tujuhbelas

610 27 0
                                    

Sesampainya di rumah Zafran langsung pergi ke kamar mandi dan mengganti bajunya. Ia merasa lelah hari ini, ia ingin bersama Zea tapi nyatanya hari ini ia menemani Fira. Apa Zea tidak merasakan perasaannya? Ah iya. Mana ada cewe peka di dunia ini. Semua cewek pasti penginnya di peka in bukan peka terhadap cowok.

Ia merebahkan tubuhnya di kasur mencoba memejamkan mata. Namun pikirannya terua saja memikirkan Zea. Apa dia baik baik saja? Pikirnya. Diliriknya jam dinding yang baru saja ia beli sehari yang lalu. Pukul 5 sore, ia ingat ia belum shalat ashar. Bergegas ia berdiri dan mengambil air wudlu. Ia akan berusaha untuk menjadi lebih baik sebelum menetapkan hatinya untuk Zea. Ia ingin menjadi yang terbaik untuk gadisnya. Oh tunggu, calon gadisnya.

Setelah selesai shalat ia kembali merebahkan tubuhnya ke kasur. Entah kenapa tiba tiba rasa kantuk menyelimutinta. Beberapa menit kemudian ia sudah terlelap ke alam mimpi.

Sedangkan Fira ia sudah mandi dan berganti pakaian. Sama halnya dengan Zafran ia juga sedang tiduran di atas kasurnya. Ia masih membayangkan wajah Zafran yang sangat tampan baginya. Ia masih ingat jelas wajah Zafran saat memayunginya dengan jaket, begitu dekat. Seulas senyum tersungging di bibir manisnya. Ia tersenyum sambil memeluk guling yang ada disampingnya.

Tok tok tok

"Raa... ini gue. Boleh masuk?"ucap seseorang yang ada di balik pintu.

"Iya. Ngga dikunci kok"

Lalu pinti terbuka dan Zefan masuk ke dalam kamar adik keduanya ini. Ia duduk di pinggir kasur. Fira juga sudah duduk disamping Zefan.

"Ada apa kak?"tanya Fira sambil menyerngitkan dahi. Tumben sekali kakaknya ini masuk ke kamarnya.

"Ngga papa sih. Kangen aja ama lo"jawab Zefan sekenanya karena itu kenyataannya.

"Masa? Pasti ada apa apa deh"ucap Fira makin heran dengan kelakuan kakak laki lakinya ini.

"Hmm... ada sih. Tapi ngga terlalu penting"jawab Zefan.

"Masa?"tanya Fira serius.

"Bodo"

"Serius kak. Ada apa??"ucap Fira mulai greget dengan Zefan.

"Gue boleh peluk lo?"tanya Zefan.

"Hah? Ya boleh lah kak. Lo kenapa sih?"

Tanpa menjawab pertanyaan Fira, Zefan langsung memeluknya erat seakan mereka akan dipisahkan jauh. Fira membalas pelukan kakaknya ragu dan dengan wajah yang heran.

"Lo sayang kan sama gue?"tanya Zefa masih dalam pelukan Fira.

"Pasti lah kak"jawabnya.

"Kalau gitu maafin Zea Ra"

Refleks Fira langsung melepas pelukan itu. Pelukan hangat sang kakak.

"Apa?"tanya Fira tak percaya.

"Maafin Zea"ucap Zefan mengulangi perkataannya yang tadi.

"Kenapa gue mesti maafin dia?"

"Karena kalian saudara. Dan saudara harusnya akur"

"Gue sakit kak. Kenapa sih ngga ada yang ngertiin perasan gue!"bentak Fira membuat Zefan sedikit kaget.

"Gue ngerti. Gue ngerti banget perasaan lo"

"Ngerti dari mana?! Buktinya lo nyuruh gue maafin dia segampang itu!"

"Ra, ini udah hampir 2 tahun setelah kejadian itu. 2 tahun bukan waktu yang sebentar Ra. Coba buka hati lo"

Fira mengalihkan pandangannya lalu menarik nafas dan membuangnya perlahan. Jika tidak seperti itu mungkin air matanya sudah jatuh dari tadi.

"Huuuh... kak, gue udah berusaha buka hati gue buat maafin dia. Tapi itu susaaaah banget. Gue selalu kebayang gimana papa lebih sayang ke dia ketimbang gue, papa yang selalu bangga banggain Zea di depan teman temannya dan gue? Gue cuma jadi bayangannya Zea. Bahkan papa ngga pernah sekalipun liat nilai nilai gue di sekolah. Dia selalu ke sekolah Zea, liat nilai Zea, liat keadaan Zea. Gue? Dilirik aja ngga"ucap Fira mencurahkan segala uneg unegnya selama ini. Zefan menatap sendu kearah Fira.

Different TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang