'Kehidupan adalah candu, wahai manusia-manusia yang terkutuk,' ujarku dengan penuh geram atas penemuanku yang diabaikan dengan begitu mudahnya. menggelenglah aku, menjauh dari orang-orang yang menenggak bau busuknya sendiri. 'Sedikit yang bijak di antara mereka. Tapi apa itu kebijaksanaan?'
lereng-lereng mulai datar dan rata, pohon-pohon beringsut terlampau tinggi, dan langit yang terlihat dari bawah sini, memekik, menghujat daratan dengan limpahan air yang bergulung.
'Pergilah kau wahai pengoceh yang hina!' begitulah mereka mengusirku, agar segala yang baik bagi mereka tak lagi cemar. betapa keruh segala yang aku bawa. hingga mereka lupa kekeruhan yang ada dalam diri mereka sendiri.
aku bangkit dari tempatku, berjalan dengan sepasang tongkat di kedua tangan. saat segala yang lembut tak mampu menyadarkan manusia. pukulan-pukulan dari kedua tanganku harus mendarat dengan tepat di atas kepala-kepala mereka. apa-apa yang keras menjadi semakin layak. dan apa-apa yang lembut tak lagi banyak berarti. tapi jumlah mereka terlampau banyak! apa yang harus aku lakukan?
pada akhirnya, segala moral dan nilai yang pernah aku bawa tak lagi bisa menyentuh milyaran hati yang beracun. mereka terlalu banyak! apa yang bisa aku lakukan dengan satu mulutku saja?
pelan dan pasti, segala jenis moral dan nilai hanyalah sendawa singkat yang datang dari pengalamanku. oh, terbekatilah wahai pengalaman! segera, kubuang jauh sebagian dari kulitku yang pernah melekat terlalu lama.
'Kehidupan adalah candu. Dan kalian semua hanyalah penyakit!' begitulah aku kembali kepada mereka yang pernah mengusirku.
mereka beramai-ramai kembali mengusirku dengan segala cara. mereka lempari aku dengan caci maki. menghujatku sebagai bedebah. dan menyebutku layaknya orang yang harus segera dibuang. beberapa di antara mereka nyaris saja membakarku dengan api yang tak mengenaiku sedikitpun. tapi mereka lupa, aku tak sama dengan diriku yang kemarin.
aku berjalan ke depan, mengambil api itu dari mereka yang gagal mengarahkannya padaku. aku lemparkan balik ke rumah-rumah mereka yang kokoh tapi mudah terbakar. hingga akhirnya, segala yang tenang kini mulai berteriak pilu.
kobaran api melahap kebanggaan mereka. tuhan-tuhan mereka. dan segala kebusukan yang mereka sebut sebagai kebajikan tertinggi.kali ini aku berjalan menjauh dan mulai berteriak, 'Bahkan kekerasan tak akan pernah bisa menyentuh hati kalian lagi, wahai manusia yang menoleh terlalu lama ke bumi! Matilah bersama candu-candu kalian!'
langit terlihat pucat. suara-suara berderak di kejauhan. asap membumbung tinggi ke angkasa. 'Manusia masih terlalu banyak. Terlalu banyak.' aku menggeleng dan pergi menjauh. tertutupi segera oleh segala yang gelap dan berbatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA YANG MEMBOSANKAN
Non-Fictiontentang segala sesuatu kenapa dunia ini membosankan.