Part 31

8K 507 202
                                    

Percy tengah berdiri di balkon kamar hotelnya seraya meneguk sebotol Chateau Lafite Rothschild Vintage Red Wine. Jenis red wine yang paling populer dan berasal dari area Bordeaux di Prancis Barat. Red wine ini sangat sophisticated dan full bodied dengan struktur yang kompleks.

Ia menatap kerlap kerlip lampu di hadapannya yang begitu indah.

Arizona adalah sebuah negara bagiab barat daya Amerika Serikat. Disini terkenal dengan gurun pasirnya. Sehingga saat musim panas, cuaca terasa begitu panas. Tetapi saat musim dingin tak terlalu dingin. Negara ini merupakan negara perbatasan. Arizona berbatasan dengan California dan Nevada di Amerika Serikat.

Ada beberapa kota besar di Arizona, Amerika Serikat ini. Dan Percy menyebar semua detectif handal yang di sewanya untuk menyusuri semua daerah di Arizona, bahkan ke perbatasannya yaitu California dan Nevada.

Dan saat ini Percy berada di kota Phoenix yang merupakan kota besar di Arizona. Ia akan mencari Rasya di daerah sini, tak perduli berapa lama ia akan menemukannya. Ia akan tetap mencarinya.

Percy mengambil sebatang rokok dari tempatnya dan membakar rokok itu dengan api. Ia menghisap rokoknya dan mengepulkan asapnya ke udara. Helaan nafasnya begitu berat seakan sulit untuk bernafas.

"Kamu dimana sebenarnya, Sya." Air mata kembali luruh membasahi pipinya.

Ini sudah dua bulan berlalu dan masih belum menemukan keberadaan Rasya. Bagaimana dia memenuhi ngidamnya? Bagaimana dia merawat bayi dalam kandungannya? Batinnya.

Walau ia mendengar kalau keadaan Rasya baik-baik saja, tetapi tetap saja ia begitu khawatir. Sampai kapan kamu akan menghukumku seperti ini Sya. Batinnya.

Ia menatap layar handphonenya dimana terdapat foto dirinya dan Rasya, seketika air matanya kembali luruh membasahi pipinya. Dadanya terasa begitu sesak, dan terhimpit sesuatu.

Air matanya tak mampu di bendung lagi, ia sangat merindukan Rasya, hingga rasanya ia tak mampu lagi bernafas.

***

Di suatu tempat yang cukup jauh di Amerika Serikat, Rasya terlihat menatap keluar jendela di saat hujan salju pertama kali turun. Ia berjalan keluar penthouse.

Ia berjalan ke pekarangan yang ada di depan penthouse-nya. Ia menengadahkan telapak tangannya hingga butiran salju mendarat di telapak tangannya. Ia tersenyum kecil, "Lihatlah De, salju pertama kita. Indah sekali bukan," ucapnya begitu bahagia.

Ia merasa bahagia, dan terus menampung salju yang jatuh dari langit.

"Aww,," ia meringis saat dadanya terasa sesak. "ada apa denganku."

"Sya, kenapa keluar?" Hezky berjalan mendekati Rasya yang meringis memegang dadanya. "Sya, loe kenapa?"

"Ahh, dada gue rasanya sakit sekali."

"Ayo kita masuk," Hezky menuntun Rasya masuk ke dalam.

Hezky membawakan air untuk Rasya, "Ini minumlah dulu." Rasya menerimanya dan meneguknya hingga tandas. "Loe baik-baik saja kan?"

"Percy," gumamnya membuat Hezky terdiam. "Gue merasa sesak sekali di dada, ada apa dengannya."

"Dia pasti baik-baik saja, tenangkan diri loe. Ingat kesehatan bayi loe," ucap Hezky. "Sebaiknya loe istirahat, ayo gue antar."

Hezky membawa Rasya menuju kamarnya dan membantunya merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Tidurlah."

Hezky begitu tulus menyayangi Rasya, sampai ia rela bekerja untuk kehidupan mereka berdua di sini. Rasya sudah di anggap sebagai Kakak oleh Hezky karena ia hidup sebatang kara di Jakarta. Keluarganya semuanya ada di Kalimantan, dan hanya Rasyalah sahabat baiknya dari sejak kuliah.

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang