Part 22

4.4K 469 103
                                    

Rasya tengah duduk di atas ranjang dengan menatap tespeck di depannya. Bayangan Percy yang akan menolaknya kembali membuat Rasya ketakutan.

Haruskah dia menerima penolakan kembali? Haruskah anaknya menerima penolakan dari Papanya?

Ia mengusap wajahnya yang gusar, kepalanya mendadak pening memikirkan itu semua. Rasa takut sekaligus bimbang mengganggunya.

Di tempat lain, Percy tengah duduk termangu di sebuah restaurant, ia terlihat memakai mantel karena saat ini tengah hujan salju. Hidung dan bibirnya terlihat merah karena udara yang begitu dingin sampai nafasnyapun terlihat berasap.

Di hadapannya terdapat kopi yang masih mengepulkan asapnya. Suasana di sanapun terlihat ramai pengunjung tetapi pikiran Percy tidak sedang berada di sana.

Tatapannya mengarah keluar jendela restaurant yang mampu memperlihatkan kerlap kerlip lampu. Suasana di luar begitu ramai sekali, orang-orang seakan sibuk dengan kegiatan mereka.

Bahkan tak jarang pasangan memperlihatkan kemesraan mereka di sana. Percy menghembuskan nafasnya sedikit kasar.

Entah apa yang dia pikirkan, tetapi dia terlihat tidak sedang baik-baik saja. Terdengar dari helaan nafasnya yang berat. Tak lama dua orang pria datang menggunakan mantel hitam pekat dan topi, mereka duduk di hadapan Percy.

"Bagaimana?"

"Ini bos," salah seorang dari mereka menyerahkan sebuah amplop coklat berukuran letter.

Percy menerimanya, "Semuanya sudah tertulis di sana, Bos."

"Baiklah, kalian boleh pergi. Besok selidiki lagi dimana keberadaan dia." Mereka berdua menganggukan kepala dan beranjak pergi meninggalkan Percy sendiri.

Sepeninggalan mereka, Percy menyeduh kopinya yang terlihat mulai mendingin. Hingga dering dari handphonenya menyentakkan dia.

"Hallo,"

"....."

"Gue udah dapat, dimana keadaan di sana?"

"......"

"Leonna?"

"......"

"Oke, mungkin setelah penyelidikan terakhir ini, gue akan balik."

"......"

"Rasya? Ada apa dengannya?"

"......"

"Jangan konyol Verrel, dia tidak akan berani."

"......."

"Sialan! Awas saja loe jerumusin dia ke hal hal yang gak bener."

"......"

"Nggak cemburu,"

"......."

"Terserah loe, sudahlah. Gue malas berdebat dengan loe,"

"......."

"Oke bye,"

Percy menutup sambungan telponnya, ia termenung sesaat memikirkan ucapan Verrel yang mengatakan clientnya berkenalan dengan Rasya.

"Ada apa denganmu, Percy." Dia mengusap wajahnya sendiri. "Apa urusannya denganmu kalau dia menemukan pria lain,"

Ia beranjak meninggalkan tempat itu dengan membawa amplop itu.

***

Rindi menatap nanar langit malam yang tak ada bintang sama sekali,

Ini sudah 3 hari berlalu dari kejadian itu dan Daffa benar-benar tidak menemuinya lagi. Ada rasa kehilangan dan rindu di dalam hatinya, tetapi ia berusaha untuk menepisnya.

DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang