Part 20

4.3K 443 182
                                    

Percy berangkat kerja tanpa menyapa dan menoleh pada Rasya yang juga baru keluar dari kamarnya.

Rasya hanya mampu menghela nafasnya menatap punggung Percy.

Setelah kejadian malam itu, Rasya seakan tak mengenal sosok Percy. Dia begitu dingin dan bahkan tak menganggap Rasya ada.

Hari ini Rasya bertemu dengan Hezky. Dan disinilah mereka sekarang,
Di sebuah cafe Rasya menunggu Hezky.

"Hai," Hezky mencium pipi kiri dan kanan Rasya lalu dudukdi hadapan Rasya. 

"Gue udah pesenin minuman buat loe," ucap Rasya seraya meneguk minumannya.

"Thanks,"

Hezky menyeduh minumannya juga, "Jadi gimana?"

"Gue akan keluar dari cafe itu, gue tidak ingin ada urusan lagi sama Rocky." ucap Rasya.

"Itu lebih baik, gue juga akan berhenti bekerja darisana." ucap Hezky.

"Tapi kenapa? bukannya loe perlu pekerjaan itu?"

"Tidak Sya, dia terus mengusik gue menanyakan tentang loe. Sebaiknya gue keluar, cafe itu berubah drastis saat di pimpin Rocky." Rasya terdiam mendengar penuturan Hezky.

"Sorry, karena gue sekarang loe jadi gak punya pekerjaan."

"Tidak Sya, gue memang sudah tidak betah bekerja disana. Loe gak perlu mengkhawatirkan gue."

Rasya kembali terdiam mengaduk minumannya, Hezky tau saat ini Rasya sedang tidak baik-baik saja. Ia beranjak dari duduknya dan duduk di kursi yang ada di samping Rasya.

"Apa Percy menyakiti loe lagi?" tanyanya merangkul pundak Rasya.

Ia merebahkan kepalanya di pundak Hezky, air matanya kembali luruh membasahi pipinya. Tubuhnya bergetar hebat di pelukan Hezky.

"Lepaskan dia Sya, kalau loe sudah tidak sanggup lagi, ini tidak bisa di teruskan lagi. Loe akan terus merasakan kesakitan ini." ucapnya mengusap punggung Rasya.

"Aku mencintainya,"

"Tetapi setau gue cinta tidak akan menyakiti loe, ini bukan cinta Sya. Jangan biarkan diri loe mengemis cinta padanya, Sadarlah."

"Dia suami gue, sudah sewajarnya gue tetap bertahan dengannya."

"Tidak ada yang wajar, hubungan ini tidak wajar Rasya. Loe hanya akan terus tersakiti seperti ini." ucap Hezky. "Life it's a choice."

Rasya menengadahkan kepalanya menatap Hezky. "A choice Sya, loe gak bisa stuck di satu titik. Loe gak boleh terus membiarkan hati loe di sakiti. Loe menunggu apa? nunggu sampai hati loe benar-benar hancur dan mati, Hah?"

Hezky yang tidak ingin sahabatnya terus tersakiti, mulai kesal karena Rasya terus berdiam diri di satu tempat.

"Come on Sya, bangkit dan langkahkan kaki loe. Pilih jalan yang bisa memberi loe kebahagiaan bukan hanya stuck di satu tempat."

"Ini bukan masalah jalan yang harus di pilih. Ini masalah kewajiban Hez, kewajiban gue sebagai seorang istri. Gue akan tetap berada disini mendampingi suami gue, tidak perduli sesakit apa luka yang harus gue terima."

"Idiot!"

Rasya tau Hezky sudah sangat kesal, baru saja kemarin dia curhat tentang Percy yang mengajaknya untuk memulai lagi dari awal, dan sekarang harus seperti ini.

Hezky melihat t-shirt yang di gunakan Rasya sedikit terbuka di bagian pundaknya hingga memperlihatkan sesuatu yang memerah disana.

"Apa loe melakukannya lagi dengan Percy?" tanyanya.

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang