Aku melihat orang itu di kejauhan. Tubuhnya yang kecil dan lusuh bagaikan begitu bebas menyatu dengan alam sekitarnya. Begitu bebasnya ia, dalam kesederhanaan tubuh dan segala yang dikenakannya.
Ia menari. Menari. Mulutnya berkata-kata mengikuti gerak tubuhnya. Tarian yang indah. Kata-kata yang begitu halus dan menggerakkan dedaunan. Seperti seekor burung yang datang dari surga yang mengibaskan sayapnya untuk tawa riang dan sedikit kebebasan.
Wahai sang air yang
merindu gerak
Bergegaslah!
Susui segala yang
engkau lewati dan masukiOh, yang mengecil dan bersuara!
Salamku untukmu
Keajaiban mungil di lekuk
segala sesuatuLaki-laki itu terus menari bersama mulutnya. Tak lama kemudian, saat awan mendunduk lebih ke bawah dan pucuk pepohonan mengangguk menyetujui. Ia pun mulai bernyanyi. Begitu berbinar dan menghanyutkan. Nyanyian yang membuat segala yang di sekitarnya ikut menari.
Aku memandanginya dari kejauhan. Suaranya yang indah membuat seluruh inderaku ingin tertidur. Betapa bahagianya segala yang di dekatnya! Ujarku pada hatiku yang dalam.
Aku terus memandangi tariannya dan mendengarkan suaranya yang membius alam. Sampai segala kesadaran akhirnya menjauh dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA YANG MEMBOSANKAN
Non-Fictiontentang segala sesuatu kenapa dunia ini membosankan.