memang sudah kelewat batas.

Sebenarnya Zefan sangat merindukan kedua adiknya ini. Waktu kecil mereka sering bermain bersama. Katakan jika Zefan sangat tertutup, tapi waktu kecil ia lebih suka bermain bersama adiknya ketimbang dengan teman temannya yang lain. Lelaki itu lebih suka menjaga adik kembarnya agar tidak jatuh saat bermain. Bagi Zefan adik adalah tanggung jawabnya yang tidak bisa ia tinggalkan. Papa juga selalu berkata bahwa adiknya adalah berlian yang harus ia jaga bahkan dengan nyawa sekalipun. Maka dari itu sejak peristiwa kecelakaan, Zefan semakin protektif dengan Zea dan Fira.

Sarapan pagi inipun masih sama seperti kemarin kemarin. Suasananya sunyi seperti acara pemakaman. Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang menyentuh piring serta suara hewan peliharaan mereka.

"Apa harus Papa nyewa orjen tunggal biar rumah ini rame lagi"ucap Abraham.

"Boleh"jawab Zea sekenanya.

Hening lagi.

"Ck. Gue paling ngga suka suasana kaya gini. Pada kenapa sih"tanya Abram.

"Ngga papa"ucap Zefan, Zea dan Fira bersamaan.

Abram hanya bisa menghela nafas pelan.

"Yaudah kalau pada mau diem dieman. Terserah, tapi yang harus kalian inget. Kalian itu saudara, walaupun Papa masih belum inget tentang Fira. Tapi kata kalian dia itu saudaranya Zea, jadi ya mau gimana dia mungkin anak Papa juga. Mungkin sikap Papa beda sama Fira. Tapi Papa ngga tau bagaimana cara bersikap dengan orang yang belum Papa kenal tapi disisi lain dia adalah anak Papa sendiri"ucap Abraham panjang lebar namun tak memandang ketiga anaknya sama sekali. Ia hanya melihat makanan yang ia aduk-aduk sendiri.

"Papa berangkat dulu. Assalamu'alikum"ucap Abram lalu menyalami ketiga anaknya dan istrinya.

"Walaikum salam"

Sedangkan Caroline, ia melihat ke arah Zefan, Zea dan Fira tanpa berucap apapun. Lalu pergi ke dapur untuk membersihkan sisa makanan tadi.

"Gue mau bicara sama kalian. Nanti pulang sekolah ketemu di Z's cafe"ucap Zefan dingin.

***

Saat berada di sekolah Zea mencari keberadaan Gio. Ia ingin berbicara empat mata dengan Gio karena kemarin lelaki itu membawa pacarnya bolos sekolah. Lalu berakibat pada pertengkarannya dengan Fira. Namun saat ia sampai di kelas hanya ada Reva disana. Ia segera menghampiri Reva dan menaruh tasnya.

"Gio mana?"tanya Zea serius.

"Tadi sih gue liat dia ke kelasnya Seryl. Emang kenapa Ze?"tanya Reva heran.

"Gue pergi dulu"ucap Zea menghiraukan pertanyaan Reva.

Ia segera berlari ke arah kelas XI ipa 1. Ia celingak celinguk mencari keberadaan Gio. Tak butuh waktu lama bagi Zea untuk menemukan keberadaan lelaki itu. Ia melihat Gio sedang berdiri di depan pintu seperti menunggu seseorang. Tanpa menunggu lebih lama lagi Zea langsung menarik Gio ke arah belakang sekolah.

"Apaan sih Ze? Main tarik tarik aja"ucap Gio tak terima.

"Gue mau ngomong serius sama lo"ucap Zea dengan wajah yang super serius.

"Maaf Ze gue udah punya Seryl"ucap Gio ngawur.

"Ini bukan waktunya bercanda Giovani"ucap Zea tegas.

Different TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang