Betapa meragunya dunia
yang memeluk dirinya sendiri
Oh bayangan!
Cahaya siang yang
memanjangkan pepohonan
Aliran air,
basuh tubuhku yang renta ini
Wahai segala yang tak berbunyi
Keheningan yang begitu ramai
Bersembunyilah!
Bersembunyilah!
Dari kelaparan akan diri
yang mengertiSeseorang keluar dari hutan dengan gontai, serupa waktu yang goyah akan keberadaannya sendiri. Mulutnya membekas suara. Kata-kata yang tertanam ke dasar tanah. Berkeliaran di antara akar dan pucuk-pucuk pepohonan.
Segala yang pada dirinya nampak lusuh. Selusuh kedua kakinya yang telanjang, dan tubuhnya yang begitu ringkih dan terlihat kurus kering.
"Semoga waktu mendoakan rasa sakitmu wahai kehidupan!" suaranya menggema sampai ke dasar sungai. Tapak kakinya tertelan oleh deru sungai yang mengalir begitu deras ke bawah.
"Oh kehidupan! Oh kehidupan! Aku mengasihimu! Menangislah! Bersedihlah! Wahai kehidupan yang berulang dan tanpa akhir! Menangislah! Mari kita bergandengan dan tuangkan anggur terakhir yang masih tersisa untukku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA YANG MEMBOSANKAN
Non-Fictiontentang segala sesuatu kenapa dunia ini membosankan.