Part 33

3.2K 411 126
                                    

"Ayah, ayo makan. Masakan Bunda paling enak," ucap Arkan begitu antusias saat Percy baru selesai membersihkan diri dan bergabung dengan yang lain di meja makan.

Di sana hanya ada Rasya dan Arkan, karena Hezky ada urusan. Hezky seakan ingin memberi waktu untuk mereka bertiga.

Percy duduk di samping Arkan. Rasya menyiapkan makanan untuk mereka bertiga,

Arkan terlihat begitu antusias dan begitu lahap memakan makanannya. Rasya ingin menegornya tetapi gerakannya terhenti melihat Percy yang memilih menyuapi Arkan dan begitu perhatian pada putranya itu. Percy bahkan sesekali menggoda Arkan membuat mereka terkekeh.

Setetes air mata luruh dari mata Rasya. Tidak munafik inilah yang ia inginkan dan impikan selama ini. Menjadi keluarga yang utuh,,

Tetapi semuanya sia-sia, karena sekarang mereka sudah bercerai. Dan mungkin Percy masih mencintai Rindi.

Percy begitu senang menyuapi Arkan, sampai ia melupakan makanannya sendiri. ia terus mengajak Arkan berbicara. Tak ada kata-kata yang bisa mewakilkan bagaimana bahagianya Percy saat ini.

Senyuman tak urung memudar dari bibirnya, ia begitu bahagia melihat putranya yang terlihat terus berceloteh tanpa lelah dan begitu suka makan. Mengingatkan Percy pada seorang Acha kecil,

"Dia begitu mirip denganmu," ucap Percy menyadarkan Rasya dari lamunanya. Rasya hanya tersenyum kecil menanggapi Percy.

Percy sadar, masih banyak pertanyaan di benak Rasya. Tetapi untuk saat ini, Percy tidak bisa banyak berbicara. Ia ingin menikmati suasana hangat dan bahagia seperti ini.

***

Saat ini Percy tengah menemani Arkan untuk tidur. Ia memperhatikan Rasya yang tengah bernyanyi lagu pengantar tidur untuk Arkan. Tatapannya tak lepas dari sosok Rasya yang tengah menyanyi dengan indah.

Tak di pungkiri ia merindukan suara ini, suara yang dulu selalu menemani dan mewarnai kehidupannya. Suara yang sudah lama sekali tak dapat ia dengar.

Tak lama Arkanpun terlelap dalam tidurnya, Rasya menyelimuti tubuh Arkan dan mengecup keningnya. Percy juga mengecup kening Arkan bergantian dengan Rasya.

Setelahnya ia membuntuti Rasya keluar dari dalam kamar.

"Aku tidak punya banyak kamar." Rasya menoleh ke arah Percy.

"Tidak apa-apa, aku akan tidur di sofa saja," ucap Percy yang di angguki Rasya.

Terlihat jelas keduanya masih sama-sama canggung. Rasya beranjak menuju kamarnya.

"Rasya,"

"Iya," ia menoleh saat mendengar panggilan itu.

"Selamat malam," ucap Percy diiringi senyumannya,

Rasya tersenyum kecil dan menjawab ucapan Percy sebelum ia benar-benar berlalu masuk ke dalam kamarnya.

Percy duduk di sofa ruang tengah itu, ia mengeluarkan beberapa obat dari dalam tasnya dan meminumnya. Rasya masih mengintipnya dari balik pintu kamar, entah kenapa ia seperti wanita remaja yang jatuh cinta.

Percy melepas kaos yang ia gunakan dan Rasya sedikit kaget saat melihat perban cukup besar di daerah punggungnya tepat di tulang belakangnya mendekati bagian tulang pinggangnya.

Percy terlihat mengeluarkan beberapa perban dan alkohol juga beberapa alat kesehatan lainnya. Rasya masih memperhatikannya dari balik pintu.

Percy berusaha menggapai perban itu untuk melepaskannya tetapi ia kesulitan. Berkali-kali ingin menggapainya tetap tidak bisa dan malah meringis merasakan sakit.

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang