Part 6

4.7K 379 64
                                    

Akhirnya waktu yang sudah di tentukan datang juga, malam ini Percy dan Rasya mengadakan acara pertunangan mereka di salah satu hotel milik keluarga Mahya. Acaranya cukup meriah dan tidak banyak yang di undang hanya beberapa kerabat saja. Di dalam sebuah ruangan Rasya masih menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia terlihat cantik dengan balutan gaun berwarna peach rancangan Adjie Notonegoro yang merupakan desainer terkenal di Indonesia. Ini seakan penampilan baru untuk Rasya karena selama ini dia tidak pernah memakai makeup.

Rasya masih termenung di tempatnya mengingat apa yang terjadi dua hari lalu pada Rindi dan Percy karena ulahnya. Iya merasa dirinya sangatlah jahat dan egois.

Tetapi bukankah cinta memang perlu egois.

Tatapannya menatap gambar yang ada di galeri handphonenya. Disana foto Rasya dan Percy yang masih memakai seragam SMA. Keduanya terlihat bahagia sekali, sejujurnya Rasya merindukan masa itu, masa dimana dirinya dan Percy bersama walau sebagai sahabat. Masa dimana Percy selalu menjaganya.

"Hey," Hezky masuk ke dalam ruangan itu dengan balutan dress berwarna hijau mint seatas lutut. Dia tersenyum manis ke arah Rasya dan mencium pipi kiri dan kanan Rasya. "Loe cantik, Sya."

"Makasih yah,"

"Ada apa, loe kelihatannya tidak senang." Hezky mengambil duduk di samping Rasya dengan menatap wajah sahabatnya itu dengan intens.

"Gue mendadak ragu, haruskah gue mundur. Gue semakin merasa bersalah mengingat kejadian kemarin Rindi dan Percy. Gue tidak bisa tenang," ucapnya.

"Kenapa mendadak sekali, semua tamu sudah berkumpul bahkan Percy sudah datang." Jelas Hezky. "Yakinkan diri loe, Sya."

"setelah ini, 10 hari ke depan gue akan menikah dengan Percy. Gue takut,"

"Apa yang loe takutkan?"

"Gue gak mau munafik dan bersikap sok tegar. Gue takut semakin tersakiti dengan menerima pernikahan ini."

"Bukankah berani mencintai seseorang berarti berani merasakan sakit." Ucap Hezky. "Loe tau kan kisah gue gimana, gue di tinggal merrid sama cowok gue dan sudah setahun lamanya gue masih belum move on. Tetapi gue berusaha menjalaninya dengan tegar, karena memang inilah resiko dari mencintai." Ucapnya membuat Rasya merenung.

Walau di genggam kuat, andai dia bukan milikmu. Maka dia akan terlepas juga. Walau di tolak ke tepi secara terus menerus, kalau dia memang untukmu. Maka dia akan datang kembali. Itulah namanya jodoh.

"Ayo Sya, semuanya sudah siap." Ucap Ratu baru saja datang.

Rasya menganggukkan kepalanya dan beranjak bersama Hezky dan Ratu. Mereka bertiga berjalan menuruni tangga, tatapan Rasya langsung mengarah ke arah Percy yang terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri.

Biasanya, tatapan calon pengantin pria akan terus tertuju kepada sang mempelai tanpa bisa di alihkan. Tapi ini, bahkan menengokpun tidak. Disana Rasya merasa hatinya tercubit melihat Percy yang cuek saja dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

'Apa yang kamu pikirkan, Rasya. Jangan berharap apapun pada Percy, ingat yang dia cintai hanya Rindi tidak ada yang lain. Kamu disini hanya sebagai penggantinya,'

Rasya sudah berdiri berdampingan dengan Percy di atas ballroom, Percy masih tidak melirik ke arahnya dan fokus dengan pikirannya sendiri meneliti semua tamu undangan yang datang. Rasya tau Percy mencari siapa.

Banyak sekali tamu undangan yang datang, termasuk tamu kehormatan yang tak lain adalah Brotherhood couple. Anak-anak merekapun hadir disana, kecuali Vino dan Rindi yang tidak datang. Para tetua Brotherhood sedang asyik berbincang.

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang