Part 5

4.8K 376 88
                                    

"Honeyy,,"

Percy tersenyum saat Rindi memeluknya dengan bahagia. Saat ini Percy berada di parkiran bandara Soekarno – Hatta. Ia memang menjemput Rindi yang baru kembali dari Bali.

Rindi tersenyum bahagia di pelukan Percy, ia benar-benar merindukan Percy. Daffa memperhatikannya dari kejauhan dengan senyuman kecilnya. Setelahnya ia kembali memakai kacamata hitamnya dan beranjak beranjak pergi bersama pengawal dan asistennya.

"Aku merindukanmu, Honey."

"Iya," jawab Percy mengusap kepala Rindi dan melepaskan pelukannya. "Ayo masuk,"

Percy tersenyum kecil kepada Rindi seraya membuka pintu penumpang untuk Rindi. Tanpa menunggu lama Rindi langsung menaiki mobil diikuti Percy setelah memasukan barang Rindi ke dalam bagasi mobil.

Ia mulai menjalankan mobilnya setelah duduk di kursi penumpang. "Kamu kemana saja, Honey? Kenapa kamu tidak mengabariku dan tidak mengangkat telpon dariku?"

Mendengar rentetan pertanyaan dari Rindi, Percy hanya tersenyum kecil kepada Rindi dan mengambil sebelah tangan Rindi. Ia menggenggamnya dengan kuat membuat Rindi mengernyitkan dahinya bingung.

"Aku sedikit sibuk, maafkan aku."

"Apa kamu merindukanku?" tanya Rindi tersenyum melihat Percy mengecup tangannya yang berada dalam genggamannya.

"Sangat," ucap Percy kembali tersenyum walau matanya memerah menahan air matanya. Ia tidak sanggup mengatakan semuanya ke Rindi kalau dia dan Rasya akan segera menikah.

"Kamu baik-baik saja kan, Honey? Apa ada masalah?" Rindi terus menatap wajah Percy yang kembali menatap lurus ke depan dengan menyetir mobilnya.

"Iya, aku baik-baik saja."

"Eh, ini kan bukan arah ke rumahku?" ucap Rindi saat melihat sekeliling.

"Aku ingin ke membawamu ke puncak, kamu mau kan?" tanya Percy yang di angguki Rindi.

Di dalam mobil tidak ada yang mengeluarkan suara, hingga mereka sampai di perkebunan teh yang ada di puncak. Percy membukakan pintu penumpang untuk Rindi,

Setelah Rindi keluar dari mobil, Percy dengan posesife menggenggam tangan Rindi dan membawanya ke bagian tertinggi perkebunan teh. Mereka berhenti di dekat pohon besar. Udara sejuk menerpa wajah mereka berdua, senyuman tak luput dari wajah keduanya.

"Kenapa kamu membawaku kesini, Honey? Rasanya sudah lama sekali aku tidak ke puncak." Ucap Rindi menatap sekeliling.

Rindi berjalan ke sudut lain dan merentangkan kedua tangannya, ia memejamkan matanya seraya menghirup udara segar itu sebanyak-banyaknya. Percy masih berdiri di tempatnya memperhatikan Rindi dengan senyuman kecilnya. Air matanya sudah menggantung di pelupuk matanya siap meluncur membasahi pipi.

Hatinya terluka dan sakit akan melepaskan Rindi, ia merasa tak mampu melakukannya. Rindi membuka matanya dan tersenyum manis ke arah Percy.

Percy berjalan mendekati Rindi dan menyodorkan sesuatu kepadanya. "Ini apa Honey?" Rindi berbinar melihat Percy menyerahkan kotak berukuran kecil berwarna coklat yang di beri pita pink.

"Buka saja,"

Rindi segera membukanya dan semakin tersenyum berbinar melihat isinya. Di dalamnya adalah sebuah kalung cantik dengan gantungan berbentuk angel yang memiliki sayap indah. "Cantik,"

"Ini adalah kamu, kamu adalah malaikat yang selalu melindungiku." Ucap Percy memakaikan kalung itu di leher jenjang Rindi. "Kamu menyukainya?"

Rindi mengangguk antusias seraya memegang kalungnya itu. "Ini sangat cantik, Honey."

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang