para tiran harus berkumpul seperti sekelompok serigala yang sedang merencanakan apa yang hendak ingin diburu. untuk mengukir lekukan tanah, segala kecerdikan yang licik dan kejelian yang tak dimiliki oleh kedamaian, membantu mereka menjadi lebih kuat dan agung. merubuhkan tempat-tempat yang terlalu nyaman hanyalah masalah kecil dan bagai tertidur sambil memegang senjata.
para tiran yang berkumpul harus tahu, masyarakat yang terbiasa tidur di malam hari dan sekedar mengenyangkan perut sepanjang waktu, tak akan mampu menerima kenyataan peperangan yang mendadak terjadi. satu pukulan telak, semua orang akan terpencar ke arah yang berlainan; menyelamatkan diri masing-masing. itulah titik lemah negara-negara yang terlalu terbuai dengan masa damai yang terlalu lama. segala jenis kebusukan masyarakat terpupuk dengan subur karena alasan kemakmuran yang menumpulkan indera penciuman dan berpikir. keberanian akhirnya sekedar berlari untuk bersembunyi.
segala jenis manusia pun boleh dibunuh asal tujuan tercapai dengan lebih mudah dan cepat. untuk apa memikirkan kemanusiaan jika seluruh manusia hanya sedikit lebih manusiawi? tidakkah tujuan perang adalah mengurangi jumlah umat manusia? memberi ruang bernafas bagi dunia yang lebih baru.
tugas para tiran hari ini dan yang akan datang, adalah apa yang tak mampu dilakukan para pemimpin yang jumlahnya menjengkelkan. mereka memupuk kelahiran terus-menerus hingga membuat bumi penuh sesak, lalu menghindari segala jenis tanggung jawab yang ada. segala yang buruk lahir dari tangan-tangan yang bermaksud baik tapi tak melakukan apa pun.
musim dingin menoleh tajam pada mereka yang ragu-ragu. umat manusia hanyalah kisah milyaran orang mati yang tak pernah ada. dan di atas jantung musim semi, berdirilah para tiran yang akan memutar balikkan segala yang kini merendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA YANG MEMBOSANKAN
Non-Fictiontentang segala sesuatu kenapa dunia ini membosankan.