Part 19

4.7K 419 180
                                    

Rasya terbangun dini hari, entah kenapa dia merasa tidak bisa tidur. Ia menikmati pemandangan di hadapannya.

Percy terlihat tidur dengan lelap dan begitu tenang. Ia tersenyum bahagia menatap wajah tenang Percy di hadapannya. Sebelah tangannya terulur untuk membelai pipi Percy dengan lembut. Lalu ia mengukir wajah Percy dengan telunjuknya.

Entah kenapa rasanya ia begitu lega sekali, semuanya telah ia ungkapkan. Apa yang ia rasakan selama ini, dan sekarang hatinya sangat lega sekali. Apalagi Percy mau menerimanya, dan memberinya kesempatan untuk memulainya kembali dari awal.

"Belum tidur," ucapan itu menyadarkan Rasya dari lamunannya.

"Belum mengantuk." Ucapnya menatap Percy yang masih menutup matanya.

"Aku masih ngantuk sekali, kemarilah."

Deg

Rasya tersentak saat wajahnya menyentuh dada bidang Percy dan tangan Percy merengkuh pinggangnya dengan posesive.

Posisi seperti ini sungguh membuat Rasya tidak nyaman karena jantungnya berdetak begitu cepat sekali.

"Kamu ingat, dulu saat kecil kita suka tidur berdampingan seperti ini bersama yang lain. Tetapi posisi kita tidak pernah mau berubah, tetap ingin di tengah dan berdampingan." Ucap Percy membuat Rasya mengangguk.

Kepingan kenangan saat mereka kecil terbayang di benak Rasya. Saat yang begitu indah dan menyenangkan.

"Aku tidak pernah mengingat masa-masa itu." Gumamnya tersenyum menerawang langit-langit kamar.

"Tidurlah, besok aku harus bangun pagi. Ada sedikit masalah,"

"Apa ini berkaitan dengan hubungan Verrel dan Leonna? Aku baru mendengarnya kemarin dari Pretty, katanya Martin mengganggu Leonna."

"Iya, Martin mengacungkan bendera perang ke Verrel. Dia tidak tau gimana si Verrel kalau ngamuk."

"Apa ini ada hubungannya juga sama Caren?"

"Sepertinya, kami masih menyelidiki semuanya."

Rasya mengangguk paham, setelah cukup lama ia merasakan hembusan nafas teratur dari Percy menandakan dia sudah terlelap.

***

Rasya menyiapkan sarapan di meja bar, tak lama Percy keluar dengan sudah rapi memakai pakaian kerjanya.

"Pagi Sya,"

"Pagi, ayo sarapan dulu."

Percy duduk di kursi dan Rasya langsung mengambilkan nasi goreng untuknya. Setelah menyerahkannya ke Percy, iapun ikut bergabung bersama Percy.

Keduanya makan dalam diam, Rasya sesekali melirik ke arah Percy yang terlihat fokus dengan makanannya.

"Hari ini aku mau ke cafe, mungkin sore aku akan pulang."

"Aku akan menjemputmu nanti, kabari saja kalau kamu sudah pulang." Rasya mengangguk antusias.

"Emm, Sya."

"Ya,"

"Bisakah kita berkomunikasi seperti biasanya? Jujur ini sedikit canggung dan mengangguku." Rasya terdiam memperhatikan Percy. "Emm, aku masih tidak menyangka kalau Faen itu adalah kamu. Aku ingin kita berkomunikasi seperti panda tembem dan jibar, kamu bisa kan?"

"Maafkan aku, sebenarnya aku juga sedikit gugup." Kekehnya.

"Santai saja, kalau kamu canggung seperti ini, aku malah akan semakin canggung."

"Baiklah," kekehnya.

Dan mengalirlah pembicaraan mereka tentang beberapa hal yang lucu dan menarik.

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang