"Rindi,"
Panggilan itu membuat mereka berdua menengok ke arah belakang mereka dimana Daffa berdiri dengan tatapan sendu dan tajamnya.
"Oh Hay Daf, duduklah bergabung dengan kita." Percy mempersilahkannya untuk duduk di samping Rindi.
"Aku sepertinya sudah selesai makan," ucap Rindi hendak beranjak tetapi di tahan Daffa.
"Please, aku ingin berbicara denganmu."
"Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, Daf."
"Banyak yang perlu di bicarakan." Percy sedikit tak nyaman dalam kondisi seperti ini.
"Sebaiknya kalian berbicara berdua saja, gue balik duluan yah. Bye Rin,"
Percy beranjak dari duduknya dan berjalan melewati Rindi.
Deg
Percy mematung saat Rindi menahan pergelangan tangannya.
Satu tangan Daffa menahan tangan kanan Rindi dan tangan kiri Rindi menahan pergelangan tangan Percy.
Seketika situasi menjadi lebih menegangkan dan canggung.
"Antarkan aku pulang, Per." Rindi hendak beranjak tetapi di tahan Daffa.
"Aku tidak perduli dengan Mamaku, percayalah aku begitu mencintai kamu, Rindi. Sungguh,"
"Daffa, tolong pahamilah. Aku tidak ingin mengulangnya lagi, cukup satu kali aku merasakan rasa sakit itu." Rindi mengatakannya dengan sendu.
"Rindi, kalau kamu tidak percaya. Aku akan melamarmu sekarang juga dan menikahimu, dengan atau tanpa restu dari wanita itu!" ucapnya penuh penekanan.
"Maafkan aku, tetapi sebaiknya carilah wanita lain."
Deg
Daffa mematung di tempatnya, Rindi mulai menjauhi Daffa dan melepaskan pegangannya pada Percy yang mematung di tempatnya. Ia beranjak meninggalkan kedua pria itu yang masih mematung.
"Gue akan mencoba berbicara padanya," ucap Percy beranjak pergi mengikuti Rindi yang beranjak pergi menyusuri jalanan.
"Rindi tunggu, hey." Percy mengejar Rindi yang menjalankan rodanya dengan kecepatan tinggi, bahkan Percy harus sedikit berlari. "Rindi tunggu, kenapa kamu jadi marah padaku."
Percy berhasil menahan kursi roda Rindi, dan berjalan ke hadapannya. Rindi terlihat sudah menangis terisak dengan menunduk. Percy duduk rengkuh di hadapan Rindi.
"Aku mencintainya, hikzz..." Rindi langsung menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Percy. "Aku mencintainya, sangat..hikzzz"
Percy terdiam membisu mendengar penuturan Rindi dan pelukan mendadaknya.
Perlahan kedua tangannya terangkat untuk mengusap kepala Rindi. "Menangislah," gumam Percy.
"Bawa aku pergi dari sini, aku tidak ingin dia melihatku menangis seperti ini. Aku mohon,"
"Baiklah," Rindi melepas pelukannya dan menghapus air matanya. "Kamu tunggu disini, aku bawa mobil dulu." Rindi hanya menganggukan kepalanya dan Percy berlalu pergi meninggalkannya sendiri.
Di parkiran cafe, Daffa melihat Percy membawa Rindi pergi. Hatinya merasa sangat sakit, tidak bisa di pungkiri kalau dia merasa sangat cemburu,
***
"Apa yang sebenarnya terjadi?" itu pertanyaan pertama yang meluncur dari bibir Percy saat mereka tengah berada di dalam mobil.
"Bisakah kamu membawaku jalan-jalan, memutar kemana saja asal jangan pulang sekarang. Kalau kamu mau sekalian mencari Rasya, aku ikut untuk hari ini saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Difference
ChickLit18+ (sebagian cerita di private) Saat perbedaan keyakinan menjadi hambatan dalam hubungan yang sudah 5 tahun berjalan. Pengorbananpun harus di lakukan, berkorban untuk melepaskannya atau tetap memperjuangkannya. Disaat aku ingin memperjuangkannya, k...