Percy baru saja selesai membereskan barang-barangnya hendak pulang, hari ini pekerjaannya sangat banyak sekali hingga dia melupakan makan siangnya.
Langkahnya terhenti saat membuka pintu ruangannya, seorang gadis yang sangat ia rindukan tengah berdiri di sana dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Rindi,"
Rindi tersenyum kecil kepadanya. "Aku ingin berbicara denganmu."
"Baiklah, kita ngobrol sambil makan." Ucapnya membimbing Rindi untuk pergi bersamanya.
Di dalam lift keduanya sama-sama terdiam tak ada yang membuka suara mereka. Sesekali Percy mencuri pandang pada Rindi yang terlihat santai saja seakan semuanya tak pernah ada masalah.
Akhirnya mereka sampai di sebuah restaurant tak jauh dari kantor Percy. Rindi memesankan makanan untuknya dan juga Percy seperti biasanya tanpa memperdulikan Percy yang terus menatapnya dengan sedikit kebingungan.
"Terima kasih mas," ucapnya saat pelayan itu berlalu pergi.
"Emm,, ada apa?" tanyanya Percy membuat Rindi menatap kearahnya.
"Aku sudah dengar semuanya dari Randa, kalau kalian di jodohkan dan di paksa." Ucap Rindi, ia memegang tangan Percy yang ada di atas meja. "Bukankah kalian masih bisa membatalkannya? Aku akan memaafkan kalian atas kejadian kemarin, tapi batalkan pernikahan kalian."
Percy terdiam menatap Rindi dengan sendu. "Aku mencintaimu, Honey dan aku ingin kita bersama." Tambah Rindi.
Percy terdiam membisu, hatinya kembali bimbang dan dilema. Kalau memang bisa dia ingin membatalkan pernikahan ini tetapi bagaimana caranya.
"Aku sudah meminta Rasya datang sekarang," ucap Rindi dengan santai dan benar saja tak lama Rasya terlihat datang dengan sedikit syok saat melihat Percy disana. "Sya, kemarilah." Panggil Rindi.
Rasya berjalan perlahan mendekati meja mereka dengan tatapan yang terus tertuju pada Percy walau Percy tak menatap ke arahnya. Ia duduk di antara mereka berdua,
"Loe mau pesan makan?" tanya Rindi dan Rasya menggelengkan kepalanya diiringi senyuman kecilnya.
"Gue pesan minum saja," ucapnya.
Tak lama pesanan merekapun datang, Rasya hanya menikmati minumannya sedangkan dua orang di depannya tengah menikmati makanan mereka dengan tenang.
"Honey cobain ini enak banget lho," Rindi seakan ingin menjelaskan kepada Rasya kalau Percy itu miliknya. Percy melirik ke arah Rasya yang terlihat menunduk,
Rasya merasakan sakit yang teramat di dalam hatinya, 4 hari lagi mereka akan menikah dan hari ini dia melihat calon suaminya tengah di suapi wanita lain. Bagaimana kalau itu di posisi kalian? Sakit bukan.
"Sudah cukup, aku bisa makan sendiri." Ucap Percy seakan merasa tak nyaman, Rindipun menurut dan kembali menikmati makanannya.
'Maaf gue harus bersikap seperti ini di depan loe, gue hanya tidak ingin loe mengambil Percy dari gue. Percy itu milik gue, Sya. Tolong loe pahami satu hal itu.' Batin Rindi menatap Rasya yang menunduk sambil mengaduk minumannya tanpa arah.
"Kalian bisa kan membatalkan pernikahan ini, kita bertiga bisa menemui kedua orangtua kalian." Ucapan Rindi membuat Rasya terpekik kaget.
Bagaimana mungkin pernikahan yang sudah 80% ini harus di batalkan, bahkan undangan sudah di sebar. Rasya melirik ke arah Percy yang tak berbicara apapun. Ia terus menatap Percy dengan tatapan tak percaya hingga mata abu Percy bertemu dengannya.
"Rindi, kita harus membicarakan ini. Berdua," ucap Percy penuh penekanan.
"Ada apa, Honey? Apa kamu malu dengan Rasya?" tanya Rindi merangkul lengan Percy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difference
ChickLit18+ (sebagian cerita di private) Saat perbedaan keyakinan menjadi hambatan dalam hubungan yang sudah 5 tahun berjalan. Pengorbananpun harus di lakukan, berkorban untuk melepaskannya atau tetap memperjuangkannya. Disaat aku ingin memperjuangkannya, k...