Rindi terlihat melamun di atas brangkarnya, ia melirik ke ambang pintu ruangan. Ia terus menunggu kedatangan seseorang yang begitu ia harapkan, tetapi rasanya sangat mustahil.
'Kamu dimana, Per? Kenapa kamu tidak pernah datang? Sebegitu cepatnya kamu melupakanku?'
Tak lama Randa masuk dengan membawa makanan, ia tersenyum manis kepada Rindi seraya menyimpan makanannya di atas nakas. "Ran,"
"Hmm,"
"Boleh gue meminjam handphone loe,"
"Untuk apa, Rindi?" Randa mengambil duduk di kursi di samping brangkar. "Oh iya, Daffa sebentar lagi akan datang."
"Kenapa loe terus menyuruhnya datang sih? Gue gak suka sama dia." Ucap Rindi kesal.
"Astaga Rindi, buka mata loe. Apa yang kurang dari Daffa, dia tampan, populer, baik juga." Ucapnya. "Bahkan hampir semua wanita di Negara kita menginginkannya, mengidolakannya."
"Tapi gue gak suka." Pekik Rindi.
"Lalu loe maunya apa? Percy? Pria brengsek itu?"
"Jaga ucapan loe, Randa!!" ucap Rindi dengan tajam.
"Apa yang loe harapkan darinya? Sadarlah dia sudah menikah, dan bahkan sekarang mereka tengah menikmati honeymoonnya di Bandung." Jelas Randa.
"Apa??"
"Mereka pergi ke Bandung bersama untuk honeymoon."
"Loe bohong kan," ucap Rindi dengan tatapan nanarnya.
"Untuk apa gue bohong, loe lihat sendiri dia tidak pernah datang bukan. Bahkan dari saat loe koma," dusta Randa. 'Sorry, tapi gue tidak ingin loe berharap padanya lagi.'
"Tidak mungkin Percy seperti itu, loe bohong kan." Pekik Rindi diiringi tangisannya.
"Gue gak bohong."
"Loe bohong Randa, gak mungkin Percy setega itu. Dia pasti kalau gue ada disini." Isak Rindi dengan tatapan tak percaya.
"Dia tau, tetapi istrinya lebih dari segalanya."
"LOE BOHONG!" pekiknya, "Aww,,"
"Rindi," Randa segera menahan pundak Rindi dengan kedua tangannya.
"Ka-ki gue," gumamnya dengan ekspresi syok. "Ke-kenapa kaki gue tidak bisa bergerak, Ran?" Randa terdiam membisu mendengar penuturan Rindi.
"Randa, kenapa kaki gue gak bisa bergerak?" pekiknya.
"Ka-ki loe,"
"Randa katakan sesuatu, kenapa dengan kaki gue?" pekik Rindi.
"Tulang kaki loe hancur, kemarin sudah melakukan operasi tetapi-,"
"Tetapi apa? Katakan!" pekiknya tak sabaran.
"Loe gak bisa berjalan lagi,"
Deg
Rindi merasa seluruh atap rumah sakit runtuh tepat di kepalanya. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya. "Loe bohong lagi kan,"
"Gue mengatakan yang sejujurnya," Randa mengatakannya dengan sangat pelan tapi mampu di dengar oleh Rindi.
"Loe bohong," tangisannya luruh membasahi pipi. Ia melirik ke arah kakinya dan berusaha untuk menggerakkannya. Air mata semakin mengalir deras dari pelupuk matanya.
"Ini gak mungkin," gumamnya, "INI GAK MUNGKIN! Hikz," isaknya semakin menjadi.
"Aku tidak ingin lumpuh, kembalikan kakiku, hikzzz..." Rindi berkali-kali memukuli kakinya dengan kedua tangannya. Randa mencoba menahannya tetapi sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difference
ChickLit18+ (sebagian cerita di private) Saat perbedaan keyakinan menjadi hambatan dalam hubungan yang sudah 5 tahun berjalan. Pengorbananpun harus di lakukan, berkorban untuk melepaskannya atau tetap memperjuangkannya. Disaat aku ingin memperjuangkannya, k...