Part 25

4.8K 550 257
                                    

Karena suara terbanyak di lanjut, yo wislah aku lanjut. Tetapi sebenarnya, naskah ini belum siap buat masuk ke penerbit buat di pasarkan di playstore. 2 part sebelumnya itu hanya gebrakan supaya yang sider nongol. Hhe

Dan terbukti banyak nama baru yang nongol ke permukaan. Hhha

Ayo guys jangan malu untuk unjuk gigi. Tunjukkan dirimu, jangan sider biar bisa di kenal oleh aku dan yang lainnya.

Oh iya semoga part ini isi commentnya yang menyenangkan author gak kayak comment di part 34 yang buat aku gelisah tak menentu karena ancaman kalian dan telinga yang panas.

Oke cus langsung ke cerita,,

Anggap saja Endingnya di undur karena request....

****

"Percy,"

"Rindi,"

Keduanya berhadapan dengan tatapan yang sulit di artikan. Setelah lama, Percypun tersadar dan segera beranjak. "Kemarilah," ia memindahkan salah satu kursi yang ada di hadapannya untuk tempat Rindi.

Tak lama seorang waiters datang dan menyuguhkan beberapa makanan kesukaan Rindi dan Percy.

"Kamu memesannya?" keduanya berbicara bersamaan tetapi setelahnya keduanya tertawa.

"Oke, ini pasti kerjaan Rasya." Percy menganggukan kepalanya menyetujui ucapan Rindi.

"Kamu datang dengan siapa?"

"Bersama Pak Harun, tadi sore Rasya menghubungiku dan memaksaku untuk datang katanya penting. Jadi aku memaksakan untuk keluar," ucapan Rindi membuat Percy sedikit merenung.

'Apa maksud Rasya dengan semua ini?'

"Emm, ada apa? Apa ada masalah?" pertanyaan itu menyentakkan Percy ke dunia nyata.

"Tidak, sebenarnya aku sedikit bingung kenapa Rasya menyuruh kita berdua datang kesini. Dan dimana dia, aku sulit menghubunginya." Gumam Percy,

"Aku juga sedikit kaget dan heran apa maksudnya dia memintaku untuk datang," ucap Rindi ikut menerka-nerka. "Em, apa kalian ada masalah?"

"Tidak ada setauku," ucapnya, Rindi memperhatikan Percy yang terlihat gelisah dan berpikir keras.

"Kamu sudah berubah sekarang," mendengar ucapan Rindi, Percy menatap kearahnya. Rindi masih menampilkan senyumannya kepada Percy. "Kamu mencintainya?"

"Siapa?"

"Istrimu, Faen alias Rasya."

"Rindi, aku-"

"Aku tidak marah, sungguh aku tidak apa-apa." Rindi tersenyum tetapi matanya sudah berkaca-kaca. "Bohong memang kalau aku mengatakan sudah tidak ada kamu di hati aku," ia terkekeh hingga air matanya jatuh membasahi pipi.

"Maafkan aku,"

"Tidak, jangan meminta maaf. Aku merasa begitu menyedihkan," ucapnya masih berusaha tersenyum walau air matanya terus merembes keluar dari pelupuk matanya.

"Kamu adalah pria yang baik, dan aku beruntung karena dulu pernah memilikimu. Memiliki pria yang selalu menjaga perasaanku, dan membuatku bahagia. Kenangan itu tidak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun juga." Percy menatap Rindi dengan seksama.

"Dulu aku memang egois dan ketakutan kamu akan jatuh cinta pada Rasya, apalagi tau siapa Rasya itu. Jujur saja aku sangat ketakutan, makanya aku menekanmu. Maafkan karena keegoisanku saat itu," ucapnya mengusap air matanya.

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang