Part 8

4.5K 419 117
                                    

Acara Resepsi baru saja selesai, kini Rasya dan Percy pergi menuju ke kamar hotel yang sudah di siapkan untuk pasangan pengantin. Selama perjalanan tak ada yang mengeluarkan suara, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sesampainya di dalam kamar, tak ada yang membuka suara. Keduanya diam membisu di tengah suasana kamar yang sangat romantis. Keduanya masuk ke dalam kamar itu, tetapi seketika Percy mendapat telpon dan langsung berlari keluar kamar.

"Percy," panggil Rasya tetapi Percy terus berlari menuju lift tanpa memperdulikan Rasya.

Rasya mematung di ambang pintu dengan perasaan tak menentu, akan kemana Percy??

Ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya dan menatap sekeliling kamar itu yang sudah di sulap seromantis mungkin. Hiasan bunga yang cantik, tebaran kelopak bunga di atas ranjang dan wine di atas meja bar.

Seketika ruangan yang romantis itu berubah menjadi mencekam baginya, tanpa terasa air mata Rasya luruh membasahi pipinya.

Haruskah di malam pertamanya dia di tinggalkan oleh suaminya sendiri. Suami yang baru beberapa jam yang lalu mengikrarkan ijab qabul. Ia perlahan menutup pintu kamarnya dan tubuhnya merosot ke lantai, ia menangis.

Dadanya terasa nyeri dan sesak, hingga tangisnya begitu memilukan. Di malam pertamanya dia harus di tinggalkan sendiri tanpa kata. "Hikzz...hikz...hikz..."

Haruskah seperti ini? Tidak adakah sedikit kebahagiaan untuknya,,

Hanya suara isakan yang memenuhi ruangan bernuansa romantis itu.

***

Percy berlari menyusuri lorong rumah sakit, barusan adalah Randa yang memberitahunya. Ia terus berlari walau masih memakai tuxedo hitamnya. Ia baru saja sampai di luar ruangan emergency dimana keluarga Rindi tengah menunggunya.

Bug

Percy tersungkur saat Seno melayangkan tinjunya. "Berani sekali kau menampakan wajahmu disini!" amuknya terlihat sudah menangis.

"Bangun," Seno menarik kerah jas Percy dan kembali melayangkan tinjunya membuat beberapa orang menjerit dan memanggil satpam karena keributan itu. Percy tak melawan, ia diam saja menerima pukulan dari Seno.

Bug

Kini Seno yang tersungkur karena tinjuan seseorang. "Berani sekali kau memukul putraku!" amuk Edwin.

Pertama kalinya Edwin emosi dan berani memukul sahabatnya sendiri. Dewi terlihat membantu Percy untuk bangun, Seno juga emosi dan ingin melayangkan tinjunya ke Edwin tetapi Angga keluar dan menahannya.

"Hentikan!" pekik Angga yang baru keluar dari ruang emergency.

"Berani sekali loe memukul putra gue!" amuk Edwin emosi dan ingin kembali meninju tetapi Angga berusaha menahannya walau sedikit kesusahan. Hingga Daniel dan Okta datang dan membantu Angga memisahkan mereka berdua.

"Ada apa ini!" pekik Daniel.

"Dia memukul putraku!" amuk Edwin.

"Karena anak loe menyakiti putri gue sampai dia mengalami kecelakaan!" amuk Seno dengan emosi yang memuncak. Seno memang sosok yang paling emosional di antara brotherhood yang lain.

"Ini bukan salah anak gue, sialan!"

"Loe yang sialan!" Seno kembali melayangkan tinjunya ke Edwin, keduanya berkelahi hingga Daniel, Okta dan Angga berusaha memisahkan mereka berdua.

"Cukup! Kalian sungguh kekanakan," ucap Daniel.

"Tunggu. Ada apa ini? Memangnya apa yang terjadi dengan Percy dan Rindi?" tanya Angga terlihat bingung.

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang