Hermione melepas kaca matanya, lalu memijit keningnya yang sedari tadi berdenyut-denyut. Alex sudah berangkat sekolah sejak pagi. Sedangkan Hermione tidak tahu harus apa.Ya, dia di pecat. Diulangi sekali lagi. Hermione di-pe-cat!
Entah sudah keberapa kali hari ini, Hermione menghela napas. Ia kembali melihat buku tabungannya. Saldonya sisa sembilan ratus ribu. Ia hanya diberi pesangon setengah gaji karna harus mengganti bunga yang jatuh itu. Sedangkan gajinya saja tidak seberapa. Lalu dibagi dua? Ah, sengsara betul nasibnya.
Dengan uang segitu, mana cukup untuk kebutuhan rumah. Untuk makan satu bulan saja tidak cukup sama sekali. Belum lagi untuk uang jajan Alex dan spp sekolahnya. Dari mana lagi Hermione bisa dapat uang? Kenapa sepertinya cobaan senang betul menghampirinya?
"Kalau kita dikasih ujian, itu tandanya Tuhan sayang sama kita. Tuhan memberikan cobaan tidak mungkin melebihi batas kemampuan umatnya."
Hermione kembali teringat kata-kata bundanya dulu. Seulas senyum terukir di wajah lelahnya. Ia tahu, mungkin kedua orang tuanya sudah pergi. Tapi mereka tidak pernah benar-benar meninggalkan Hermione dan Alex. Mereka akan selalu ada. Seperti bintang yang selalu setia berada di langit.
"Bunda.. Ayah.. kalian tenang aja ya. Hermione akan berusaha untuk ngebahagiain Alex. Hermione akan selalu menjaga Alex. Janji."
...
Suara bising dari deru mesin bermotor yang lalu lalang dan juga debu yang berterbangan tidak menyurutkan semangat Hermione.
Dengan kemeja putih dan rok span hitam selutut, Hermione membagikan selebaran-selebaran pada orang-orang yang lewat.
"Ayo, pak! Dilihat-lihat dulu. Sedang ada diskon besar, lho pak."
"Maaf ya, saya sudah punya motor."
"Buat istrinya barang kali, pak. Atau buat anaknya, sodaranya gitu?"
"Maaf ya, saya nggak minat."
"Oh iya, terimakasih pak."
Hermione menyeka keringatnya. Ternyata menjadi sales motor tidak semudah yang Ia pikirkan. Sudah setengah hari Ia membagikan brosur dan cuap-cuap mempromosikan sebuah produk motor, tapi sampai sekarang belum ada satu pun yang nyantol.
Ia kembali teringat dengan pekerjaan lamanya. Walaupun Ia lelah karna harus mengantar bunga, tapi Hermione tetap suka. Ia mencintai tanaman. Ia sangat suka jenis-jenis bunga.
"Hermione! Ini belum waktunya istirahat!"
Hermione mendongak, "Ah, iya pak. Maaf.." katanya, lalu langsung berdiri. Ia merasa perih di kakinya ketika berjalan. Sepertinya kakinya lecet karna tidak biasa memakai heels.
"Hermione!!" Panggil sebuah suara yang membuat Hermione memutar tubuhnya menghadap belakang.
"Ginny?"
"Hey, Hermione!" Sapanya semangat. Hermione langsung memeluk Ginny.
"Ahh, aku kangen sama kamu, Gin!"
"Aku juga, Herm. Toko rasanya sepi nggak ada kamu." Ujar Ginny yang tiba-tiba suaranya berubah parau.
Hermione melepas pelukannya, "Soalnya nggak ada lagi yang ngatur-ngatur kamu 'kan, Gin?" Goda Hermione.
"Dulu aku suka kesel kalo kamu ngatur-ngatur aku. Tapi sekarang aku tahu, kamu kaya gitu biar aku nggak salah-salah saat kerja. Dan berkat kamu aku jadi jarang diomelin bos. Tapi sekarang, karna nggak ada kamu aku jadi kena marah terus." adu Ginny dengan muka melasnya. Sedangkan Hermione hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Rindu (DRAMIONE)
Fanfiction[COMPLETED] Aku memang tidak mengenalmu dengan baik. Tapi yang aku tahu, ternyata mencintaimu bisa sangat menyakitkan - HJG