Part 23

4.4K 467 407
                                    

Rasya tengah duduk di dalam ruangan Angga menunggu Percy. Tadi saat hendak pulang, dia berkata akan pulang bersama Rasya setelah menyelesaikan pembicaraan mereka.

Rasya meminum vitaminnya yang tadi di berikan oleh dokter. Setelahnya dia memilih merebahkan tubuhnya di atas sofa karena merasa sangat lelah sekali.

Tak lama Percy datang ke ruangan itu dan melihat Rasya sudah terlelap di atas sofa putih yang ada di ruangan Angga, ia melihat kantong kresek belanjaan yang di bawa Rasya.

Setelahnya ia melepaskan jaket hitam yang ia gunakan lalu menyampirkannya di tubuh Rasya yang terlelap. Tangannya terulur untuk merapihkan anak rambutnya yang menutupi wajahnya.

Tatapannya masih tertuju pada wajah Rasya, seakan berpikir keras. Hingga ruangan itu terbuka dan menampakan Angga di sana.

"Dia tertidur?" Percy mengangguk menyahuti ucapan Angga. "Sebaiknya kamu bawa dia pulang, ke rumah Papa. Jangan dulu ke Apartement, untuk kebaikan kalian."

Percy sekali lagi mengangguk menyetujui ucapan Angga. "Aku akan ke apartement dulu untuk mengganti pakaian lalu ke rumah Papa."

"Baiklah, kamu perlu bangunkan Rasya?"

"Tidak perlu, aku akan membopongnya. Dia terlihat lelah," Percy langsung membopong Rasya ke dalam gendongannya.

"Biar belanjaannya nanti Papa yang bawa," Percy menganggukan kepalanya dan berlalu pergi dengan membawa tubuh Rasya dan juga tas milik Rasya.

Angga memperhatikan mereka berdua, di dalam hatinya ia berharap putrinya itu bisa bahagia bersama Percy.

***

Rasya mengerjapkan matanya, ia perlahan membuka matanya dan sedikit mengernyitkan dahi saat sadar ia tengah berada di dalam mobil seseorang.

Ia memperbaiki duduknya dan sedikit kaget saat jaket seseorang tersampir di tubuhnya. Lalu ia melirik ke arah sampingnya dimana Percy tengah fokus menyetir mobil.

Rasya menurunkan jaket itu dari pundaknya, "Kita akan menginap di rumah Papa dan Mama Prasaja untuk beberapa hari sampai Rocky berhenti meneror."

Ucapan Percy membuat Rasya menengok ke arahnya, "Kita akan kemana sekarang?"

"Ke Apartement dulu, aku ingin mandi dan mengambil beberapa pakaian." Rasya mengangguk paham dengan sedikit memijit pangkal hidungnya. "Papa Angga bilang tadi kamu hampir di lukai Rocky?"

"itu-?"

"Apalagi sebenarnya mau pria itu?" kali ini Percy menengok ke arah Rasya dengan kekesalannya.

"Dia ingin balas dendam karena dulu aku dan Papa menghancurkan hidupnya," cicit Rasya.

"Bagaimana bisa?"

"Itu karena dia-" Rasya menghentikan ucapannya. Haruskah dia mengatakan kalau dia hampir saja di lecehkan di depan orang banyak.

"Karena apa?"

Rasya terdiam sesaat, " dia sering menyakitiku,"

Tanpa Rasya sadari, Percy terliihat mencengkram setir mobilnya dengan begitu kuat. Rahangnya terlihat mengeras karena kesal.

"Kalau saja dulu kamu mendengarkanku untuk tidak menerima dia," ucapnya penuh penekanan dan kekesalan.

"Sudahlah, itu masalalu."

"Ya, masalalu yang menjadi boomerang di masa depan." Mendengar penuturan Percy, Rasya hanya mampu menelan salivanya sendiri.

Hening...

Tidak ada lagi yang membuka suara selain dari helaan nafas. "Kamu baru kembali dari Austria?"

"hmm,"

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang